Seharian ini, Yugyeom dibuat bingung oleh sikap sang sahabat. Pasalnya, Jungkook terlihat mendung, tidak banyak bicara, dan uring-uringan. Bahkan setelah usai pelajaran, Jungkook yang biasanya akan bersikeras tidak mau kekantin, kali ini ia menurut.
Yugyeom bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Sebenarnya hal apa yang membuat sahabatnya sampai seperti ini. Padahal, baru saja kemarin Jungkook terlihat sangat bahagia.
Menimang dengan kebimbangan setengah mati. Yugyeom mencoba memberanikan diri membuka suara, "Jungkook, sebenarnya ada apa?" Ia memasang raut luar biasa penasaran. Tapi percayalah Yugyeom memiliki tingkat kekhawatiran lebih tinggi dibalik rasa keingintahuannya.
Yang ditanya mendongak dengan kening terlipat tanda tak paham dengan ucapan Yugyeom. Jungkook malah balik melempar tanya, "huh, ada apa? memangnya aku kenapa?"
Yugyeom menghela nafas malas. Diam-diam dirinya baru saja memaki Jungkook dalam hati, "Ck! Dasar bodoh. Diberi pertanyaan malah balik bertanya." Matanya berpaling jengah dari wajah polos Jungkook. "Kau kenapa? Mengapa wajahmu terlihat kusut seperti itu? Apa ada yang mengganggu pikiranmu sejak tadi? Kau bisa bercerita padaku, Jungkook."
Rentetan pertanyaan yang begitu detail baru lantas membuat Jungkook ber-oh ria. Yugyeom kembali berdecak malas melihat tingkah laku sahabatnya. Namun ia masih menerka-nerka dalam pikirannya. Hingga satu kalimat yang tercetus dari bilah bibirnya membuat Jungkook harus menahan nafas sesaat, "biar 'ku tebak. Pasti karena mereka, benar?"
Jungkook refleks menggeleng menyanggah. Yugyeom terlalu tepat meletupkan pelatuk "Ah t-tidak, Aku hanya ... hanya belum mendapatkan perkerjaan baru, Gyeom."
Yugyeom mengeryit, bahkan alisnya hampir menyatu ketika mendengar alasan Jungkook, "kenapa mencari pekerjaan baru? Dia memecatmu?"
Jungkook menggeleng lagi. Menggaruk alis sambil memikirkan jawaban yang tepat untuk menutupi alasan yang tidak seharusnya Yugyeom tau.
"Tentu tidak." Dia tidak mungkin menceritakan alasan sebenarnya kenapa ia ingin segera pindah pekerjaan." Hanya ingin."
Ia berdehem kemudian melanjutkan, "Aku bosan. Iya benar, aku hanya bosan terus bekerja disana." Jungkook memang pembohong ulung.
Tapi sayangnya bila yang dibohongi adalah Kim Yugyeom Seorang. Maka omong kosongnya itu tidak akan mempam mengelabui sang sahabat. Buktinya sekarang Yugyeom hanya mengangguk-anggukkan kepala lalu menegakkan punggungnya. Lantas menatap langit-langit kantin sambil memasang senyum remeh tanda tak terpedaya, "Dulu kau pernah bilang, kalau kau suka sekali dengan perkerjaanmu itu. Lalu, kenapa sekarang tiba-tiba bosan? Padahal aku masih ingat, lho, Jung. Kau bercerita padaku dengan raut antusias yang kelewat luar biasa itu, kalau kau tak akan meninggalkan pekerjaanmu apapun yang terjadi, sekalipun taman itu kebakaran. Lalu hangus sehangus-hangusnya seperti kulit Mingyu. Aku benar-benar masih mengingat semua kata-kata super over hiperbolamu itu."
Ia menatap Jungkook dengan pandangan mengintimidasi seperti ingin menguliti Jungkook hidup-hidup, "jadi? sebutkan alasan yang sebenarnya. Ck, dasar payah. Kau terlalu mudah terbaca, pembual!"
Jungkook meringis mengelus belakang lehernya. Bila sudah seperti ini. Tak ada lagi alasan yang bisa ia gunakan untuk menutupi.
"Emm, itu--" kembali diliriknya Yugyeom. Melihat Yugyeom menaikkan sebelah alisnya arti menunggu jawaban, Jungkook kembali menundukkan kepala lantas menjawab,"Se-sebenarnya, kemarin a-aku .... aku, ...uh."
Ia mendongak menatap Yugyeom, "Taetae hyung sudah tau." Kembali menunduk murung, "jadi, aku akan mencari pekerjaan baru."
Yugyeom nampaknya tak setuju dengan jawaban Jungkook, " tapi-- hei, kenapa harus mencari pekerjaan baru, Jungkook?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HOPE (✓)
FanfictionJeon Jungkook harus hidup diantara orang-orang yang membencinya karena kesalahan besar yang tak disengaja. Tapi, semua itu tak membuatnya gentar dan masih tetap berharap bisa medapatkan maaf dari semua kakaknya dan bisa hidup bahagia bersama. Meskip...