4

6.2K 571 15
                                    

"YAAMPUN! JUNGKOOK!"
Yugyeom memacu langkah cepat. Ketika matanya tak sengaja menangkap sosok sahabatnya tersungkur akibat ulah dari pria separuh baya.

Niat Yugyeom hendak pulang dengan berjalan kaki menuju halte bus. Setelah menanyakan lowongan pekerjaan pada sepupunya. Ah, bahkan lebih terkesan memaksa agar abang sepupunya itu mau menerima Jungkook.

Ia bahkan sudah berencana akan memberi tahu kabar gembira ini pada Jungkook esok hari. Jika sepupunya yang bermulut pedas itu berhasil dia takhlukkan.

Di sepanjang perjalanan Yugyeom tak henti-hentinya mengulas senyum membayangkan jika kabar menyenangkan ini akhirnya sampai ke telinga sahabatnya. Jungkook pasti akan begitu senang. Sebab, yang ia tahu menjadi Jeon Jingkook itu tak lah mudah.

Namun, seolah takdir senang mempermainkan perasaannya. Didepan mata sana, Yugyeom menyaksikan sosok yang ia bayangkan kebahagiaannya justru tersungkur menyedihkan. Dengan tangan yang sudah berdarah-darah.

"Astaga Jungkook! apa yang terjadi?!" Yugyeom tak mampu menyembunyikan kekhawatirannya.

Ia menatap Jungkook yang enggan menjawab. Kelihatan sekali jika temannya itu terkejut dengan kehadirannya.

"Yaampun, kau bahkan terluka, Jungkook!" Yugyeom segera meraih tangan yang masih bertumpu pada kasarnya jalanan yang terdapat banyak pecahan kaca.

Ia menggeram, matanya teralihkan pada sosok pria setengah baya yang tampak diam saja tanpa bersalah, "Hei, Tuan. Tidakkah kau masih memiliki hati nurani? Mengapa kau memperlakukan temanku hingga sampai seperti ini?!"

"Sayangnya hati nuraniku bukan diperuntukkan untuk bocah miskin dan tak tahu malu seperti dia!" Wajahnya tersarat sangat angkuh.

"Kau tak bisa sembarangan memperlakukan oranglain. Tak peduli dia lebih muda ataupun statusnya tak setara denganmu, Tuan!"

Pria setengah baya itu malah berdecih, "Dunia itu terlalu keras. Apapun itu yang lemah selamanya akan tertindas! Dan yang miskin akan tetap terinjak-injak. Aku hanya melaksanakan hukum alam. Temanmu itu sangat pantas mendapatkannya!"

Rahangnya mengeras, Yugyeom menatap nyalang. Sehebat apa dia sampai dengan beraninya merendahkan sahabatnya. "Kurang ajar! Dimana kau letakkan rasa kemanusiaanmu itu! Pikiran kolotmu terlalu pendek jika memperlakukan seseorang hanya dengan mengukur statusnya. Apa dengan kau berbicara seperti itu kau akan terlihat hebat? Begitukah cara kau mendidik anak-anakmu? Jika memang iya, selamat, setelah kau nanti tak mampu menumpukan kakimu dengan benar, kekuatanmu sepenuhnya melemah hingga hanya untuk menyuapkan harta ke mulut tak bermoralmu kau tak lagi sanggup. Maka anakmu hanya akan membuang bedebah tua sinting sepertimu dijalanan tanpa manusiawi dan belas kasih!"

Laki-laki tua itu sempat terhenyak mendengar penuturan panjang dan tajam dari Yugyeom. Ia merasa tak terima, maju selangkah mencekal kerah baju yugyeom, sementara tangan yang lainnya sudah berayun hendak memukul. Namun dengan cepat Yugyeom menangkis dan beralih mengayunkan bogeman yang tak main-main. Hingga tak sampai satu sekon. Laki-laki yang tak bermoral dimatanya itu lansung tersungkur menghantam kasarnya jalanan.

"Jangan salahkan aku jika aku bersikap kelewatan. Aku hanya belajar dari caramu memperlakukan orang lain. Karena anak-anak seperti kami adalah peniru ulung atas sikap para orang tua." Ia tersenyum miring. Pria yang tersungkuh itu tampak kewalahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan dari pukulan keras pada rahangnya.

Hingga mata memerah karena amarahnya. Sebuah tangan dingin dan terasa lengket menyentuhnya. Yugyeom mencebik, menatap Jungkook yang menggeleng untuk tak lagi menghujami pria setengah baya itu dengan kata kata pedas serta pukulannya. "Sudahlah, Yugyeom. Hentikan, aku tidak apa-apa."

THE HOPE (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang