"YANG MULIA..." Kepala pelayan tercengang, karena sewaktu ia menghidangkan teh untuk sang ratu di teras terbuka, seperti yang biasa ia lakukan setiap pagi, seseorang sedang lari pagi dan menuju taman pribadi sang ratu.
"Saya akan memanggil keamanan sekarang, masuklah..."
"Tidak apa-apa." Ratu tidak terganggu; bahkan sedikit terhibur oleh peristiwa di luar rutinitasnya. Ia agak bingung ketika menyadari siapa yang sedang berlari di atas rumput yang terpotong rapi itu. Bukankah pria itu seharusnya sedang di tempat tidur, mengatasi mabuk terburuk?
"Itu Tuan Kim," Leeteuk menjelaskan kepada kepala pelayannya yang gelisah. "Dia pasti tidak sadar ini area pribadi."
"Saya akan memberitahunya." Si kepala pelayan beranjak untuk melakukannya, hendak melambaikan tangan kepada pria itu, tapi Ratu selalu bersikap sopan. Dan kalau ia tidak salah ingat, Tuan Kim tidak cukup sehat untuk pulang ke hotel, sehingga dia menjadi tamu istana di menit-menit terakhir dan akan diperlakukan demikian.
"Tuan Kim," panggilnya, namun pria itu seperti tidak mendengarnya. "Changmin..." Betapa asingnya nama itu di bibirnya, tapi Leeteuk memanggilnya dan pria itu menoleh kemudian melambai dengan ceria. Leeteuk balas melambai dengan ragu, sedikit terkejut ketika pria itu berlari ke arahnya.
"Pagi, Leeteuk!" Changmin memanggilnya Leeteuk, dan ia menyadari kesalahannya, karena cepat-cepat mengoreksinya. "Oh, maaf , maksudku..."
"Tidak apa-apa -" Leeteuk tersenyum "- setidaknya jika hanya ada kita, tapi jika ada orang lain..."
"Aku akan mengingatnya." Changmin tersenyum cerah kepadanya; bahkan, Leeteuk tidak terlalu yakin, tapi apakah Kim Changmin baru saja mengedipkan mata? Mendadak ia tersadar ia masih mengenakan gaun tidurnya, meskipun terbuat dari bahan sutera yang berat. Tetap saja, pria itu juga memakai sedikit pakaian, celana pendek dan kaos, sebetulnya, tapi sopan santun sang ratu terlalu tinggi bahkan untuk mengedipkan mata.
"Kau mau minum teh bersamaku?"
Changmin tidak ragu-ragu; lagi pula ia sangat haus! "Dengan senang hati."
Changmin melirik ke balik bahu Leeteuk, mungkin mengira Raja akan muncul. "Dia sedang berjalan-jalan di luar, ya?"
"Aku tidak yakin," jawab Leeteuk, dan ia, tidak seperti biasanya, mendapati wajahnya merona, sedikit malu karena mungkin terlihat jelas ia tidur sendiri. Changmin mengernyit dan mendadak Changmin sangat sadar akan pakaiannya, karena cara pria itu memandangnya lebih karena tidak percaya dan bukan iba, tatapan yang tidak pantas, jadi, tidak juga; raut wajah Changmin seperti mengatakan bahwa pria itu sama sekali tidak mengerti kenapa Raja meninggalkannya sendiri. Hal itu membuat pipinya serasa terbakar dan tangannya sedikit gemetar ketika meminum tehnya sewaktu kepada pelayan membawakan cangkir lain.
"Apakah kau menikmati pesta semalam?" tanya Leeteuk.
"Aku belum bisa mengingatnya," jawab Changmin, lalu mulai tertawa. Sesaat Leeteuk mendapati dirinya ikut tertawa, meskipun tawa itu kemudian lenyap ketika Changmin melanjutkan. "Kurasa pidatoku tidak terlalu lancar. Aku bahkan tidak menyelesaikan..."
"Kami tidak terbiasa dengan pidato yang tidak terencana."
"Tunggu sampai kau datang ke pesta kami," ujar Changmin, kemudian ia mendongak. "Maafkan aku-" Ia menghembuskan napas "-agak canggung, bukan? Maksudku, jika kau mencoba mengenal kami lebih dekat, tapi..." Changmin menyeringai membayangkan Ratu di rumahnya. "Kita akan mengatasinya."
"Aku yakin begitu," sahut Ratu, meskipun dalam hati ia ragu pernikahan ini akan terjadi. Ia melihat kilau di mata Doyoung, tapi entah karena naluri orangtua atau karena hidup bertahun-tahun dengan hampa, sesuatu memberitahunya bahwa ada hal lain dalam pertunangan ini yang bahkan tidak Changmin ketahui, bahkan mungkin Doyoung, karena putranya bukan orang yang dikendalikan oleh hati. Ada sesuatu yang sedang terjadi dan Leeteuk tahun itu. Tetap saja, minum teh pada pagi itu anehnya merupakan puncak pesta bagi Leeteuk, Kim Changmin adalah pria yang peka, lucu, dan cukup menawan, dan yang mengejutkan, terkadang juga terlihat murung.
"Apakah Doyoung dekat dengan ibu tirinya?" Ratu mendekati topik yang sulit tentang keluarga besar Doyoung.
"Ya."
"Dan kau masih dekat dengan istri pertamamu?" Suara Leeteuk sedikit tegang; tapi hal itu sangat membangkitkan minatnya, bahwa seorang pria bisa membawa istri dan mantan istrinya ke pesta, dan dari sikap Changmin kepada Yuri, jadi, Leeteuk cukup yakin mereka masih sepasang kekasih.
"Yuri sangat hebat."
"Begitu." Leeteuk mengernyit. "Dan anak laki-laki itu..." Wajahnya bersemu merah karena memancing-mancing, tapi ia melihat anak itu bersama Ten, dan sungguh menyenangkan untuk bergosip. Sudah sangat lama sejak ia melakukannya. "Taeyeong?"
"Maksudmu Taeyong," Changmin mengoreksi. "Yang menggoda mantan tunangan putramu?"
Ratu nyaris tidak mengenali suara tawanya sendiri. "Ternyata kau menyadarinya! Jadi..." Ia sudah menyuruh kepala pelayan pergi dan ia sendiri yang selanjutnya menuangkan teh. "Taeyong anak dari pernikahan yang pertama?"
"Er, bukan..." Leeteuk mendengar cangkir tehnya berdenting saat meletakkannya di atas tatakan. "Ibunya bernama Hyoyeon, dia kekasihku."
"Oh."
"Dia sudah meninggal," Changmin menjelaskan. "Taeyong bersamaku sejak saat itu. Butuh beberapa saat bagiku untuk menerimanya, maksudku, aku berkata dia bukan anakku. Hyoyeon tidak pernah membantahnya, jadi kupikir aku benar. Ternyata dia melakukan tes DNA. Aku seharusnya menjaga Taeyong..."
"Tidakkah kau marah karena Hyoyeon tidak pernah memberitahumu?"
"Aku mengaguminya karena itu," sahut Changmin, dan ia menatap Leeteuk. "Ada sesuatu yang istimewa dari wanita yang memilih untuk diam, sesuatu yang langkah tentang wanita seperti itu." Dan Changmin kemudian sedikit canggung, mendadak teringat rumor yang pernah ia baca tentang tunangan Doyoung. Tapi ingatan itu sebetulnya membantu, karena ia tidak lagi canggung. Ia menatap Ratu dan mengira ada sekilas air mata di mata wanita itu, dan ia menatapnya lagi, karena Leeteuk benar-benar wanita cantik. Namun ada kesedihan dalam diri Leeteuk, dan Ratu atau bukan, Changmin tahu bagaimana bicara dengan wanita. "Aku menyesali banyak hal, tapi aku tidak menyesali bagaimana putraku dibesarkan, Hyoyeon melakukan tugasnya dengan hebat. Aku melakukan kesalahan, tapi kurasa kita semua begitu."
"Kau tidak boleh salah jika kau seorang ratu."
"Kau juga seorang wanita."
"Oh, tidak." Leeteuk menggeleng, tapi Changmin tidak menyerah.
"Tapi, kau terlihat seperti wanita bagiku. Dengan segala permasalahannya!" Changmin melihat Leeteuk tersenyum lemah. "Lagi pula, rasa bersalah menimbulkan lebih banyak masalah dan tidak menyelesaikan apa pun. Aku harus menjadi orangtua baginya, dan tidak mencoba menjadi temannya. Seperti yang kubilang, kita semua melakukan kesalahan-"
"Memang. Benar," potong Leeteuk, dan mereka sama-sama tersenyum simpul.
"Tapi tidak dengan Doyoung," ujar Changmin. "Jika itu yang membuatmu cemas. Sejak dia masih anak-anak aku biasa berkata kepada Yuri, anak itu terlahir untuk menjadi ibu! Kau harus melihatnya bersama saudara-saudaranya. Dia tidak mencari perhatian, tidak mencari-cari drama. Dia gadis hebat, lebih waras daripada kami semua, putramu akan menjadi laki-laki yang sangat bahagia. Omong-omong..." Changmin berdiri. "Sangat menyenangkan bisa mengenalmu lebih baik, Leeteuk. Aku tidak sabar menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu dan keluargamu."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Playing The Royal Game (JaeDo)
De TodoDapatkan Doyoung mempertahankan jati diri dalam perannya sebagai tunangan pangeran dengan segala istana yang mengekang? Dan sanggupkah Jaehyun menahan desakan yang bergejolak di antara mereka mengingat pertunangan ini hanya sementara? [Remake dari n...