6. Wheelie.

256 34 16
                                    

Ara sedang membuka pagar rumahnya, berniat untuk membuang sampah, ketika pintu rumah sebelah terbuka. Sungjae muncul dari sana, bersiul-siul ringan sambil memutar-mutar kunci di tangannya.

Ara meletakkan kantong sampah di tangannya dan malah beralih menatap tajam pemuda itu dengan emosi. Sialan kemarin dia ngerjain gue, batin Ara kesal. Ara berderap menuju rumah sebelah, membuka pagarnya dan masuk.

"HEH SUNGJAE!"

Sungjae kaget mendengar namanya diteriakkan keras. Ia menoleh dan baru menyadari keberadaan Ara di halamannya.

"Ngapain lo disini?" tanyanya. Ara mendengus-dengus marah, sudah seperti banteng siap menyeruduk.

"Kurang ajar ya lo, ngerjain gue?!" teriak Ara membuat Sungjae menatapnya bingung. "Lo kemarin bilang harusnya gue berterimakasih sama lo, tapi ternyata yang ngurus semuanya abang gue kan?! Kenapa lo ngaku-ngaku?!"

Sungjae menyedekapkan kedua tangannya di depan dada, memperhatikan Ara sejenak sebelum menjawab.

"Gue nggak pernah ngaku-ngaku."

Ara mendecih. "Masih ngelak lagi lo. Udah ngeselin, tukang boong lagi!"

Sungjae memajukan tubuhnya, menyejajarkan wajahnya di depan wajah Ara. Ekspresinya kalem cenderung dingin, membuat Ara yang sedang berapi-api jadi mengerjapkan mata dan terdiam.

"Emang kemarin gue bilang apa? Gue kan cuma nanya, lo tau nggak siapa yang ngurusin semuanya setelah kecelakaan itu. Nggak ada gue bilang kalo gue yang ngurusin. Coba diinget-inget lagi pake otak lo," ujar Sungjae tenang sambil menegakkan tubuhnya lagi.

"Kalo punya sih," lanjutnya, lalu berjalan pergi melewati Ara yang membeku.

"Nanti kalo keluar tolong pagernya ditutup yang bener ya," Sungjae masih sempat berseru sambil mengibaskan tangannya. Ara berbalik, menatap punggung Sungjae yang menjauh dengan tatapan tidak percaya.

Kok jadi gini?!


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sungjae duduk di sebuah pojok coffee shop, sibuk menyesap Americano. Matanya tidak fokus dan menerawang ke kejauhan, seperti sedang memikirkan sesuatu.

Belom pernah gue ketemu cewek songongnya kayak gitu, batin Sungjae tidak habis pikir. Bukannya bilang terima kasih kek, malah dateng-dateng nyemprot.

"Padahal sebenernya dia manis juga. Sayang aja galaknya kebablasan," gumam Sungjae. Ia menggelengkan kepalanya. "Ah, ngapain juga gue pikirin cewek gila macam dia."

Sungjae lalu mengalihkan pandangannya dan mulai memperhatikan coffee shop itu. Interiornya yang simple dengan nuansa kayu dimana-mana membuat suasananya tenang. Dindingnya yang dicat abu-abu gelap tidak membuat tempat itu menjadi suram, justru terasa dingin dan nyaman.

120 KM/JAM [Yook Sungjae Special] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang