Sungjae berdiri mematung, dengan Ara yang sudah menangis sesenggukan di dadanya. Kedua tangannya terangkat kaku di samping tubuhnya, terlalu terkejut untuk bisa bereaksi.
"Sungjae, huhuhu..." Ara memeluk Sungjae erat-erat, air matanya tidak bisa berhenti mengalir. Baru saat itulah Sungjae menyadari tubuh Ara yang gemetar hebat. Secara refleks, tangan Sungjae terulur dan menepuk-nepuk punggung Ara pelan beberapa kali.
"Ra..." panggilnya, berusaha menenangkan gadis itu yang masih menangis. "Hei, Ara? Ra, tenang dulu..."
Sedu sedan Ara berkurang, namun air mata gadis itu masih mengalir. Sungjae beralih mengelus lembut kepala Ara, menenangkannya meski kentara sekali pemuda itu kebingungan. Perlahan, tangis Ara berhenti, dan tidak ada suara apapun lagi dari gadis itu. Sungjae melirik untuk memastikan apakah Ara sudah lebih tenang, ketika tiba-tiba saja gadis itu melepaskan diri dari pelukannya.
"J-jae, ah.. So-sorry, gue.. Tadi gue refleks.. Eh, gue.." Ara mulai meracau sambil tangannya mengelap sisa air mata di pipinya. Sungjae melihat wajah gadis itu yang perlahan memerah, dan Sungjae juga bisa merasakan aliran panas di wajahnya.
"Eng.. Nggak papa. It's okay.." kata Sungjae pelan. Ara berdiri kikuk di depannya, berkali-kali menghela napas, tidak menatap Sungjae dan tidak bicara apapun lagi. Sungjae merasa harus menyelamatkan diri dari situasi yang awkward ini.
"Lo.. mau masuk?" ucapnya, saat melihat kondisi rumah Ara yang gelap. Ara yang tiba-tiba jadi sangat diam itu, ragu sejenak sebelum akhirnya mengangguk. Sungjae membuka pintu pagar rumahnya, mempersilahkan Ara masuk lebih dulu.
"Hyuk hari ini nggak pulang, tadi gue keluar cuma beli makan sebentar..." kata Sungjae saat Ara sudah duduk di ruang tamu. Sungjae menatap Ara dan kantong plastik di tangannya, lalu menggaruk kepalanya. "Ah... Gue cuma beli satu..."
"Nggak papa, nggak papa! Gue udah makan kok," kata Ara sambil mengibaskan tangannya. Persis saat itu juga, perutnya berbunyi keras. Membuat Ara terdiam, lalu memaki dirinya sendiri dengan suara pelan. Sungjae menahan tawanya.
"Tunggu bentar ya, Ra," ujarnya lalu masuk ke dalam. Ara mulai merutuki kebodohannya.
"Bego bego bego!" desisnya, menjitak kepalanya. "Kenapa kalo di depan Sungjae gue cuma bisa malu-maluin diri sendiri doang sih??"
"Nih."
Sungjae kembali dan duduk di samping Ara, tangannya membawa dua cangkir minuman yang ternyata cokelat panas. Ara mengambil satu dan menyesapnya perlahan. Perasaan hangat langsung mengalir di seluruh tubuhnya, membuat gadis itu menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya lega.
"Hm.. Makasih, Jae," cicit Ara. Sungjae menengok ke arah gadis itu, tidak bisa menahan diri untuk tidak nyengir.
"Cokelatnya, atau pelukannya...?"
KAMU SEDANG MEMBACA
120 KM/JAM [Yook Sungjae Special] ✔
Fanfiction[Birthday Project: Yook Sungjae] Ketika Ara, gadis galak yang hobi kebut-kebutan itu bertemu Sungjae, pemuda dengan kepribadian dingin-tapi-hangat yang mampu 'menenangkan' Ara. Sebaliknya, kehadiran Ara dalam hidup Sungjae membuat pemuda cuek yang t...