14

5.6K 514 40
                                    

Yugyeom masih setia pada posisinya semenjak 30 menit yang lalu. Bersandar pada gerbang sekolah yang menjulang tinggi,matanya masih setia memperhatikan para siswa yang lewat disekelilingnya tanpa kedip. Sumpah, matanya jadi perih. Namun terlepas dari itu semua ia cemas sejak kemarin. Tidak mengulangi kebodohannya untuk yang kedua kalinya, ia sudah pergi kekelas untuk sekedar mengecek Jungkook sudah ada disana atau belum datang. Meninggalkan Jungkook dengan sepupunya yang membuat kesepakatan bekerja sampai malam hari bukanlah perkara baik. Dia bahkan tidak bisa tidur saking cemasnya.

Kadang kala juga pernah sempat terbesit, bagaimana jika pada akhirnya hubungan pertemanan mereka yang sudah mengakar ini akhirnya berakhir secara tragis? Bagaimana jika ternyata ada satu fakta terkuak secara tiba-tiba dan membuat jalinan pertemanan mereka terputus begitu saja?

Yugyeom sampai menggeleng sendiri. Menepis asumsi buruk yang sempat terlintas dipikiran. Hal seperti itu tidak akan pernah terjadi. Ia sangat yakin itu.

Terlalu asik pada pikirannya yang melanglang buana tanpa sadar jika sosok yang sejak tadi ditunggunya sudah berjarak lima langkah darinya. Matanya mulai menatap dan meneliti apa yang terjadi pada sahabatnya. Dari cara berjalannya sepertinya Jungkook sedang dalam keadaan tidak baik.

Hingga pada sekon berikutnya hal aneh terjadi ketika Jungkook melewatinya, seperti tidak menyadari sama sekali jika eksistensinya berdiri tegak bak satpam didepan pagar.

"Jungkook tunggu!" Ia berteriak namun dihiraukan.

Jungkook masih tetap memacu langkah lunglai sambil mengerut kening dengan sesekali menggeleng. Padangannya mengabur bahkan pendengarannya tidak bekerja dengan baik. Wajar saja ia tidak menyadari presensi dan tidak mendengar teriakan Yugyeom.

Memaksakan diri untuk tetap bersekolah setelah apa yang dialaminya beberapa hari terakhir, bukanlah ide bagus. Nyatanya kaki sudah hampir tak mampu menompang berat badannya. Ia hampir saja terhempas ke jalanan jika saja tidak ada seseorang dengan sigap menangkap tubuhnya sebelum menyentuh kasarnya aspal.

Mengedipkan mata ketika tidak bisa melihat wajah orang yang telah menolongnya dengan jelas, pandangannya semakin memburam, ia berujar"s-siapa?"

"Ini aku Yugyeom, Jungkook."

"Y-yugyeom??" Hingga kesadarannya direnggut paksa. Padangannya berubah hitam dan telinga yang tak mampu lagi menangkap suara disekelilingnya. Jungkook tidak lagi merasakan kakinya berpijak pada bumi, tubuhnya serasa melayang. Bahkan gunjangan serta teriakan panik Yugyeom yang memanggil namanya tak mampu lagi dirasakan dan didengarnya.

"Jungkook! Astaga! ...Ya! ireona!!" Yugyeom yang panik masih terus mengguncang tubuh Jungkook.

"ㅡPpaboya jinjja!" Mengumpat entah tujukan kepada siapa. Matanya tiba-tiba jadi berkaca-kaca. Tidak ada yang mempedulikan mereka disini. Dengan sigap walau hatinya kian teriris melihat kondisi temannya yang memprihatinkan, ia dengan sekuat tenaga memindahkan tubuh Jungkook kepunggungnya. Berlari tergopoh menuju uks.

...

Sesampainya di UKS, ia segera merebahkan tubuh Jungkook dibrankar. Sangat disayangkan tidak ada yang berjaga disana. Dengan tangan bergetar ia sibuk membuka tutup lemari mencari sesuatu. Namun ia sendiri juga tidak mengerti apa yang dibutuhkan ketika melakukan pertolongan pertama.

Hingga irisnya tertumbuk pada lengan Jungkook yang tersingkap. Walau ia tau hal seperti ini pasti akan didapatkan Jungkook namun tetap saja ia terkejut. Disana terdapat memar yang membiru bahkan ada banyak luka luka goresan mirip seperti habis terkena cambukan.

Tak tahan, airmatanya meluruh. Ia menangis melihat kondisi Jungkook yang sangat menyedihkan. Disaat seperti ini bahkan ia tak mampu berbuat apa apa. Ia tidak bisa diandalkan padahal temannya bisa saja sedang sekarat.

THE HOPE (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang