Tetes demi tetes air yang berasal dari keran berjatuhan tepat mengenai kepala seorang pemuda yang tertidur dibawah dinginnya lantai kamar mandi. Mengalir pada setiap sisi wajahnya seolah sedang mengelus lembut wajah lusuhnya sambil merayu pemuda itu untuk segera bangun dari tidur penatnya.
Jungkook tertidur dengan keadaan kepala menunduk dalam seperti enggan menunjukkan wajah lebam menyedihkannya pada siapapun yang berada disekitarnya bahkan pada serangga sekalipun.
Pada akhirnya Jungkook pun terbangun. Mengerjap sayu sambil meneliti keadaan suasana disekitarnya.
Dia tertidur dikamar mandi
ㅡahh, ralat
Dia pingsan untuk yang ketiga kalinya.
Belum lagi ia sempat meratapi apalagi melankonis keadaan dirinya yang menyedihkan. Ia kembali diserang secara bertubi-tubi, yang kali ini datang dari dalam tubuhnya. Kepalanya sakit bukan main seperti baru saja dihantam satu buah balok kayu besar sampai-sampai membuat kedua matanya memanas.
"S-sakit..."
Denyutan yang semakin mendominasi isi kepalanya membuatnya mencengkram rambutnya sendiri. Seakan lupa dengan keadaan kedua tangannya yang tak kalah menyedihkannya. Ia lupa pada sakit dikedua tangannya itu dan lebih terfokuskan pada sakit dikepala yang kian menjadi.
Matanya memejam erat menahan erangan yang kapanpun bisa lolos dari belah bibirnya. Ia tak ingin ada satu makhluk pun terlebih para kakaknya yang mendengar erangan pilu menyedihkannya.
Jungkook memanjatkan doa didalam hati lukanya, memohon kepada Tuhan supaya mengasihaninya. Ia ingin sakitnya ini ditarik dan dibawa pergi oleh Tuhan. Ia ingin segera bangun dan pergi dari tempat yang menjadi saksi bisu segala kelaraan dirinya. Disini dingin sekali. Ia tak ingin terkena hiportemia walau pada kenyataan demam pun sudah menyerangnya sejak kemarin.
Jungkook yakin sekarang sudah pagi ㅡralat dini hari dan saatnya ia harus mengerjakan rutinitasnya. Untuk kali ini saja ia tidak ingin raganya tersakiti lagi. Ia tak mau membuat kesalahan lagi. Jungkook ingin mengistirahatkan tubuhnya dahulu. Jika memang tidak boleh bagi Jungkook untuk meminta waktu istirahat yang panjang, maka izinkanlah untuk satu hari ini saja.
Tuhan, please...
"Jebal... A-appoㅡ Hajima jebal..."
Jungkook berkata lirih bergetar menahan kesakitan serta tangisnya. Tangan ringkihnya semakin brutal menarik rambutnya.Pada akhirnya cengkramannya melemah seiring dengan rasa sakit yang menyurut. Jungkook memejamkan mata sambil mengatur nafas yang masih terengah. Sakitnya sudah hilang dan pergi tapi tubuhnya melemah. Tenaganya habis.
Jungkook mencoba mengerahkan tenaganya yang kian menipis untuk beranjak dari sana.
Satu kali-
Gagal.Dua kali-
Masih gagal.Wajahnya memerah sedih nan pilu. Pada akhirnya ia sanggup berdiri meski harus menyender pada dinding kamar mandi. Jungkook mulai menggerakkan tungkainya perlahan. Terasa kaku dan kebas. Ia berjalan dengan tangan yang berpegang pada dinding dan langkahnya yang tertatih.
Untungnya bagi Jungkook karena kamarnya terletak pada samping kamar mandi tempat ia disiksa. Kamarnya adalah ruang paling belakang di masion keluarga Kim. Kamar yang amat sangat sempit. Yang hanya dapat memuat satu kasur kecil dan satu meja belajar berukuran sangat kecil. Tidak apa-apa bagi Jungkook, sebenarnya. Walau malam hari akan terasa amat dingin apalagi saat musim salju tiba. Ia sudah terbiasa bahkan sudah bersahabat dengan yang namanya dingin. Setidaknya Seokjin tidak menyuruhnya tinggal di gudang yang kotor dan harus berbagi ranjang dengan tikus.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HOPE (✓)
FanfictionJeon Jungkook harus hidup diantara orang-orang yang membencinya karena kesalahan besar yang tak disengaja. Tapi, semua itu tak membuatnya gentar dan masih tetap berharap bisa medapatkan maaf dari semua kakaknya dan bisa hidup bahagia bersama. Meskip...