Suasana yang terlalu sepi terkadang dapat membuat pikiran kita terbang entah kemana. Kadang kala suasana sepi juga memaksa kita untuk mengingat kembali hal yang lalu-lalu. Beruntung bagimu bila yang datang adalah kenangan yang menyenangkan. Tapi bila yang datang adalah kenangan pahit maka hanya sakitlah yang akan kamu dapatkan.
Seperti halnya terjadi pada Jungkook saat ini. Melakukan kegiatan monoton seperti biasanya dengan suasana sepi. Sedikit punya dirinya kenangan yang indah dan banyak di isi dengan kenangan buruk.
Maka bak kaset usang diputar ulang. Semua memori menyakitkan, memilukan, yang mengiris ulu hati, membuat sesak didalam dada tak berkesudahan terngiang kembali.
Ia berharap hari ini sudah cukup kejadian tak mengenakkan hati berakhir didepan toko seorang lelaki setengah baya yang membuat tangannya terluka.
Namun, Jungkook hanyalah manusia biasa yang hanya bisa berharap tetap tidak bisa mencegah kesialan terus datang silih berganti.
Kejadian sore tadi kembali berhasil menggores hatinya untuk kesekian kalinya.
Tidak, Jungkook tidak menyalahkan kenapa bisa kardus yang digenggamannya jatuh ataupun menyalahkan kenapa Tuhan membuat hari serta takdirnya sebegitu rumit. Tidak memberinya sedikit peluang untuk bernafas tanpa harus takut dengan kemurkaan saudaranya.
Dia selalu menderita sebab keteledorannya.
"Astaga! Bagaimana ini?!" ia terburu-buru merapikan benda yang berserakan dengan cemas dan panik luar biasa, sebelum sang kakak datang dan mengetahuinya.
"Jeon Jungkook!! Apa yang kau lakukan?!" Bentakan sang kakak membuatnya terjingkat.
Belum sempat menghadapkan tubuh memohon ampunan. Bahunya tersentak. Satu buah bogeman melayang menghantam hidungnya dengan keras.
Bugh!
Belum sempat tubuhnya meresapi kesakitan. Namjoon yang memiliki badan dan kekuatan lebih besar, menarik kerah bajunya. Lantas menghantamkan Jungkook dengan keras.
"Inilah mengapa aku begitu membencimu. Kau payah! Perusak dan tak bisa diandalkan!"
"Aku membencimu anak pembawa sial!"
"ㅡBrengsek!!"
Bugh!
Tendangan keras pada perutnya membuat wajahnya memerah menahan kesakitan yang bisa saja lolos dari bilah bibirnya.
"Lihat?! Semua ini karena ulahmu, sialan! Kau merusak semuanya!" Namjoon murka ketika mendapati barang-barangnya rusak sebagian.
"Tuan, tolong maafkan a-aku" mohon Jungkook takut-takut pada sang kakak yang masih setia memunggungi sambil mengemasi barang-barangnya.
"Apa kau pikir maafmu bisa membuat barang-barangku kembali dalam keadaan utuh? Ini sudah hancur keseluruhan sebab kecerobohanmu, bodoh!"
"ㅡkau tau berapa harga semua barang yang kau hancurkan, huh? Aku bisa jamin, anak miskin sepertimu tidak akan mampu membelinya."
"Aku akan mencoba menggantinya, Tuan. Mohon maafkan aku." Ia segera bersimpuh, mengabaikan nyeri luar bisa pada tubuh dan relung hatinya.
"Cih! Omong kosong! Apa yang bisa dilakukan anak pembawa sial sepertimu, hah? Kau ingin mencuri supaya bisa mengganti barang-barangku! Mengaku saja kau!"
"Tidak, Tuan. Aku tidak akan mencuri. Aku akan berusaha mengganti semua yang telah ku rusak." Jungkook menutup mata memohon untuk kesekian kalinya. Berharap amarah sang kakak mereda dan tak memukulnya lagi. Walau dia tidak bisa benar-benar menjamin jika kedepannya ia akan mendapat uang untuk membayar semua ganti rugi. Sedangkan memenuhi kebutuhannya sendiri saja masih terasa begitu sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HOPE (✓)
FanfictionJeon Jungkook harus hidup diantara orang-orang yang membencinya karena kesalahan besar yang tak disengaja. Tapi, semua itu tak membuatnya gentar dan masih tetap berharap bisa medapatkan maaf dari semua kakaknya dan bisa hidup bahagia bersama. Meskip...