"Assalamu'alaikum." sembari mengetuk pintu,berharap ada orang yang hendak membukanya.
Berhubung Fakhira sedang menyiapkan makanan,sedangkan Syifa dan Syakir sedang menunggu makanan di meja makan.
Begitu Syifa mendengar salam dari luar ia pun membukakan pintu."Wa'alaikumussalam,alhamdulillah abi sudah pulang."
Syifa langsung mencium punggung Usman.
"Mari bi masuk,,,"mempersilakan Usman masuk.
"Kamu nih kaya sama tamu aja." melihat tingkah anak bungsunya Usman tertawa kecil.
"Ya nggak pa-pa lah bi,namanya sama orang tua ya harus sopan santun." malu-malu.
"Iya-iya,oh ya ummi dan bang Syakir mana?." bola matanya melihati di sekeliling sudut rumah.
"Oh ummi lagi nyiapin makanan,bang Syakir lagi di ruang makan tuh nungguin makanan."
"Oh yaudah abi bersih-bersih sekalian shalat asar dulu ya nanti abi nyusul."
"Iya bi nanti Syifa sampein ke ummi."
Setelah mereka makan mereka kembali melakukan aktivitasnya masing-masing dan tak lupa juga menjalankan kewajibannya bagi seorang muslim.
****
Berbeda dengan keluarga Syifa,Zahra kini di rumah sendiri namun masih ditemani oleh pembantunya,karena orang tuanya pergi ke luar kota yang tengah sibuk dengan urusan pekerjaannya.Kini Zahra merenung sendirian memikirkan kejadian yang terjadi dengan sahabat kecilnya dulu.
"Hiks,hiks,,,aku nggak habis pikir kenapa setelah beberapa tahun yang tadinya hidupku bahagia sekarang menjadi seperti ini." bulir air matanya tumpah membasahi pipi putihnya."
Seketika lamunannya terhenti karena ada seseorang mengetuk pintu.
"Mbak,mbak Zahra." sembari mengetuk pintu.
Zahra tahu bahwa yang mengetuk pintu tersebut adalah Bi Minah.
Zahra segera mengusap air matanya dan segera membukakan pintu."Emm iya bi ada apa?" menyembunyikan kesedihannya.
"Ini mbak,bibi hanya mengantarkan susu untuk mbak Zahra." Zahra langsung mengambil alih susu yang dibawakan Bi Minah.
"Oh iya bi makasih ya."
"Iya sama-sama mbak,kalo begitu bibi pergi dulu ya."
"Iya bi." menutup pintu.
Setelah meminum segelas susu hati Zahra masih belum tenang dan masih kembali memikirkan masalahnya.
Lagi-lagi air mata dengan sombongnya menghujani pipinya.
Hiks...
Hiks...
"Ma,pa Zahra kangen,Zahra kesepian,apa mama dan papa nggak peduli dengan Zahra,hiks..."
Karena sudah sampai larut malam Zahra sampai ketiduran dengan kondisi pipinya yang masih basah.
****
Pagi yang begitu cerah membuat setiap orang selalu ingin terbangun dari tidurnya.
Jarum jam menunjukkan pikul 06.00.
Zahra melihat jam bekernya terkejut,karena ia bangun kesiangan dan langsung menuju ke kamar mandi.
Minah sudah dari tadi pagi beliau sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk Zahra.
"Pagi Bi Minah." ucapnya tersenyum lebar.
"Wah Bi Minah cepet banget dah selesai masak banyak,makasih ya bi."
"Iya sama-sama mbak."Bi Minah yang melihat Zahra dengan mata seperti mata panda bergumam," kasihan mbak Zahra,udah sendirian gak ada temennya lagi,ibu juga dengan bapak gak pulang-pulang sudah tau anaknya sendiri masih juga sibuk dengan pekerjaannya."
Setelah selesai sarapan Zahra beranjak pergi ke sekolahnya yang cukup dekat karena hanya dapat membutuhkan 5 menit saja.
