21

6.4K 600 117
                                    

Untaian daun diranting seakan melambai-lambai dalam buaian sendu. Diatas sana Matahari bersinar terik seakan ingin mengatakan ketidaksetujuannya atas pemuda yang telah stagnan bak patung ditengah lapangan luas. Kehangatan menguar disekitarnya, tapi satupun terasa tidak akan mau peduli padanya. Tidak ada yang ingin mendekat, barangkali membagi setitik kebahagaian ataupun membagi sebesar butir debu pun tak ada yang sudi.

Mendekap sebuket bunga Mawar. Ia menatap dari kejauhan, ia tengah bersembunyi di balik orang yang berlalu lalang. Tersenyum simpul terselip rasa bangga pun juga rasa luka.

Lihatlah dengan sepasang netramu, mereka sudah bahagia tidak pula harus terusik akan hadirmu. Biarkan mereka bahagia tanpa presensimu yang hanya terus menguarkan luka. Kau sudah jauh berjalan, kau sudah lelah, Jungkook. Tidak boleh lagi melanjutkan langkah dijalan yang jelas berisikan duri. Percayalah didepan sana tidak ada pelangi. Matahari tidak akan sudi muncul, kau tidak pantas untuk disinari setelah basah tergerus hujan belati.

Satu langkah tidak mampu untuk dikerahkan. Tidak, tidak, tekadnya sudah bulat. Biarkan dinding tinggi tak kasat mata yang selama membatasi geraknya semakin kokoh. Mencoba merobohkan pun terasa percuma, semua seakan sia-sia. Ia hanya akan mendapat luka, sayat-sayat akan bertambah.

Barangkali bahagiamu memang bukan disini. Ataupun acapkali kau memang tercipta bukan untuk menyesap secuil kebahagiaan?

"Hyung, Kau hebat! Kau memang yang terbaik. Kami bangga padamu." Samar-samar ia menangkap suara dari salah satu saudaranya didepan sana.

"Tentu saja. Kau Taehyung juga harus bisa memakai toga sepertiku. Dan Jimin juga, kalian harus bisa. Suksesmu tentu akan membuat kami semua bangga." Untaian kata manis mengandung doa tersebut membuat senyum Jungkook semakin mengembang. Ada sirat luka dibalik sorot matanya yang berbinar-binar.

"Kalau aku bisa berhasil seperti Hoseokie hyung, apa kalian juga akan bangga?" Ia bertanya pada kakak-kakaknya yang ada jauh didepan sana. Ia tentu tidak akan menuai balasan, hanya angin yang setia menjawab pertanyaannya. Jungkook hanya mampu tersenyum miris sambil menunduk.

Menghela nafas sejenak untuk menormalisir sesak didada. Ia kembali mengangkat kepalanya, memandang kedepan dimana tempat para saudaranya yang saling berbagi kehangatan satu sama lain. Jungkook mencoba menyematkan senyum dengan sudut yang bergetar. Hari ini dia datang hanya ingin menyaksikan Hoseokie hyungnya yang telah berhasil menyandang gelar sarjana. Ia harus merasa cukup dengan menyaksikan dari kejauhan, ia harus merasa cukup karena tidak ambil bagian walau hanya sekedar memberi ucapan selamat. Setidaknya Jungkook tidak melewatkan momen manis ini. Ia harus mengenangnya pada memori.

Sementara bunga yang ada didekapannya, ia beli untuk mama. Ia akan berkunjung ketempat peristirahatannya Mama. Barangkali mungkin Mama rindu dengan Jungkook, makanya Mama hadir dimimpinya.

Ia harus pergi sekarang, supaya segera sampai dimakam ibunya. Jam sudah menunjukkan pukul satu siang. Waktunya kian menipis sebelum kembali memulai pekerjaannya hari ini. Dan ketika berbalik hendak memacu langkah, Jungkook membeku sesaat kala ia mendengar salah satu kakaknya menyebut namanya sebab menyadari kehadirannya, lalu dilanjutkan dengan untaian kata seperti satu anak panah baru saja melesat mengenai punggungnya, "kenapa dia ada disini? Merusak momen saja."

Selanjutnya Jungkook mampu mendengar langkah cepat seseorang dari arah belakangnya, berjalan mendekat, Jungkook hampir mengambil langkah menjauh sebelum satu tarikan kasar menyeret paksa dirinya "ikut aku!" itu Seokjin hyungnya, mencengkram kuat pergelangan tangannya, menyeretnya menjauh dari keramaian tanpa berpaling kearah sedikitpun. Suaranya yang mirip seperti geraman membuat Jungkook meremang seketika. Dibalik hati yang kian teriris, ia tahu akan ada hal tak mengenakkan akan segera menimpa dirinya.

THE HOPE (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang