30. Blistering.

161 22 21
                                    

(beberapa minggu lalu)

"Elah, tangan gue kosong banget rasanya."

Aru yang sedang memilih-milih telur menengok ke arah Ara dengan alis terangkat. Saat itu Ara dan Aru sedang berbelanja di hypermart dekat rumah untuk keperluan bulanan mereka.

"Makanya punya pacar," ujar Aru membuat Ara mendelik.

"Apa hubungannya sih, bang."

Aru mengambil plastik lagi, kali ini berjalan ke tumpukan wortel dan tomat. "Tadi katanya kosong. Biar ada yang gandeng kan maksud lo, ngerti gue mah."

Ara melotot. "Yeee bukan gitu!" Ara mendesah dan mengulurkan tangannya. "Jam tangan gue rusak tau, jadi rasanya aneh aja nggak pake jam."

Aru menatap Ara datar, lalu menghembuskan napas panjang.

"Lo kalo ngode yang waras aja kenapa sih Ra, pake acara bilang kosong banget dikata hati gue kali ya kosong," oceh Aru membuat kepalanya kena timpuk plastik.

"APA SIH. Siapa juga yang ngode, hah?"

Aru cuma mengedikkan bahu dan lanjut memilih-milih wortel. "Nggak ada duit gue, nggak bisa beliin."

"SIAPA YANG MINTA—"

"Tapi bulan depan bisa sih kayaknya..." gumam Aru.

"—ehm, warna biru ya, bang." sahut Ara langsung. "Terus yang bahannya jeans gitu biar lucu..."

Aru menarik kepala Ara dan memitingnya di antara lengan dan ketiaknya, membuat gadis itu menjerit-jerit.

"Sukurin, makanya jangan suka ngode aneh-aneh," ujar Aru sambil tertawa bahagia melihat Ara tidak bisa bergerak.

"ABANG LEPASIN GAKKK!"

*

"...Ra?? Ara??"

Seperti bangun dari mimpi, Ara tersadar setelah mendengar suara Sungjae di dekatnya. Gadis itu menoleh, mendapati wajah Sungjae di sampingnya sedang menatap Ara dengan raut khawatir. Kedua bahunya dicengkeram Sungjae erat.

"J-Jae.." Ara membuka mulutnya secelah, tapi ia kesulitan bicara. Ara merasakan luapan perasaan yang tiba-tiba, dan ia tidak bisa menahan dirinya. Air mata Ara jatuh satu persatu, makin lama makin deras hingga dirinya tergugu sampai sesak. Ara memejamkan matanya erat-erat, satu tangannya memukul pelan dadanya. Napasnya kasar dan tidak terkontrol.

Sungjae yang melihat itu semua tanpa pikir panjang lagi langsung meraih bahu Ara dan memeluknya. Tubuh gadis itu benar-benar bergetar hebat. Sungjae mengulurkan tangannya dan mengelus perlahan rambut Ara, berulang-ulang, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

***

Sungjae menarik selimut dan menutupi tubuh Ara yang terbaring di sofa dengan lembut. Pemuda itu melirik jam di dinding, sudah pukul 4 pagi. Sungjae menunduk lagi, memperhatikan wajah Ara yang sedang tertidur. Sisa-sisa air mata masih terlihat jelas di wajahnya, membuat Sungjae memalingkan wajah dan menghela napas pelan. Dengan langkah yang terasa berat, Sungjae menarik kursi di sebelah Aru, dan duduk disana.

Tidak ada suara apapun yang terdengar di ruangan itu kecuali bunyi ventilator di samping tempat tidur Aru, konstan mengisi kekosongan. Sungjae duduk terdiam cukup lama, benaknya berputar keras.

Sungjae menatap Aru yang terbaring di hadapannya. Matanya melirik jam tangan pemberian Aru untuk Ara yang tadi ia letakkan di meja dekat tempat tidur. Sungjae mengambilnya, menimang-nimangnya sejenak.

120 KM/JAM [Yook Sungjae Special] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang