35

5.4K 643 110
                                    

Tiada ada harta yang lebih berharga dari sebuah keluarga. Namun, seerat apapun engkau menggenggam dan merengkuh dengan segenap kekuatan yang kau punya. Kau juga harus ingat, bahwa tidak ada satupun yang abadi didunia ini. Suatu saat, waktu itu akan tiba dan merenggut paksa sesuatu yang berharga dalam hidupmu. Dan saat itu, satu-satu cara yang mampu engkau lakukan ialah merelakan, merelakannya pergi. Termasuk keluargamu.

Kenyataan yang begitu menyakitkan, tetapi tak punya kuasa untuk menolak. Sudah belasan berlalu. Namun, Taehyung masih tak mampu untuk menghapus rasa sakit yang telah bersemayam didalam dada. Baginya, keluarga begitu sangat berarti. Terutama sosok malaikat tanpa sayapnya, Mama.

Bagi Taehyung, Mama adalah segalanya. Mama itu bagaikan matahari paling terang sinarnya. Yang selalu mendekapnya dalam kehangatan. Makhluk ciptaan Tuhan yang paling berharga. Sosok rapuh namun mampu memberi kekuatan untuk mereka. Dulu, ia kerap kali menangis ketika tak sengaja mendengar rintihan kesakitan ibunya. Karena saking takutnya kehilangan orang yang sangat ia sayangi, Taehyung akan selalu memohon dan berharap, sekali saja, Tuhan mau dengarkan ia,

"Tuhan, jangan ambil mama."

Namun sekeras apapun ia menjerit dan menangis, berharap semesta merasa iba padanya. Takdir selalu punya cara, takdir selalu punya rencana yang mampu mengacaukan segala angan yang ia punya.

Mama pergi, begitu saja, tanpa pesan terakhir, tanpa pelukan.

Saat itu mama terlihat sangat beku, tubuh mama sudah tidak lagi hangat. Padahal Taehyung sudah kerahkan segala tenaga yang ia punya untuk mendekap mama dengan erat. Namun, sayang, tubuh mama tetap terasa dingin. Kehangatan yang ia berikan tak berarti apa-apa.

Suara bayi merah yang menangis dengan keras disaat peti mati ibunya ditutup, masih terekam jelas dalam ingatan. Taehyung memejamkan mata, rahangnya mengeras seketika, saat suara tangis yang beradu dengan derasnya hujan kala itu kembali terngiang. Bayi itu, bayi sialan yang telah melenyapkan malaikatnya, ia seharusnya tak pernah hidup. Jungkook seharusnya mati saja. Gara-gara dirinya, mama jadi harus kehilangan nyawa. Ia benci kenyataan tersebut, mengapa Jungkook harus hadir dengan cara melenyapkan kehidupan orang yang paling ia sayangi?

Saat itu usianya baru menginjak 4 tahun, namun Taehyung tahu, apa saja kesulitan dan penderitaan ibunya harus dihadapi selama mengandung Jungkook, sebelum akhirnya menyerah. Mama bahkan sampai harus berbohong bahwa anak yang didalam kandungannya adalah perempuan bukan laki-laki karena takut membuat ayahnya murka dan berakhir memaksa mama menggugurkan kandungannya untuk yang kedua kalinya. Sewaktu mengandung Jungkook, mama terlihat begitu lemah, mama sering pendarahan, bahkan tak sekali dua kali Taehyung melihat mamanya jatuh pingsan.

"Mama jangan sakit."

Ia menangis tersedu-sedu sambil mendekap sang mama dengan erat. Kala itu, Taehyung mampu merasakan kulitnya tersengat panas akibat  menempel pada tubuh ibunya.

Tapi mama hanya menanggapinya dengan tersenyum, mengelus rambutnya dengan lembut, dan berujar, "mama tidak apa-apa, sayang."

Taehyung menggeleng, ketakutannya begitu besar. Ia takut, takkan pernah bisa lagi melihat wajah ibunya. Ia takut Tuhan ambil nyawa mama disaat ia sedang terlelap.

Pukul dua dini hari, Taehyung masih enggan melepas dekapannya pada sang mama, yang terlihat tengah menahan rintihan kesakitan. Matanya yang telah sayu menahan kantuk tak sedikitpun ia beri kesempatan untuk mengatup. Mama yang sudah terlihat begitu kesakitan nyatanya masih mampu terkekeh, berujar lirih namun tak juga ampuh untuk menenangkan kegelisahannya, "Taetae matanya sudah hampir terpejam, tuh. Sekarang, pergi tidur, ya. Mama sudah tidak kesakitan lagi, kok. Tetapi Mama tidak  bisa gendong Taetae sampai kamar. Tidak apa-apa, kan?"

THE HOPE (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang