Ara duduk di ujung kursi dengan tegang, matanya tidak lepas menatap layar televisi di hadapannya. Tangan Ara terkepal di depan dadanya, seperti dalam posisi mau berkelahi.
"Yak... masuk, masuk... dikit lagi, ayoooo..." desis Ara berulang-ulang. Aru, kakak laki-lakinya yang lewat di belakang Ara berhenti sejenak, dan ikut menonton.
"Posisi berapa jagoan lo, dek?" tanya Aru, menumpukan lengannya di atas sofa. Ara melirik abangnya sekilas kemudian kembali fokus ke televisi lagi.
"Dua bang, tapi mepet banget tadi tuh!" seru Ara. "Mana udah last lap pula."
Aru manggut-manggut saja, lalu berdiri tegak lagi. Ia melihat Ara yang sekarang sudah gigit-gigit jari karena cemas. Aru menggelengkan kepalanya geli. Ia mengacak-acak rambut adiknya itu.
"Heu, siang-siang gini hari Minggu bukannya keluar kemana kek lo, malah nonton balapan motor. Cewek bukan sih lo?" tanya Aru iseng. Dia tahu adiknya itu galak dan emosian.
"Apa sih ah!!! Suka-suka gue dong. Lo nonton America's Next Top Model tiap hari aja nggak gue komentarin!" salak Ara tanpa mengalihkan pandangan. Aru nyengir. Benar kan, adiknya itu galak.
"Beda elah!" sahut Aru singkat, malas meladeni lebih lanjut. Biasanya, kalau Aru sedang mood, dia akan terus menganggu Ara sampai gadis itu jengkel sendiri.
"Gue mo mandi ah, ntar kabarin ya siapa yang menang," ujar Aru lagi sambil meneruskan langkah menuju kamar mandi.
"Kayak lo ngerti aja," gumam Ara pelan. "Duh!! Itu tadi ada gap bambaaaang, kenapa nggak dipepet aja sih, elah."
Balapan itu hampir mencapai akhirnya. Jagoan Ara, pembalap dengan nomor motor 99 itu masih tetap berada di posisi 2, kesulitan menyalip pembalap di depannya.
"YAK! Yak itu belok......" Ara komat-kamit sendiri. "Ayo ayoooo, satu turn lagi... AYO AHHHH DIKIT LAGI ITU BISA MASUK HADEEEH BEGOOOOO."
"Heh mulutnya!" Samar-samar suara Aru terdengar dari kamar mandi. Ara mengatupkan bibirnya meski tidak lama kemudian mulai ngoceh lagi. Suara televisi dan komentator yang bersahut-sahutan membuat Ara makin tegang.
"Ayooo ah buset dah... YAK YAK, TINGGAL LURUS YAK ITU FINISH AYOOOO! YAKKK... HAHHHHH GOBLOK KOK JATOH???!?!" teriak Ara tidak percaya ketika melihat jagoannya crash tepat sebelum garis finish, membuat gadis itu menyebutkan sumpah serapah yang tidak terhitung banyaknya.
"ARAAAAAAAA! LANGUAGE!" Aru kembali berteriak, kali ini membuka pintu kamar mandi dan menyembulkan kepalanya. "Kenapa lagi, jagoan lo kalah?"
"JATOH! PAS SEBELUM GARIS FINISH! KAN BEGO?!" Ara kembali menyumpahi pembalap favoritnya itu sambil bersungut-sungut. Aru menggelengkan kepalanya.
"Udah sana keluar Ra, main kek, ngapain kek. Pacaran kek. Punya pacar kan lo?"
Ocehan Aru malah membuat Ara makin emosi. Ia berderap menuju kamarnya, meninggalkan Aru yang masih membuka pintu kamar mandi secelah.
"Mau kemana?" seru Aru melihat adiknya sudah keluar lagi dari kamar mengenakan jaket dan menenteng ransel kecil.
"Pacaran!" jawab Ara singkat, membuat Aru membelalakkan matanya.
"Hah, lo beneran udah punya pacar, Ra?? Kok nggak cerita-cerita ke gue? Raaaa?" panggil Aru, tapi Ara keburu menutup pintu depan—membanting lebih tepatnya.
Ara masih bisa mendengar abangnya itu menyerukan sesuatu, tapi Ara pura-pura tidak dengar. Ia mengeluarkan motornya dari garasi, menstarternya, dan langsung ngebut menuju jalan besar.
*Pole Position: Posisi awal dalam setiap balapan yang diperoleh dengan mencatatkan waktu tercepat saat kualifikasi.
a/n
pemanasan dulu gais, ketemu dengan Ara dan Aru, dua bersaudara dengan nama mirip tapi tidak kembar ini~
KAMU SEDANG MEMBACA
120 KM/JAM [Yook Sungjae Special] ✔
أدب الهواة[Birthday Project: Yook Sungjae] Ketika Ara, gadis galak yang hobi kebut-kebutan itu bertemu Sungjae, pemuda dengan kepribadian dingin-tapi-hangat yang mampu 'menenangkan' Ara. Sebaliknya, kehadiran Ara dalam hidup Sungjae membuat pemuda cuek yang t...