24. Free Practice.

248 27 15
                                    

"Ha?"

Sungjae menahan tawanya mendengar nada suara Ara yang plongo itu.

"Iya, jalan. Bisa kan?" tanya Sungjae lagi separo memaksa. Ara mengernyit bingung.

"Jalan? Ya bisa sih.." jawabnya. Sungjae nyengir.

"Ok, deal," kata Sungjae. Ara masih diam, kepalanya sibuk berpikir. Ia menyikut Sungjae setelah beberapa saat.

"Jae," bisiknya. Sungjae mendekatkan telinganya. "Ini jalan yang kayak gimana? Jalan-jalan gitu kan maksudnya?"

Sungjae berdeham, berusaha menyamarkan tawanya yang nyaris menyembur mendengar pertanyaan polos Ara. Wah, kacau nih anak.

"Yaa dianggep gitu juga boleh."

Ara akhirnya manggut-manggut meski masih merasa aneh. Perhatiannya teralihkan sejenak ketika ia melihat halte di dekat rumah mereka sudah mulai tampak. Ara bergerak ingin melepaskan diri dari Sungjae, tapi pemuda itu malah mengeratkan rangkulannya.

"Et, et, mau kemana?"

"Turun lah?" ujar Ara bingung. "Siap-siap, bentar lagi udah halte kita."

Sungjae berdecak. "Enak aja, kan kita mau jalan."

Ara berusaha menoleh saking shock-nya. "Hah? Sekarang banget??"

Sungjae cuma mengangguk. Ara mengerutkan keningnya, lagi-lagi kebingungan sendiri.

"Emang kita mau kemana sih?" tanya Ara membuat Sungjae tersenyum tipis.

"Liat aja nanti."


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ara turun dari bis dan langsung membelalakkan matanya tidak percaya melihat pemandangan di depannya. Sungjae berdiri di sebelahnya, melirik reaksi Ara yang kaget itu.

"Jangan bilang lo belom pernah kesini, Ra?"

Ara menggelengkan kepalanya. "Belom... Gue malah nggak tau ada tempat kayak gini."

"Serius? Masa gue yang anak rantau lebih tau?"

Ara manyun. "Kerjaan lo main mulu sih tiap hari."

Sungjae terkekeh dan menarik pelan rambut Ara. Pemuda itu tersenyum lebar menghirup udara segar yang familiar itu. Suara air bertemu tepi daratan terdengar jelas. Ara juga bisa mendengar bunyi mesin dan suara-suara orang berteriak bersahutan dari kejauhan.

"Ini tuh... pelabuhan ya?"

Ara menatap lagi deburan ombak yang menabrak tembok pembatas di hadapannya. Laut membentang luas sejauh mata memandang, bertabrakan dengan langit yang sama birunya. Jauh di sisi kirinya, Ara bisa melihat tumpukan kontainer besar berwarna-warni yang menjulang tinggi, dengan banyak kapal terlihat merapat disana.

120 KM/JAM [Yook Sungjae Special] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang