26. Scrutineering.

167 25 16
                                    

Selama beberapa hari setelah Ara dan Sungjae menghabiskan waktu di pantai tempo lalu, Ara merasa ada sesuatu yang berbeda dari Sungjae. Berbeda... dan sedikit aneh. Membuat Ara heran.

Seperti misalnya dua hari setelahnya, Sungjae tiba-tiba muncul lagi di kampusnya, duduk anteng di atas motor persis di depan fakultas Ara. Pemuda itu melambaikan tangannya ketika melihat Ara, membuat gadis itu buru-buru berlari menghampiri Sungjae.

"Ngapain disini??" desis Ara sambil melirik ke kanan dan kiri. Sungjae mengangkat alisnya melihat tingkah Ara.

"Jemput lo. Kan motor lo masih di bengkel?" ujar Sungjae. "Pulang sama gue aja."

Ara menggigit bibirnya sambil terus menengok ke kanan-kiri. Sungjae yang bingung dengan sikap Ara akhirnya mengulurkan tangan, menangkup pipi Ara dengan kedua tangannya dan menarik wajah Ara mendekat.

"Woy," ujarnya membuat Ara kaget. "Nyari apaan sih?"

Ara berusaha memundurkan wajahnya tapi genggaman tangan Sungjae membuatnya tidak bisa berkutik. "A-anu..." Ara terbata. Ia mendesah panjang. "Gue takut ketemu temen gue."

"Lah kenapa?"

Ara manyun. "Males aja, ntar diomongin. Ada cowok yang jemput gue."

Sungjae menurunkan tangannya sambil terkekeh geli. "Ada-ada aja. Ya tinggal bilang aja kalo gue cowok lo, kayak pas dulu itu sama siapa tuh, Pensil? Pentil?"

"PENIEL," ralat Ara sambil melotot. Sungjae mengangkat bahunya acuh. Ia mengambil helm dan memakaikannya pada Ara. Gadis itu diam saja, sesekali mencuri pandang ke arah Sungjae yang berada dekat di depannya.

"Dah," kata Sungjae sambil menepuk pelan helm Ara. Ia nyengir. "Ayo."

Sepanjang jalan, Sungjae banyak mengajak Ara mengobrol, membuat gadis itu yang tadinya rikuh lama kelamaan menjadi lebih rileks. Sesekali Ara tertawa mendengar ocehan Sungjae, kali lain ia memukuli bahu pemuda itu dan mengomel, meski pada akhirnya keduanya kembali tertawa-tawa.

Tidak hanya satu kali itu saja, Sungjae beberapa kali tetap mengantar atau menjemput Ara ke kampus meski Otong sudah sembuh. Awalnya Ara cuma berpikir, lumayan juga ada tumpangan gratis, jadi dia bisa hemat bensin. Tapi lama-lama ketika Sungjae tidak bisa mengantar atau menjemputnya, Ara jadi uring-uringan sendiri. Merasa ada yang kurang.

Sungjae juga jadi sering melakukan hal-hal yang tidak Ara duga. Pemuda itu pernah menjemput Ara di kampus tapi tidak langsung membawanya pulang. Sungjae berbelok masuk ke sebuah mall, membuat Ara bingung. Ternyata Sungjae mengajak Ara nonton film yang sudah lama ingin dilihatnya.

"Lo kemaren bilang mau nonton ini kan?" tanya Sungjae sambil mengantre beli popcorn. Ara mengangguk pelan, wajahnya diliputi kebingungan.

"Tapi..."

"Kenapa? Nggak mau nonton sama gue?" tanya Sungjae. "Ya udah gue kasih ke mbak-mbak SPG di depan aja, lumayan—"

"EH, EH!" Ara menarik lengan Sungjae yang sudah mau ngeloyor pergi. "Apaan sih, siapa yang nggak mau nonton sama lo. Udah ayok!"

Sungjae nyengir melihat Ara yang cemberut dengan wajah memerah, sambil lengannya menarik-narik lengan Sungjae. Tanpa bisa ditahan lagi, Sungjae melepaskan lengan Ara dan ganti merangkul gadis itu.

"Aduh Sungjae, lepas nggak?!" ancam Ara tapi Sungjae pura-pura tidak mendengar dan malah menarik Ara makin mendekat, menyeretnya masuk ke studio.

Tidak berhenti sampai disitu, kelakuan Sungjae makin lama makin random. Sungjae pernah tiba-tiba muncul di depan pintu rumah Ara, memencet bel berkali-kali dan memaksa Ara menemaninya ke kafe yang baru buka di dekat rumah mereka.

120 KM/JAM [Yook Sungjae Special] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang