25

5.3K 567 91
                                    

Jungkook tidak ingat apapun sebab ia terlampau terkejut. Keadaan tiba-tiba saja kacau, tumpukan piring yang ada ditangannya terhempas kelantai dan menimbulkan suara nyaring. Sementara dirinya tersungkur akibat satu bogeman yang nyaris membuatnya pingsan. Pandangannya yang semula rabun kini justru gelap. Jungkook tidak bisa melihat apapun dan siapa pelaku yang telah memberi bogeman padanya.

Bukan maksud ingin meremehkan, sungguh. Tapi dirinya memang tak menangkap suara keras pintu utama yang dibuka paksa mirip didobrak dan Jungkook pun tak mendengar teriakan murka yang memanggil dirinya. Tapi, mungkin ini memang salahnya.

Jungkook masih terdiam dengan padangan kosongnya sebab ia tak mampu melihat siapapun. Apalagi sekarang? Dia buta?

"S-siapa?" Katanya lirih takut-takut, mencoba meredam kegelisahannya.

Rambutnya ditarik, dirinya dipaksa untuk berdiri. Jungkook dapat merasakan kakinya berdenyut dan basah. Kakinya berdarah?

"Bajingan! Setelah apa yang kau lakukan, sekarang kau mencoba pura pura amnesia begitu?"

Sekarang Jungkook tahu pemilik suara tersebut.

Itu suara kakaknya, Kim Taehyung.

"T-tuan ma-maaf. Ada apa--"

"Kau pasti mencoba meracuni Jimin dengan perkataanmu itu. Dasar tidak tahu diri. Hidup mengharapkan belas kasihan, itukah yang kau banggakan?"

Bugh!

Sang kakak memukulnya lagi. Kali ini lebih keras sampai menciptakan luka baru pada sudut bibirnya. Darah merembes dan bodohnya saat ini Jungkook masih tidak mengerti sebenarnya dimana letak kesalahanya.

"Tuan sungguh aku--"

"Aku tahu memang diriku yang memecahkan kaca mobil ayah. Tapi tetap saja, yang membuatnya murka adalah dirimu, sialan! Kau jangan mencoba membela diri. Selamanya tetap kau yang salah. Ayah bahkan sudah membencimu dari lahir." Perkataannya dipotong kembali. Hatinya mencelos.

"Sekarang kau mencoba mencari perhatian pada Jimin."

Tuduhan terus dilayangkan padanya. Jungkook menggelengkan kepala. Ini semua tidak benar.

"Lalu menghasutnya supaya keadaan berbalik. Supaya mereka semua membenciku. ITUKAN YANG KAU MAU? BRENGSEK, JAWAB AKU?!"

Bugh!

Taehyung lagi-lagi melayangkan pukulan menyakitkan pada tubuh ringkihnya yang sudah amat sangat menyedihkan. Jungkook dipaksa berdiri kembali, kini tangannya bahkan ikut berdarah akibat tidak sengaja terkena pecahan piring.

"Aku tidak akan pernah membiarkan rencana busukmu itu terjadi. Tidak akan pernah!"

Bugh!

Ia tersungkur kembali untuk yang kesekian kalinya.

"Mereka tidak boleh membenciku."

Bugh!

Bugh!

Bugh!

"Brengsek! Mati kau! Cepat mati!"

Taehyung memukulnya membabi buta, memakinya sambil terus menendang perutnya kesetanan. Jungkook merasa bahwa ini semua memang salahnya. Sakit yang terus menghantam raganya membuat Jungkook bertambah sesak dengan hati yang semakin berdenyut sebab rasa bersalah kian menyayatnya.

Hingga ia terbatuk menyemburkan darah bahkan Jungkook juga merasa hidungnya juga mengeluarkan liquid anyir. Taehyung kembali menyentakkan untuk berdiri.

"Sebelum hal itu terjadi. Aku harus melenyapkanmu. Kau ingin mati kan, Jungkook? Bagaimana, ingin kuantarkan?" Taehyung berbisik pada telinganya sambil mencengkram kerah bajunya. Jungkook kelu, tidak sanggup mengurai kata. Mungkinkah ini akhir hidupnya?

THE HOPE (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang