3

2.4K 342 5
                                    

"DOYOUNG!" Ia terbangun oleh telepon dan tidak punya waktu untuk berpikir sebelum menjawab. "Doyoung, ini aku, Taeil, apa yang terjadi?"

"Tunggu sebentar," ujar Doyoung. "Ada orang lain yang menelepon." Ia melihat identitas si penelepon, melihat bahwa si penelepon adalah Taeyong kakaknya. Pada saat yang sama ia melihat cincin di jarinya dan mendengar bunyi bel yang berarti ada seseorang di depan pintunya.

Ya Tuhan!

"Taeil..." Ia tidak bisa menjelaskan kepada kakak tirinya sekarang, ya, mereka memang dekat dan sering membicarakan banyak hal, tapi ini situasi yang biasanya Taeil alami, bukan sebaliknya. "Ada seseorang di depan pintuku. Aku akan meneleponmu kembali."

Bahkan ketika meletakkannya, telepon itu kembali berbunyi. Kali ini ayahnya.

Doyoung tidak menjawab.

Dan ia mencoba mengabaikan bel pintunya, hanya menginginkan waktu sesaat untuk berpikir. Secangkir kopi akan sangat menyenangkan, namun siapa pun orang itu pasti benar-benar bersandar pada bel pintu, karena benda itu kini berdering tanpa henti. Anak-anak kecil yang berkumpul di jalan di bawah untuk pergi ke sekolah sering kali menekankannya hanya iseng, jadi Doyoung memencet tombol layar dan melihat... wajah Jaehyun pucat. Pria itu tampak sama sekali tidak senang.

Jadi, Jaehyun bisa mendapatkan cincinnya kembali, Doyoung memutuskan, ini permainan konyol yang telah di luar kendali.

"Tidak terkunci." Doyoung mengenakan gaun rumahnya dan menyalakan cerek, kemudian menuju pintu depan saat mendengar pria itu menaiki tangga.

Entah bagaimana Jaehyun terlihat tampak sekaligus menakutkan, matanya merah dan dia masih mengenakan setelannya yang kemarin.

"Kopi!" Doyoung tidak sanggup menatap pria itu karena malu, jadi ia berpaling dan menuju dapurnya yang kecil. "Sebelum kita membicarakan apa pun, aku butuh kopi... dan melihat dari wajahmu sepertinya kau juga membutuhkannya." Telepon berdering lagi dan karena merasa tidak mampu menjawab, Doyoung mematikan telepon dan menyendok kopi instan ke dalam gelas. "Kau bisa mendapatkan cincin itu kembali."

"Oh, tidak." Ada sesuatu dalam suara Jaehyun yang menyerupai peringatan, hampir seperti kemarahan, dan Doyoung menoleh. "Kau tidak bisa meninggalkan ini begitu saja." Ia mengacungkan koran. "Kurasa kau belum membaca koran atau menonton berita-" Tubuh Doyoung menjadi dingin ketika melihat foto itu. Foto dirinya dan Jaehyun, pria itu memegang tangannya dengan lembut dan mengamati cincin yang kini seakan terbakar di jarinya.

"Setidaknya-" Doyoung mencoba tenang, berpikir positif. "-setidaknya itu bukan foto beberapa saat sesudahnya" ujarnya, "ketika kita berciuman."

"Fotoku mencium seorang wanita sama sekali bukan berita penting," sahut Jaehyun, "tapi Putra Mahkota Jung membelikan cincin untuk seorang wanita..."

"Itu kesalahan," sahut Doyoung. "Kita akan mengatakan-" benaknya berpacu mencari-cari kemungkinan "-bahwa kita berteman, bahwa aku hanya menunjukkan kepadamu-"

"Aku baru saja bicara dengan Ten." Jaehyun memilih untuk tidak mengatakan detailnya; itu percakapan yang sangat sulit dan ia belum mau memikirkannya, apalagi menceritakannya. Ketika Doyoung menanyakan tentang wanita itu, Jaehyun hanya menggeleng. "Kurasa dia tidak mau kau khawatirkan."

Kata-kata itu seperti tamparan, dampak dari satu kecerobohan dalam hidupnya mulai tersingkap.

"Aku juga sudah bicara dengan orangtuaku."

"Mereka sudah mendengarnya?"

"Merekalah yang memperingatkanku aku!" ujar Jaehyun. "Kami punya ajudan yang bertugas mengawasi pers dan berita." Apakah wanita itu tidak mengerti bahwa ia terjaga sepanjang malam untuk mengurus masalah ini? "Aku menunggu istana meneleponku, melihat bagaimana kami akan merespon." Doyoung tidak mampu berpikir, kepalanya berputar ke segala arah dan kehadiran Jaehyun tidak terlalu menenangkan, bukan hanya karena ketegangannya, bukan hanya karena situasi yang mustahil ini, tapi karena melihat pria itu di dapur, dan kenangan akan ciumannya. Itu saja sudah cukup untuk memenuhi pikirannya sepanjang hari, tapi ia juga harus menghadapi semua masalah ini. Kini bel pintu berbunyi dan Jaehyun mengikutinya saat ia menuju layar.

Playing The Royal Game (JaeDo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang