18

5.8K 565 74
                                    

Dalam kesunyian yang berbalut dengan luka. Dengan kondisi tubuh lebam hampir menyaingi luka pada hati yang sekarat. Ia memejam matanya rapat-rapat. Menangis dalam kegelapan. Meremat selimut kumal sebagai pelampiasan. Ia mimpi buruk.

"hiks, tidak a-ayahh, kookie anak ayah. Bukan anak haram!" Tergugu dalam kondisi dibawah alam sadar. Kejadian yang sempat terlupakan nyatanya muncul kepermukaan kembali. Menghunus hati dan pikiran yang tiada memiliki waktu tenang. Menambah siksa batin yang terkubur dalam-dalam.

"Kookie- tidak bersalahh, hiks. Kookie tidak tahu itu ulah siapa! Kookie tidak tau ayah. Jangan pukul kookie lagi, hiks- jebal..-" sangat disayangkan, tidak ada yang tau bahkan tidak akan ada yang peduli sekalipun ia tengah mimpi buruk. Karena pada kenyataannya semesta pun tak akan pernah memihak dirinya.

"DIAMM!!"  Dalam buaian mimpinya. Sang ayah gelap mata pada dirinya. Berteriak geram tepat didepan wajahnya. Suaranya yang besar melengking pada telinganya, sampai membuat kepala Jungkook pusing kala itu.

Dalam sekejap ia terdiam menatap takut sang ayah dengan sesenggukan yang belum reda. Dalam hati tidak berhenti memohon pada Tuhan. Dalam kebungkamannya ia tak henti-hentinya memanggil malaikatnya. "Bibi jeon, bibi jeon. Tolong kookie. Ayah marah besar. Kookie takutt sekali!". Berbisik lirih dalam hati yang bergemuruh getir. Sampai pada satu hantaman pada kepala membuat semuanya kian menyakitkan.

"Anak bodoh! Anak tidak tau diri! Kalau saja aku tau bahwa kau yang terlahir. Maka sejak dulu aku menyuruhnya  menggugurkan mu! Salahmu karena kau terlahir bukan perempuan! Kau malah membunuh istriku! Sialan! Mati saja! Jangan benafas lagi!" Nyatanya Tuan Kim kian mendidih. Tidak ada belas kasih ketika anaknya memohon ampun sampai bersujud. Ia malah tega tega saja menghantamkan kepala anak malangnya pada kerasnya dinding berulangkali.

Dilain sisi bibi Jeon menangis dalam diam menyaksikan sang Tuan Muda yang harus menanggung siksa sambil mendekap salah satu kakak kembarnya, yang juga masih tergugu dalam tangis ketakutannya. Dia Kim Taehyung, pelaku yang sebenarnya. Dalam hatinya ia resah sendiri, tidak henti-hentinya terkaannya muncul, bagaimana bila ayah tau, jika pelaku sebenarnya adalah dirinya? Kaca mobil itu ia yang memecahkan, bukan Jungkook. Ah, bagaimana? Ia tidak mau dipukul seperti itu. Tidak mau pokoknya. Pasti sakit sekali.

Jungkook kecil dapat merasakan anyirnya darah pada indera pengecapnya. Bibirnya pecah mengeluarkan darah. Kepalanya sakit bahkan mungkin akan menyusul mengeluarkan darah sebentar lagi. "A-ayah ma-maaf-"

"AKU BUKAN AYAHMU BERENGSEK!" Matanya masih menyimpan amarah yang berkobar bahkan ketika siksaan bertubi-tubi yang dilakukan pada tubuh kecil anaknya pun tak mampu menyurutkannya.

Beralih mencengkam kerah baju anaknya dengan kasar, menyeretnya tanpa peduli anak itu terjebab berulangkali. "Ayah, kita akan kemana? Ayah maafkan kookie! uhm?? Jangan hukum kookie lagi, jangan pukul kookie lagi, Ayah. kepala kookie masih sakit, jangan lagi. Kookie tidak-"

PLAKK!

"sekali lagi kau panggil aku ayah. Maka aku tak akan segan segan robek mulutmu itu!" Setelah menampar Jungkook kecil sampai membuat anak itu terdiam. Ia kembali menarik Jungkook kecil lagi. Mendorong masuk tubuh mungil itu pada mobil lalu menutupnya dengan kasar, tanpa memasangkan sabuk pengaman.

Ia beralih memasuki kursi kemudi pun tanpa memakai sabuk pengamannya dengan benar, "Sekarang aku bukan ayah mu lagi, ahh-tidak tidak. Sejak kau lahir bahkan aku tak pernah menganggapmu anakku. Jadi berhentilah memanggilku ayah, sialan."

Mata Jungkook kecil kala itu menatap sang ayah dengan pancaran kekecewaan. Wajahnya yang sudah acak acakkan menambah kesan menyedihkan terlukis disana. Ia menggeleng ribut. Menolak kenyataan pahit pada aksara sang ayah yang telah dicetuskan padanya. Tidak. Tidak boleh. Jungkook selamanya anak ayah! iyakan, ayah?

THE HOPE (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang