7

5.9K 531 37
                                    

Angin berhembus pelan dipagi hari seresa menebus kulit, Mencekik tengkuk, menusuk-nusuk ujung kuku, dan mencabik-cabik tubuh lemah yang sedang tidur meringkuk diatas ayunan dalam suasana sunyi senyap.

Badannya mengigil bukan main. Jungkook terbangun dengan kepala pusing yang mendera.

Perlahan Jungkook meraba kepalanya. Tidak ada perban yang melilit disana. Darah yang merembes kemarin sepertinya telah mengering disisi wajahnya.

Perlahan pandangannya mulai menelurusi satu persatu keadaan yang sekarang. Tidak ada kasur yang empuk, tidak ada selimut yang nyaman, apalagi pelukan hangat. Semua hanya bunga tidurnya. Mungkin sapaan kemarin juga hanyalah hayalan semata.

Jungkook tersenyum miris. 'Ah jadi kemarin hanya mimpi yah'. Kenapa terasa sangat nyata?

Matanya mengerjap lemah. Seluruh persendiannya terasa kaku. Belum lagi memar yang terdapat dipunggungnya berdenyut ngilu. Mengangkat tangannya saja terasa sulit, apalagi ingin mendudukkan diri, rasanya sangat mustahil.

Jungkook merasakan hembusan nafasnya panas. mungkin dia terserang demam karena kejadian kemarin.

Pada sekon berikutnya Jungkook dapat mendengar langkah kaki seseorang terkesan terburu-buru dari arah belakangnya lalu disusul dengan teriakan lantang yang membuatnya terlonjak kaget "BRENGSEK!"

byurr!

Satu ember berisi air dingin dan bongkahan es mengguyur badannya, sukses mengirimkan rasa ngilu pada semua sendi badannya.

Jungkook menggigil kedinginan dengan posisi tubuh yang masih meringkuk. Ingin sekali rasanya ia bangun, tapi apalah daya, kekuatan pada tubuhnya seolah melebur bersama genangan air dan es yang menembus bajunya.

"Bangun kau brengsek!" Jungkook memejamkan matanya erat ketika lagi-lagi ia menerima teriakan dari sang kakak.

Katakan pada kakaknyaㅡKim Hoseokㅡ Jungkook tidak kuat untuk bangun. Tubuhnya lemas tak bertenaga.

Hoseok yang tidak juga mendapat reaksi dari Jungkook, mendengus. "Heh, bajingan kau tuli, huh?"

"ㅡBrengsek! Benar-benar ingin diberi pelajaran, eoh?!" Serunya murka karena Jungkook tidak juga bergerak ataupun barangkali menjawab.

"A-aniyo" jawab Jungkook pelan. "A-aku tidak bisa berdiri, Tuan." Jungkook menarik nafas menahan kegugupan dan mengumpulkan sisa keberanian, Jungkook berujar lirih takut "Bi-bisakah Tuan bantu aku duduk?"

Hoseok tersenyum remeh "jangan memancingku untuk menghajarmu, brengsek! Cepat berdiri atau aku akan patahkan semua tulangmu!"

"A-aku tidak sanggup, hyungie." ujarnya lirih dan tidak menyadari kalau ia baru saja membuat kesalahan fatal dengan memanggil kakaknya dengan sebutan"hyung".

"Mwo?" Hoseok melirik sinis kearah Jungkook. Mungkin kesabarannya sudah diambang batas. Dia tidak sudi jika Jungkook memanggilnya dengan embel-embel 'hyung'.

Sang kakak tersenyum miring dan menatap tajam Jungkook, sumpah Jungkook takut "ahh... ingin dibantu dengan hyungie? Iya?" Hoseok tertawah remeh.

Jungkook menelan ludah kasar. Bulu kuduknya meremang. ini bukan bertanda baik. Sang kakak menatapnya bak layaknya seorang psycopath.

"Kemari kau bajingan kecil!" hal selanjutnya yang dapat diprediksi apa yang akan di dapat Jungkook.

"Akh..." Tanpa aba-aba Hoseok mencengkram kuat rambut Jungkook membuat refleks memekik. Menarik kasar Jungkook hingga terjatuh dari ayunan.

"Apa-apaan?! Lancang sekali kau memanggilku hyungie?! Bedebah!"

Plaakk!

Satu tamparan mendarat dipipi lebam seorang Jeon Jungkook. Anak yang malang. Bahkan kesalahan kecil harus dibayar dengan hal yang begitu menyakitkan.

THE HOPE (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang