Sebuah motor bebek berwarna merah melesat dengan kecepatan penuh di gang kecil, membuat banyak pengemudi motor lain bersahut-sahutan membunyikan klakson.
"Udah gila?!"
"WOY!"
Tidak hanya klakson, tapi mulut mereka ikut berkomentar penuh amarah. Sementara pengendara motor bebek merah itu tidak menggubris sama sekali, terus melaju meninggalkan semuanya di belakang. Ia baru berhenti ketika mencapai ujung gang, mengerem motornya dengan gerakan mendadak.
Kaca helmnya terbuka secelah, menampakkan kedua mata milik Ara yang menatap jalan raya di depannya dengan tatapan kosong yang tidak terbaca—sebelum kemudian ia menutupnya dan membelokkan motornya masuk ke jalan raya dengan kecepatan sedang.
Jalan raya itu jalurnya hanya lurus, kurang lebih sekitar 2-3 kilometer sebelum menikung tajam ke kiri. Sebuah pohon besar menaungi ujung jalan itu. Sepi, cuma ada beberapa mobil dan motor yang lewat dengan santai.
Ini jalan raya tempat Ara sering kumpul bersama teman-teman geng balapnya. Sebuah jalan yang tepat untuk Ara melampiaskan perasaan berkecamuk di dalam dirinya saat ini.
Ara berhenti sejenak menatap jalanan di depannya yang terbentang luas. Napasnya pendek-pendek dan terdengar kasar. Ara memejamkan mata.
"Nggak bisa ya, nggak ngebut?"
Ara membuka matanya dengan kaget ketika mendengar suara Aru di benaknya. Tatapan kosong gadis itu berubah tajam.
"Nggak bisa, bang."
Secara tiba-tiba, Ara menarik gas motornya hingga maksimal. Ia meliuk-liuk di antara kendaraan lain dan dengan cepat sudah memimpin di depan.
Jarum di speedometer terus naik. 80.. 100.. 110.. Ara tidak sedikitpun menutup gas atau menginjak rem. Gadis itu bisa merasakan motornya yang bergetar pelan, menandakan mesinnya yang bekerja keras dihentak Ara.
Ara sudah hampir mencapai ujung jalur lurus itu. Tikungan tajam ke kiri sudah terlihat, Ara harus segera memelankan laju motornya jika tidak ingin menabrak pembatas atau terpeleset dan meluncur di atas aspal panas.
Tapi tangan Ara tetap bertahan pada posisinya. Kali ini jarum speedometer bergetar di angka 135, kecepatan maksimal Ara sepanjang karir ngebutnya. Ara melirik jarum itu dan matanya membulat kaget.
Sisanya terjadi dalam hitungan detik. Ara kembali melihat ke jalan di hadapannya, jalur lurus yang tinggal tersisa beberapa putaran roda lagi. Tanpa berpikir, Ara menutup gasnya dan menginjak rem, membelokkan stang motornya tepat di ujung tikungan. Kecepatan yang turun drastis dan gerakan tiba-tiba itu membuat motornya bergoyang tidak stabil.
Ara tersadar, ia sudah kehilangan kontrol atas motornya.
Bayangan wajah Aru tiba-tiba saja muncul di benak Ara, membuat gadis itu tanpa sadar memejamkan matanya.
Setetes air mata mengalir di wajah Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
120 KM/JAM [Yook Sungjae Special] ✔
Fanfiction[Birthday Project: Yook Sungjae] Ketika Ara, gadis galak yang hobi kebut-kebutan itu bertemu Sungjae, pemuda dengan kepribadian dingin-tapi-hangat yang mampu 'menenangkan' Ara. Sebaliknya, kehadiran Ara dalam hidup Sungjae membuat pemuda cuek yang t...