Kak Umaizah,,,,?

5 2 0
                                    

Pagi yang cerah terlihat senyum yang merekah pada seorang muslimah yang menyembunyikan masalah,seakan-akan semuanya baik-baik saja.

"Fa kok kamu senyum sendiri sih??" tanya Annisa.

"Iya dong,kan senyum ibadah bukan?"Syifa berbalik tanya kepada Annisa.

" Heem."

Tiba-tiba ad sesok wanita yang mengampiri mereka.

"Eh ngomongin apa nih?"

Syifa terkejut lalu berdiam,ia takut jika hal kemarin terulang lagi.Syifa di dalam hatinya hanya mengucap istighfar sebanyak mungkin karena takut jika su'udzon.

"Loh kok diem sih?hem jangan-jangan..." Syifa memotong kalimat Hilda.

"Eh Zahra kemana?"Sambung Syifa.

"Gak tau tuh."Jawab Hilda kecewa.

"Gimana kalo kita cari Zahra yuk." ajak Syifa.

"Yaudah ayo."

Mereka berjalan melewati lorong-lorong kelas.Dan akhirnya mereka mendapati seseorang yang mereka cari di sebuah taman.

"Assalamu'alaikum Zah."Ucap Syifa dan Annisa,sedangkan Hilda mengageti Zahra yang sedang galau,entah memikirkan apa.

" Uhh,wa'alaikumussalam."

"Lo ngapain Zah di sini?" tanya Hilda.

"Iya,kok kamu keliatan sedih?ada apa?cerita dong,barang kali kita bisa bantu."

"Betul Zah kata Syifa kamu kenapa toh?" Ucap Annisa yang sedari tadi hanya diam.

"Gak,aku gapapa kok."

"Kalo gapapa kenapa kamu sendirian di sini?"

"Aku cuma merenung aja kok."

"Aduhh Zah,siapa sih yang tega ninggalin sahabatnya merenungkan masalahnya sendirian di sini?entar malah kesambet taunya." Tuturnya Syifa mengundang gelak tawa mereka.

"Hedeuh,kamu tuh ada-ada aja sih Fa."

"Ya makannya cerita dong."

"Yaudah deh aku bakal critain tapi entar ya."

"Oke,kalo begitu masuk yo.Keburu bel nanti."

Mereka kembali ke kelas dan siap menerima pelajaran sesuai jadwal pelajaran hari ini hingga selesai.

"Fa kita keluarnya bareng yah?"

"Ayo,emangnya kenapa?"

"Enggak kenapa-napa,emang ada yang aneh?"

"Iya enggak sih,cuma tumben aja."

"Iya aku lagi pengen deket terus sama kamu.Pokoknya kita sahabatannya gak bisa terputus dan diputusin oleh siapapun itu sampai kapanpun."

"Iya deh."

"Janji." Zahra mengacungkan jari kelingkingnya dan menunggu jari kelingking Syifa untuk dikaitkan.

"Janji." Mereka saling mengaitkan jari kelingkingnya.

Sesampainya di depan gerbang Zahra melihat ada seorang penjual bakso,ia ingin membelinya karena lapar.

"Em Fa,bentar ya aku mau beli bakso dulu,laper soalnya. Kamu mo beli gak?kalo mau aku beliin sekalian."

"Enggak kok,aku dah kenyang."

"Yaudah, bentar ya.Kamu tunggu sini loh."

"Iya."

Zahra memesan bakso sedangkan Syifa menunggu Zahra sambil duduk manis.
Ketika Syifa melihat ke sana ke mari,mata Syifa tertuju pada sosok yang ia kenal.Ia mengingat-ingat sosok itu pernah dikenalinya.Dan akhirnya Syifa ingat bahwa itu adalah sahabatnya di pondok dulu.

"Kak Umaizah..." Syifa memanggil sosok itu dengan panggila Umaizah kemudian menekan kata Zah. Sehingga terdengar sangat jelas ke telinga Zahra dan Umaizah.Karena Zahra mendengar ada yang memanggil namanya Zahra tertuju pada Syifa.

"Iya Fa ada apa manggil?" Zahra membalikkan tubuhnya menghadap Syifa,namun Zahra kecewa karena ternyata Syifa tidak memnggilnya,malah Syifa mengahampiri sosok wanita yang tidak Zahra kenal.

"Kak Umaizah,,,"Panggil Syifa lagi dengn mendekat.

" Syifa??"

"Assalamu'alaikum Kak."

"Wa'alaikumussalam dik."

"Kaifa haluki?"

"Alhamdulillah ana bi khoir dik."

"Alhamdulillah, lo kok kakak di sini?"

"Kamu lupa kalo kakak punya saudara di sini?"

"Oh iya,Bibi kakak ya.Lupa Syifa kak."

"Kamu sekolah di sini?"

"Iya Kak."

Dari kejauhan Zahra cemburu melihat kedekatan Syifa dengan perempuan itu.
Hiih kok mereka malah enak-enakan sih.Sementara aku sendirian di sini.Gumam Zahra iri.
Kemudia Zahra mengahampiri mereka.

"Syifa..."

"Iya Zah."

"Siapa??"Tanya Zahra.

"Oh iya kenalin ini sahabat aku sekaligus kakak kelas aku di pondok.Namanya Umaizah.Dan aku manggilnya kak,karena dia lebih tua dari aku.Dan aku juga udah menganggapnya sebagai kakak aku sendiri."

"Oh iya,kenalin aku Zahra kak.Sahabat Syifa juga."

"Kenalin saya Umaizah."

Mereka bersalaman satu sama lain.

"Wah berarti sahabat Syifa banyak ya." Sindir Umaizah sembari menyenggol bahu Syifa.Sedangakan Syifa hanya tersenyum malu.

"Pantes kok Syifa punya sahabat,Syifa kan anak yang baik.Semoga kelak kita dipertemukan di jannahnya ya ukhti." Umaizah merangkul Syifa dan Zahra sehingga mereka berpelukan.

Zahra merasakan kedamaian yang berarti, namun di hati Zahra masih ada rasa iri karena Syifa masih bisa dekat dengan orang lain,bukan hanya dekat dengan dirinya saja.

Kala Hati Terketuk HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang