5. Black Flag.

261 31 25
                                    

Hah?

Ara mengerutkan kening. "Maksudnya?"

Hyuk yang berada di samping Sungjae juga mengernyit heran. Sungjae memang random dan suka nggak jelas, tapi kali ini Hyuk benar-benar nggak paham makhluk astral satu ini membahas apa.

Sungjae hanya mengangkat bahu. "Nabrak becak sampe harus masuk rumah sakit tuh nggak elit banget sih menurut gue."

Ara mengerjapkan matanya beberapa saat sebelum terkesiap keras. Gadis itu maju mendekat ke arah Sungjae dengan tiba-tiba, membuat Sungjae sedikit kaget. Ara menatap wajah Sungjae lekat—terutama matanya. Seketika, Ara langsung tahu ketika melihat manik kecokelatan dari mata yang terpicing songong itu.

Ia pernah melihat mata itu dari balik helm full-face seorang pengendara motor. Pemuda pengendara motor yang ia maki-maki beberapa hari lalu, dan yang memakinya balik hingga membuat dirinya kecelakaan.

Ternyata dia adalah Sungjae.

Sialan! Dobel sialan! maki Ara dalam hati. Gadis itu bisa merasakan wajahnya memanas.

"Lo yang... di jalan..." Ara kehabisan kata-kata. Sungjae menaikkan sebelah alisnya, ekspresinya meremehkan.

"Yang lo maki-maki seenak jidat maksudnya? Iya, itu gue," potong Sungjae. Ara mencoba menetralkan pernapasannya yang semakin memburu. Malu dan marah bercampur menjadi satu rasanya.

Hyuk berdiri di antara mereka berdua, bolak-balik menatap keduanya bingung. "Ini ada apaan ya?"

Tanpa mengalihkan pandangannya pada Ara, Sungjae berkata, "Dia cewek yang gue ceritain kemarin."

Mendengar ucapan Sungjae, Hyuk langsung menoleh pada Ara. "Lo yang kemarin masuk rumah sakit karena kecelakaan di simpang depan itu??"

Mau tidak mau Ara mengangguk pada Hyuk. Sementara pandangan Hyuk beralih lagi ke Sungjae. "Jadi yang lo selametin dan bawa ke rumah sakit itu adeknya Aru? Wah gila, sempit banget ya dunia. Kalian bahkan udah ketemu duluan sebelum hari ini."

Ara melotot. "Elo yang bawa gue ke rumah sakit?!"

"Iya. Kenapa? Nggak suka?" tanya Sungjae mendadak ngegas, sambil menyedekapkan kedua tangan di depan dada. Ara yang tidak terima akhirnya malah balik ngegas.

"Iyalah! Cowok nggak ngerti caranya pake spion ngapain sok-sokan nolongin orang?!" balas Ara.

Sungjae mendengus pelan. "Udah bagus gue tolongin, gue bawa ke rumah sakit. Salah siapa lo nabrak becak sampe mental gitu becaknya? Untung abangnya baik-baik aja."

Ara tertegun meski matanya masih menatap Sungjae tajam, seperti ingin melaser kepala pemuda itu. Benar juga, Ara sama sekali nggak kepikiran apakah kecelakaan yang ia buat memakan korban lain.

"Lo tau nggak, itu kerusakan becak siapa yang ngurusin? Harusnya lo berterimakasih ke gue, bukannya malah nyo-lot."

Hah, jadi dia selain nyelametin gue juga ngurusin kerusakannya? Anjir, kenapa jadi gini sih?! Gue nggak mau utang budi sama orang macem gini!

Dada Ara naik-turun menahan emosi. Matanya menyipit menatap Sungjae tajam tanpa berkedip. Cara bicara pemuda itu yang dingin dan menusuk bikin Ara pengin nampol. Tapi Ara cuma mendengus-dengus, jengkel luar biasa. Sementara yang ditatap cuma balas menatap dengan ekspresi wajah tidak peduli.

Akhirnya Ara mengalihkan pandangannya kepada Hyuk yang sedang bengong.

"Nih roti!" Ara menyodorkan kotak roti itu kepada Hyuk yang menerimanya dengan kaget. Gadis itu lalu berbalik dan berderap kembali ke rumah, dengan isi kepala penuh makian untuk Sungjae yang ia tahan-tahan.

120 KM/JAM [Yook Sungjae Special] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang