8

5.7K 610 40
                                    

Seseorang mengatakan, ada baiknya bila kita tidak perlu menaruh prasangka negatif terlebih dahulu. Apa yang ada dipikiranmu belum tentu terjadi. Takut-takutnya ada malaikat sedang lewat disampingmu tidak sengaja mendengar isi pikiranmu. Lalu jangan salahkan bila malaikat mengaamiinkan lalu Tuhan mengabulkannya. Maka dari itu tetaplah optimis pada pikiran positifmu, jangan cepat-cepat berspekulasi apalagi menaruh asumsi buruk.

Seperti terjadi pada Jungkook saat ini, agaknya memang dia menyesali pikiran buruk yang sempat mampir di otaknya. Mungkin inilah akibatnya. Sepertinya memang Tuhan mengabulkan, atau memang sudah takdir yang harus disesap dan dijalani.

Jungkook tidak lagi merasakan seperti apa itu menghirup oksigen. Kepala, hidung, serta paru-parunya mendadak penuh dengan air.

Tadinya ia memang pingsan lagi setelah aksi penyiksaan yang dilakukan para kakaknya,-- ralat- tidak semua. Hanya Kim Hoseok dan Kim Seokjin.

Lalu tanpa diduga ia pingsan dari pagi hingga sore menjelang malam. Melewatkan dan tidak sengaja melupakan tugas yang semestinya wajib ia kerjakan, bahkan ia absen sekolah hari ini. Terbangun dengan tendangan kasar pada punggungnya. Belum sempat lagi ia mengerjap satu tarikan kasar pada rambutnya membuat dunia serasa berputar. Pusing sekali.

Jungkook dipaksa bebalik lalu langsung tertancap pada sorotan mata kelam sang kakak. Kim Seokjin. Ia membalas dengan sorotan mata yang sendu dan layu ketara sekali ia sudah kehilangan setengah bahkan hampir semua sisa tenaga yang ia punya.

"KEPARAT!!" Makian Seokjin seolah menghantam keras wajahnya yang hanya berjarak beberapa inci darinya.

"KAU!! ㅡBRENGSEK!!" Lalu cengkramannya pada Jungkook dilepaskan begitu saja. Sehingga Jungkook harus terbanting kasar dilantai yang keras. Bersyukur karena bukan kepalanya yang lebih dulu mendarat kelantai tapi yang namanya terbanting kasar ditempat yang keras, tetap saja terasa sakit.

Belum lagi ia sempat menormalisir rasa ngilu yang kembali meradang punggungnya. Jungkook harus merelakan tubuh untuk yang kesekian kalinya diseret secara kasar bak layaknya hewan yang tak pernah patut dikasihani.

Seokjin yang sudah gelap mata dengan amarah yang mendominasinya. Tak lagi menyadari akan kondisi fisik Jungkook yang sudah seperti menunggu malaikat maut menjemput. Tak lagi nampak baginya darah mengering yang menghiasi wajah Jungkook.

"Sepertinya hari ini, kau memang ingin mati ditanganku, Jungkook. Akanku lakukan supaya Malaikat kematian segera menjemputmu. Katakanlah selamat tinggal pada dunia ini, sialan!" Katanya penuh tekanan amarah, tetap menyeret Jungkook kemana pun pergi semaunya. Tidak perduli sama sekali dengan tubuh Jungkook yang terhantam anak tangga.

Telinga Jungkook tak lagi mampu mencerna dengan baik, apa yang sudah diucapkan kakaknya. Ia hanya pasrah saja, semoga nanti dan esok hari ia masih diperkenankan Tuhan untuk melihat dunia. Semoga. Setidaknya jika memang Tuhan ingin mengambilnya, tolong izinkanlah dulu ia untuk meminta maaf atas segala kesalahan yang diperbuatnya pada semua kakaknya. Setelah itu jika Tuhan ingin mengambilnya maka ambilah. Ia akan ikhlas meski tak tau seperti apa itu rasa dari kebahagiaan dan kehangatan keluarga yang sebenarnya.

Kalau boleh jujur Jungkook juga ingin menyerah karena ia sudah lelah. Tetapi, karena maaf yang belum juga didapatkannya ia tetap berjuang walau badannya harus hancur lebur.

Sampai kakinya berhenti pada sebuah pintu kamar mandi. Seokjin melemparkan Jungkook disana. Kepalanya sempat membentur bak mandi membuat pandangannya kian mengabur.

Lalu tanpa diduga Seokjin mencekik kuat lehernya membuat jalur pernapasan kian menyempit. Jungkook tidak mampu melalukan perlawanan yang berarti. Tangannya terkulai lemas disamping tubuhnya, serasa seperti sudah terlepas dari tempatnya. Ia pasrah saja.

THE HOPE (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang