23. Pemaksaan

99 7 6
                                    

Sore itu, jam menunjukkan pukul 4 sore. Algi bersama Billy dan juga Galang menyiapkan sesuatu untuk Algi dan Agatha nanti.
Mulai dari mengecat tempat duduk, menaburkan mawar merah, menyiapkan makanan dan minuman, mendesain taman sedemikian rupa agar terlihat menarik. Tak lupa juga lampu-lampu kecil yang dipasang di bunga-bunga sekitar, dan juga lilin yang sengaja di letakkan di tanah.

Tak mempedulikan tatapan dari masyarakat sekitar. Mereka terus melanjutkan aksi mereka.
Algi merogoh saku nya. Mengeluarkan ponsel pipih itu berniat melihat jam. Jam menunjukkan jam 5 kurang 15. Artinya sudah 45 menit dirinya bergelut dengan aktivitas nya.

Sembari meneguk air minum yang ia sisakan tadi, Algi berusaha menghubungi Agatha.
"Hallo,Tha. Nanti ya jam 7."

"Mau ngomong apa sih."

"Rahasia dong. Dandan yang cantik."

"Hm oke."

Algi memutuskan panggilan. Dirinya memegang dadanya yang tiba-tiba berdetak hebat.

"Gila. Jantung gue."

"Woi. Malah senyum-senyum. Bantuin nata bunga nih." Ucap Galang setengah berteriak. Algi berdiri. Memasukkan kembali ponsel ke dalam sakunya dan juga air minumnya kedalam tasnya.

Setelah sekian lama. Berjam-jam kemudian. Waktu yang dinanti-nanti Algi telah tiba. Jam menunjukkan pukul setengah 7.
Yah, sebentar lagi.

💙💙💙💙💙

Gadis itu selesai makan malam, sehabis menunaikan ibadah sholat magrib. Dirinya mengingat janji dengan Algi di taman jam 7.
"Mau ngomong apa sih." Ucap Agatha sambil membuka lemari. Mencari baju yang cocok untuk ia kenakan.

"Baju ini cocok gak yah?" Agatha memandangi kemeja berwarna pink bermotif bunga itu.
"Hem, jangan deh." Agatha kembali memasukkan kemeja nya ke dalam lemari.

Agatha kembali mengeluarkan kemeja berwarna putih dengan motif polkadot.
Agatha mencoba kemeja itu, lalu memakaikan celana jeans berwarna hitam. Memasukkan kemeja tersebut ke dalam celana pada bagian depan, namun yang belakang tidak.

Agatha mulai menyisir rambut, meluruskannya dengan catokan rambut yang ia punya. Menjepit pada bagian poni menambah kesan imut pada dirinya.

Agatha kemudian memakai jam tangan kecil berwarna silver, memakainya dipergelangan tangan sebelah kiri.
Tak lupa dengan bedak dan juga liptint berwarna merah ke orange an.

Agatha mengambil tas berukuran sedang berwarna cream. Memasukkan ponsel walaupun hanya sisa 1%,aerphone,uang,dan kartu identitasnya.

Lengkap sudah, Agatha keluar kamar lalu menuruni tangga setelah ia menyemprotkan minyak wangi dibadannya.

"Kamu mau kemana,Tha. Wangi banget."

"Ke taman bentar,Kek."

"Hati-hati."

Agatha mengangguk, menyalami kakek dan nanaknya lalu berjalan ke bagasi, mengambil sepeda motor scopy berwarna merah.

💙💙💙💙💙

Jam menunjukkan pukul 7. Sebentar lagi Agatha datang. Algi tak sabar menunggu. Dirinya berjalan mondar-mandir sambil sesekali mengusap tangannya yang dipenuhi keringat dingin.

"Gak perlu gugup gitu,Al." Ucap Billy menenangkan.
Disana juga sudah ada beberapa orang yang tengah menghampiri remaja itu. Berniat ingin melihat apa yang terjadi setelah ini.

Algi merogoh ponselnya. Tak terasa, jam menunjukkan pukul 7 lebih 10 menit. Agatha belum juga datang. Agatha juga tak mengabarinya sama sekali.

"Jangan-jangan dia lupa lagi?"

Epiphany Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang