Pemilihan Ketua Rohis

6 2 0
                                    

Dua minggu sudah mereka di SMA Nusa Bangsa,dan ini adalah pertemuan kedua anak Tahfidz Al-Qur'an.Syifa sangat senang.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." ucap salam Pak Syafiul selaku pembina Tahfidz Al-Qur'an.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh Pak." ucap bersama.

"Sebelum kita memulai pertemuan kita pada sore hari ini,mari kita panjatkan doa bersama-sama."

Para peserta memanjatkan doa dengan sangat khusyu'.

"Pad pertemuan kali ini kita akan mmbuatkan proker Tahfidz Al-Qur'an."

"Siapa yang di sini akan mengajukan diri sebagai ketua dan sejajarannya organisasi Tahfidz Al-Qur'an?" tanya Pak Syafiul.

"Saya pak." ujar sosok pria yang sudah agak sedikit lebih tua dari Syifa dengan tegas berani.

"Bagus Ali,ayo yang lain apkah masih ada yang ingin menjadi ketua?" tanyanya lagi.

"Saya Pak."

"Iya,berarti Ali dan Fikri maju ke depan kita pilih dengan voting ya anak-anak?"

"Baik pak."

Berakhir sudah voting dilaksanakan.Dan sudah bisa ditentukan,bahwa suara yang banyak adalah Ali.Ali menjadi ketua dan sebagai wakilnya adalah Fikri.Itu adalah kesepakatan jika,salah satu ada yang berhasil maka yang keduanya sebagai wakilnya.

"Alhamdulillah, voting sudah dilakukan dan pemenangnya Ali maka, yang menjadi yang menjadi ketua kamu Ali,dan Fikri menjadi wakil ketuanya." jelas Pal Syafiul.

Para peserta mengangguk menyetujui.

"Oh iya Ali,sekarang kamu pilih sekretaris, bendahara san seksi-seksinya ya."

"Baik pak." ucap Ali dengan sopan.

"Hmm,saya akan memilih kelas X yang akan menjadi sekretaris dan bendaharanya."

Sebenarnya ini sungguh sulit bagi Ali,karena dia harus memilih yang baik dari yang terbaik,dengan melihat dari segi akhlaknya.Setelah Ali mengamati Ali menemukan sosok yang pas untuk dijadikan sekretaris dan bendahara.

"Baik saya akan memilih adik ini sebagai sekretaris dan adik itu yang tasnya warna abu-abu sebagai bendahara." Ali menunjuk Syifa dan Annisa.

"Ha saya kak?" Syifa tidak menyangka kan dipilih,begitu pun dengan Annisa.

"Iya,kalian."

"Insya Allah kak,kami akan menjalanlan tugas dengan sebaik-baiknya."ucap Syifa dengan menunduk yang selalu menjaga pandangannya.

Sudah dua kali pertemuan ini para peserta dikumpulkan,tetapi belum ada latihannya,karena hari ini mereka masih masa pengenalan.

Pertemuan pada sore hari ini akhirnya selesai. Para peserta dipersilakan pulang.

       
                                 ****

Pagi hari ini Zahra kelihatan lesu entah apa yang dipikirkan Zahra.

"Zah kamu kenapa sih,lesu amat?"tanya seseorang yang ada disebelahnya.

"Ini tuh gara-gara kamu."Zahra menjawabnya dengan nada tinggi.

"Gara-gara aku?emangnya aku kenapa?" Hilda yang dari tadi tidak tahu apa-apa dibuatnya bingung.

"Kalo kamu kemarin malem gak chat aku tentang Syifa,aku gak kaya gini sekarang."

"Ooh jadi kamu masih mikirin sahabat kamu yang gak peduli itu?"

"Kok kamu bisa-bisanya bilang gitu sih,kamu kan gak tahu betul dengan dia?"

"Iya kan kenyataannya kaya gitu,hubungan kamu dengan dia kan kurang baik,dia lebih milih Annisa dibandingkan kamu."

"Udah lah aku capek dengan itu semua,aku ingin hidup bebas Da."

"Yaudah gak usah pikirin lagi,kan masih ada aku.Gitu aja kok repot." jawanya sinis.

Hilda yang seperti nya tidak suka dengan hubungan Zahra dan Syifa semakin menyusun cara ini untuk memutuskan persahabatan mereka.

Yes berhasil,batin Hilda.

"Oh iya aku mau kok bantuin kamu untuk menghilangkan pikiranmu itu,kamu kan juga pengen hidup bebas kan?"

"Iya,mau bantun apaan ha?"

"Nanti malem kita ketemuan di cafe cantik ya."

"Ha,di cafe?malem-malem?"

"Iya kita ngopi-ngopi cantik gitu deh."

"Iya deh."sebenarnya Zahra tidak mau,tapi apa boleh buat Zahra ingin sekali hidup bebas tanpa dibebani dengan masalah.Lagi pula itu juga sebagai refreshing.

Hilda hari ini sangat senang karena,ternyata itu adalah hal pertama yang akan menjebak Zahra ke jalan kemungkaran.

" Oh iya,gimana kamu masih suka ama Kak Rizal?"

"Ya masih lah,kamu kan aku suruh bantuin."

"Iya-iya."

Karena Zahra masih diam-diam memikirkan Syifa,Zahra hari ini akan membuktikan apakah Syifa benar-benar menganggapnya sahabat atau sekedar teman biasa.

"Syifa..."

"Iya Zah,ada apa?"

"Nanti kamu mau gak istirahat pertama akau ajak ke perpus,kamu tau sendiri kan dari kecil aku suka bac buku." Zahra mengingatkan Syifa kembali dengan masa kecilnya.

Syifa tertawa kecil mengingat masa kecilnya,"hehehe...iya ya kamu kan dulu seneng banget rebutan buku sama aku sampe-sampe bukunya sobek."mereka tertawa bersama mengingat masa lalunya.

"Terus gimana mau gak?"

Sebenarnya Syifa mau,karena kan itu juga tujuannya baik untuk menambah ilmu.Tetapi,Syifa juga tidak mau ninggalin kebiasaanya,yaitu shalat dhuha.

"Hmm gimana ya,aku kan nanti shalat dhuha,terus kalo nanti langsung ke perpus pasti waktunya habis."

"Jadi,maksudmu kamu gak mau nemenin aku ke perpus?" Zahra menduga jika perkataan Hilda benar,ia sama sekali gak peduli dengannya.

"E,,enggak gitu maksudnya Zah,kamu jangan cemberut dong,aku mau kok tapi nanti ya istirahat kedua aja gimana? lagian istirahat kedua kan waktunya lama."

"Ya sudahlah,iya aku mau."jawab Zahra dengan sedikit geram terhadap Syifa.

Usai shalat dzuhur Syifa menepati janjinya akan menemani Zahra ke perpus.

" Zah ayo,kita ke perpus. "

Hilda yang melihat bingung dengan kedekatan Zahra dan Syifa kembali.

Loh mereka kok deket lagi? batin Hilda yang sungguh benci dengan kedekatan mereka.

"Ayo."

Sesampainya di perpus,Zahra mulai mencari-cari buku yang akan dibaca sekaligus dipinjamnya,sedangkan Syifa juga mencari buku-buku pelajaran di bilik lain.

Brukkk....

Kala Hati Terketuk HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang