"Bang Hyuk! Bang!"
Ara menggedor-gedor pintu rumah Sanghyuk keras. Wajahnya kalut. Ara menggigit bibirnya. Ia mengintip melalui kaca jendela yang sayangnya gelap itu, berusaha mencari tanda-tanda kehidupan.
"Bang! Buka pintunya bang!" seru Ara lagi. Ara sudah akan menggedor untuk yang entah keberapa kalinya, ketika pintu itu akhirnya terbuka. Hyuk berdiri di depan Ara, menatap gadis itu dengan tatapan tak terbaca.
"Ara.."
"Bang! Lo udah dihubungin Sungjae? Nyokapnya..."
Hyuk mengangguk. "Iya, gue udah tau. Ini gue mau berangkat ke rumah dia—"
"Gue ikut!"
Hyuk terdiam menatap ekspresi keras gadis di hadapannya itu. Mata Ara basah, tangannya terkepal. Hyuk menghela napas.
"Ra.."
"Gue ikut! Pokoknya gue ikut!" seru Ara masih bersikeras. Hyuk terlihat berpikir sejenak, sebelum akhirnya mengangguk.
"Ambil helm lo. Kita berangkat sekarang."
Ara turun dari boncengan motor Hyuk dan berdiri sejenak menatap rumah di hadapannya yang penuh orang. Ada bendera kuning terpasang di depan rumah Sungjae, orang-orang keluar dan masuk ke dalam rumah bergiliran tidak ada habisnya.
Hyuk mematikan mesin motor, turun dan menoleh pada Ara yang masih terdiam ragu-ragu.
"Yuk, Ra?" ajak Hyuk. Ara melirik pemuda itu, lalu mengangguk pelan. Keduanya berjalan masuk ke dalam, mencari keberadaan Sungjae. Hyuk yang sudah mengenal baik rumah itu dan seisinya langsung menghampiri seorang laki-laki berusia sekitar 50an, yang Ara yakini adalah ayah Sungjae.
"Om.." sapa Hyuk mencium tangan laki-laki itu. Ara ikut menyalami ayah Sungjae sambil tersenyum canggung.
"Oh, Sanghyuk... Gimana kabar kamu, nak?" Ayah Sungjae menepuk bahu Hyuk. Ara bisa melihat wajah tuanya yang lelah dan seperti kehilangan semangat, membuat Ara memalingkan wajahnya. Salah satu sebab kenapa Ara tidak suka harus datang melayat ke rumah duka atau pemakaman; Ara tidak bisa melihat kesedihan pada mereka yang ditinggalkan. Terlalu berat.
"Baik Om, baik. Om yang tabah ya..." ujar Sanghyuk. Ayah Sungjae kembali menepuk-nepuk bahu pemuda itu sambil tersenyum sedih. "Mmm.. Eh, ini Ara Om, temen Sungjae juga.."
Ara yang kaget karena tiba-tiba dikenalkan langsung menoleh dan meringis. Ayah Sungjae mengangguk dan meraih tangan Ara, menepuk-nepuknya lembut.
"Terima kasih sudah datang ya, nak.."
Ara mengangguk, matanya kembali basah. Ia berusaha mengucapkan kata-kata belasungkawa, tapi tenggorokannya seperti tercekat, tidak ada suara yang keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
120 KM/JAM [Yook Sungjae Special] ✔
Fanfiction[Birthday Project: Yook Sungjae] Ketika Ara, gadis galak yang hobi kebut-kebutan itu bertemu Sungjae, pemuda dengan kepribadian dingin-tapi-hangat yang mampu 'menenangkan' Ara. Sebaliknya, kehadiran Ara dalam hidup Sungjae membuat pemuda cuek yang t...