"Bi,Zahra berangakat dulu ya,assalamu'alaikum." sembari mencium punggung tangan nya.
"Iya mbak,hati-hati,wa'alaikumussalam."
Sesampainya di sekolah, Zahra berusaha melupakan masalahnya,ia ingin orang di sekitarnya melihatnya bahwa ia sedang baik-baik aja.
Terdengar seseorang memanggil dari belakang.
"Zah,Zahra tungguin." orang yang dipanggil menoleh ke sumber suara.
"Iya,,,oh kamu Hilda, ayo."
"Mata kamu kenapa Zah,kamu habis nangis ya?"orang yang kini disampingnya mencoba nebak.
"Apaan sih engak lah,eng-ini tuh aku tadi malem tidurnya larut banget,jadi yah kaya mata panda,hehehe." berusaha mencari alasan yang tepat.
Hilda terkekeh dengan lelucon Zahra.
"Kenapa kamu tertawa,ini serius tau."
"Soalnya kamu lucu sih,eh iya hari ini kan ada pemilihan ekskul kamu mau ikut apa Zah?"
"Oh iya,apa ya?" memutar bola matanya ke atas.
"Kalo aku mau ikut band aja ah."
"Band?emang kamu mau jadi apa?"
"Vocalnya dong."
Zahra terkekeh,sdolah gak percaya bahwa Hilda bisa nyanyi,"emang kamu bisa nyanyi?"
"Eh kamu ngeremehin aku ya?"menyadari bahwa temannya gak percaya.
" Habisan kamu sok-sokan mau jadi vocal."
"Dari pada kamu,kamu gak ada bakat dan minat sekali." balas Hilda dengan kesal.
"Hiih ada dong,emang kamu hanya ngekhayal."
"Emang apa coba?" tantang Hilda.
"Entar kamu juga tau."
Mereka tiba di kelas dan meletakkan tasnya di bangkunya.
Zahra bertemu dengan Syifa,dan menyapanya karena ia berpikir bahwa dirinya hanya salah faham dengan sahabatnya itu dan berusaha melupakan kekecewaannya.
"Syifa.." sapanya.
"Eh Zahra,salam dulu dong." mengingatkan.
"Oh iya lupa,assalamu'alaikum Syifa."
"Wa'alaikumussalam Zahra,kok kamu pagi banget sih datengnya?"
"Iya lah kan rumahku deket dari sini."
"Oh iya ya aku lupa kalo kamu dah pindah."
"Oh ya Fa nanti kan ada pemilihan ekstrakurikuler kan,nah kamu mau ikutan apa ik?"
"Itu wajib ya?"
"Iya." jawabnya singkat.
"Eng-aku masih bingung,hla kamu mau ikut apa?"
"Aku juga masih bingung Fa."
"Huh kayaknya aku mau ikut TQ aja deh." menghela nafas sedalam mungkin.
"Hah TQ?apaan tu TQ?"
"Hehe,,, aku singkat aja,TQ tuh Tahfidz Al-Qur'an."
"Oalah,soalnya kan di jungklak kemarin kagak ada TQ."
"Iya-iya maaf buat kamu bingung."
Akhirnya Zahra merasa bahagia karena dia kemarin hanya salah faham dengan Syifa,bahwa Syifa tidak berubah dari dulu.
"Iya gak apa-apa kok."
Saling menjaga kepedulian antar sesama akan membuahkan buah yang manis.Sayangilah orang-orang di sekitarmu dengan kasihmu.Karena,kasih itu sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Hati Terketuk Hijrah
SpiritualDari seorang sahabat yang dahulunya pernah bersama-sama terpisah dan dipertemukan kembali.Namun, seakan dunia berubah semenjak Zahra salah faham terhadap Syifa dan melakukan berbagai cara untuk membalasnya.Sehingga membuatnya lupa akan segala hal kh...