16. Taruhan

122 6 22
                                    

⚠️Awas banyak typo⚠️

Sepulang sekolah Agatha berpisah dengan Adel dan Misya di gerbang. Melakukan aktivitas seperti biasa,yaitu berdiri di gerbang sambil menunggu Sisil keluar.

Selang beberapa lama tak ada kabar apapun dari Sisil,membuat kaki nya sedikit keram karena terlalu lama berdiri. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi menyusul ke kelas Sisil.

Baru saja dia berjalan, Sisil sudah berlari kearahnya sambil membawa beberapa kertas. Sisil tersenyum, dan mengangkat 2 jarinya berbentuk V tanda peace.

"Lo pulang sendiri bisa? Gue lupa kasih tau lo, gue hari ini jam tambahan sejarah nih,mungkin bisa 1-2 jam an."

Agatha menghela napas berat,sebelum akhirnya dia mengangguk sambil tersenyum.
"Oke." Jawab Agatha dengan singkat. Agatha menyuruh Sisil agar cepat kembali ke kelasnya sebelum guru sejarah nya datang.

Motor sport warna hitam berhenti tepat disamping Agatha. Dirinya berjalan sendiri sambil menunggu ojek atau taksi yang lewat.

Seorang pria berjaket kulit tersenyum pada Agatha,Agatha pun membalas senyumannya.

"Pulang sama gue ya?"

"Gak usah,Al. Gue takut bawa anak cowok dateng ke rumah keseringan."

"Yaealah. Dari pada lo lama nunggu ojek."

Agatha terlihat berpikir sejenak,menimang-nimang perkataan Algi barusan yang langsung di balas oleh anggukan Agatha.

Algi tersenyum lebar,ia membantu Agatha yang sedikit kesusahan menaiki motornya.

Agatha sudah naik, tetapi dirinya merasa tidak nyaman. Algi bisa merasakan itu. Algi melirik ke arah belakang,melihat Agatha yang sedang menunduk.

"Nih." Algi peka, dia melepaskan jaket kulitnya lalu memberikannya kepada Agatha.

"Buat apa?" Tanya Agatha bingung

"Buat nutupin paha lo yang sedikit kebuka. Lo gak nyaman kan?"

Agatha tersenyum, senyuman yang mungkin sangat manis bagi Algi sendiri.

Agatha menerima jaket itu. Menaruh diatas paha guna menutupinya. Agatha tersenyum lagi membuat jantung Algi berdetak tidak seperti biasanya.

"Pegangan." Pinta Algi

"Iya. Jangan ngebut-ngebut."

Algi tak menjawab, ia memilih untuk melihat spion motornya yang sengaja ia ubah posisinya agar ia bisa melihat wajah Agatha.

Manis!

Mereka sampai di depan rumah Agatha. Kali ini Agatha sudah tidak peduli apa kata tetangganya. Ia tersenyum ke Algi sebelum ia melambaikan tangannya.

Algi melesat, ia tahu Agatha merasa tidak nyaman jika ada cowok datang ke rumahnya. Oleh karena itu,Algi memutuskan untuk tidak mampir dan langsung pergi.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam. Kamu udah pulang?"

"Udah,Nek."

"Makan yuk, sebelum itu kamu bersihin badan kamu dulu sana."

Dalam hati Agatha sangat senang, neneknya tidak mengetahui bahwa dirinya pulang dengan Algi. Mungkin neneknya sedang ada di dapur saat itu.

"Kakek mana?"

"Biasa. Kakekmu ke kantor dari tadi gak pulang-pulang. Kalau udah enak dikantor bisa jadi dia ketiduran di ruangannya."

"Nenek gak nyusul?"

"Gak usah. Mungkin kamu aja yang kesana?"

"Males,Nek."

Epiphany Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang