32. Neutral.

174 26 42
                                    

Ara berlari secepat kakinya bisa, menyusuri lorong rumah sakit yang gelap. Sungjae berlari di sisinya, sesekali melirik Ara untuk memastikan kondisi gadis itu. Beberapa kali Ara nyaris tersandung kakinya sendiri, tetapi dengan sigap Sungjae memegang lengan gadis itu dan menyeimbangkannya.

Napas Ara putus-putus ketika sampai di depan ruang rawat Aru. Gadis itu berhenti sejenak untuk mengatur napasnya, dan terdiam. Sungjae menunggu Ara membuka pintu kamar. Tapi Ara tidak kunjung bergerak. Gadis itu hanya menatap pintu ruangan dengan tatapan tidak terbaca.

"Ra.."

Ara menoleh menatap Sungjae, matanya basah. Pemuda itu meraih tangan Ara dan menggenggamnya lembut, berharap dapat memberi Ara kekuatan. Ara menatap kedua tangan mereka nanar. Ia memejamkan matanya, dan menggenggam balik tangan Sungjae.

Setelah menghitung sampai sepuluh dalam hati, Ara akhirnya membuka pintu.

Yang pertama dilihatnya adalah Hyuk, sedang duduk di samping tempat tidur Aru. Hyuk menoleh dan nyengir ketika melihat Ara dan Sungjae. Pemuda itu berdiri, dan kali ini Ara bisa melihat jelas sosok abangnya yang terbaring dengan mata terbuka, menatap Ara sambil tersenyum.

"ABANG!!!"

Serta-merta Ara menghambur masuk dan duduk di samping Aru, memeluk abangnya itu sambil menangis keras.

"Aw, aw.. Ra, pelan-pelan.." ujar Aru dengan suara yang masih terdengar lemah. Mendengarnya, Ara buru-buru menarik kedua tangannya dan menatap Aru cemas.

"Maaf, maaf! Sakit ya bang?"

Aru meringis, tapi lalu mengulurkan tangannya dan menepuk-nepuk kepala Ara pelan.

"Nangis ya lo?"

Ekspresi Ara yang cemas berubah, matanya memejam dan tangisnya meledak lagi.

"Ya menurut lo ajaaa!" serunya sambil mengubur wajahnya di lengan. Aru terkekeh geli.

"Duileee... Gue nggak papa kok, Ra. Aman, aman."

Ara mengintip secelah dari balik lengan, menatap abangnya yang masih tertawa sambil kali ini mengusap-usap bahu gadis itu. Tidak ada ventilator, tidak ada bunyi konstan menakutkan itu. Aru memang benar-benar sudah kembali.

"Loh, ada Sungjae juga ya?" ujar Aru yang baru menyadari kehadiran Sungjae. Sungjae yang berdiri di dekat Hyuk cuma tersenyum kecil membalasnya. "Weh, jadi nggak enak dikhawatirin banyak orang gini."

"Ah, gue nggak khawatir," balas Hyuk yang langsung mendapat injakan kaki dari Sungjae.

"Ntar dulu becandanya, Hyuk," desis Sungjae. Hyuk mencibir.

"Kok jadi galakan elu sih. Kan tuaan gue," omelnya membuat Sungjae mendesis lagi. Aru tertawa melihatnya.

"Bang, lo beneran udah nggak papa?" tanya Ara yang kali ini sudah menghapus air matanya dan menatap Aru terang-terangan.

"Hm. Sehat kok, yang gue rasain sih. Tadi udah disamperin dokter, katanya mungkin gue masih harus disini 2-3 hari lagi sambil nunggu perkembangan selanjutnya," jelas Aru. "Tapi gue rasanya udah mau pulang aja."

"JANGAN!" seru Ara langsung dengan tegas. "Nggak boleh. Awas lu kalo bandel bang, pokoknya ikut aturan dokter!"

Aru mengangkat kedua alisnya tapi lalu tersenyum lebar. Pemuda itu mengulurkan tangan dan mengacak-acak rambut Ara.

"Nah gini dong galak, ini baru Ara-ku," ujarnya. "Sini Ra, cium dulu. Kangen gue sama lo."

Ara langsung melompat mundur sambil menahan bibir Aru di tangannya. Ekspresinya merengut seperti kesal.

120 KM/JAM [Yook Sungjae Special] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang