-14-

107 29 5
                                    

17Mei2019
7.47 pm

* * *

"Ada apa ya, buk?" Tanya Wonho diambang pintu. Wonho kaget saat tiba-tiba ibu itu memeluk Wonho.

"Mas Wonho? Ini bener mas Wonho? Anak kecil yang pendiem gak pernah keluar rumah itu? Yang--" Kata si ibuk antusias. "Maaf, ibuk kenal saya?" Tanya Wonhi menyela. Kalo gak dipotong itu omongannya, bisa dari A sampai Z kejelekan Wonho kebongkar.

"Ini pasti mas Wonho!" Teriaknya antusias sambil menepuk-nepuk bahu Wonho. Yang di antusiasin malah kebingungan. "Mas Wonho ndak inget saya? Wah kebangetan ya kamu! Udah enak tinggal di rumah orang kaya terus lupa sama saya!"

Wonho menggaruk tengkuk kepalanya, "tapi saya--"

"Kamu sama ibuk kamu dulu sering bantu-bantu di rumah saya termasuk ngurusin anjing peliharaan saya, masa ndak inget?"

Wonho menepuk pucuk kepalanya, "ah itu, anjing? Maaf, anjing yang mana ya buk?" Tanya Wonho. Lah kirain tuh tau.

Si ibuk menghela nafas, "ndak mau nyuruh ibuk masuk? Pegel kaki ibuk berdiri terus" eluhnya.

Wonho mengangguk, "monggo, masuk aja buk. Anggap rumah sendiri" ucapnya ramah.

"Ndak perlu basa basi yang udah basi ya mas, ibuk kesini karena mau ngasih tau mumpung mas Wonho sekarang ada disini" kata si ibuk mulai serius. "Ada apa buk?"

"Kemarin ayah kamu kesini"

Seketika Wonho menatap si ibuk dengan tatapan kagetnya. "Ibuk tau, ayah kamu udah meninggal karena kebawa arus tsunami dulu. Ekspresi ibuk waktu tau hal ini ndak jauh beda sama ekspresi mas Wonho sekarang"

Bukan cuma kaget, Wonho pun bingung. Ada apa ini sebenarnya? Apa ada sesuatu yang Wonho belum ketahui? Tanyanya dalam hati.

"Ternyata orang yang dari kecil tinggal sama mas Wonho itu bukan ayah kandung mas Wonho. Dia adalah selingkuhan ibu mas Wonho." Telinga Wonho yang mendengar kalimat itu berasa panas, Wonho pun meradang.

"Ibu kalo kesini cuma mau hina ibuk saya, silahkan pintu keluar ada disana" kata Wonho sambil nunjuk pintu.

"Saya juga ndak percaya mas, tapi saya cuma mau ngasih tau apa yang orang itu bilang beberapa hari lalu ke saya. Mas Wonho harus tau, itu orang persis banget sama mas Wonho" jelas si ibuk.

Wonho menghela nafasnya, "maaf buk, silahkan keluar." kata Wonho pelan. "Saya cuma ngasih tau apa yang saya dapet tentang mas Wonho, maaf kalo ibuk ganggu mas Wonho ya" kata si ibuk dan keluar dari rumah Wonho.

Wonho menutup pintu dan bersender sejenak, "apa lagi ini, ya tuhan?" tanyanya.

Wonho baru aja mau masuk ke kamarnya, dia bener-bener capek pengen banget istirahat. Tapi apa yang dia pengenin itu sama sekali gak terwujud saat tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu rumahnya lagi.

Wonho berjalan lagi ke arah pintu dan membukanya.
"Yaampun ibuk.. tolong jang--"

* * *

"Bisa saya periksa dulu ke dalem, pak?" Kekeh Changkyun. "Saya mohon"

Si bapak mulai meradang, "sudah saya bilang berapa kali? Pergi tidak?!" Bentak si bapak.

Changkyun masih memelas. "Tapi pak saya mohon, bapak boleh liat muka saya lebih dekat nih. Gak ada tampang maling dari muka saya, jadi saya jamin isi rumah bapak gak akan ada yang ilang" kata Changkyun meyakinkan sambil ngarahin mukanya agak deket ke si bapak.

"Wah, mau saya gampar itu muka? Atau perlu tak panggilin warga sekampung biar kalian pergi?" ancam si bapak. Suami gue oy! Jangan di gampar!

Changkyun yang lagi mangap langsung ditahan sama Shownu. "Udah dek, kita cari rumah lain"

Changkyun menggeleng, "bang tau gak sih? Ini warna chatnya sama! Alamat ya bener! Wonho pasti ngumpet di dalem!" Kekeh Changkyun.

"Tolong ya mas, saya punya privasi sendiri! Kalian mau masuk selangkahpun ke dalam rumah ini juga perlu ijin dari saya, dan sekarang saya tidak mengijinkan kalian! Kalian harus paham itu!" tukas si bapak.

Shownu mengangguk ke arah Changkyun, "bener Kyun, kita cari rumah lain!"

Changkyun masih aja menggeleng. "Pak sebentar aj--"

"Chang, inget gak? Wonho tinggal sendiri, kan orang tuanya udah gak ada semua. Jadi kemungkinan besar Wonho emang gak ada di rumah ini" sela Rania.

Changkyun berfikir sejenak. "Bener kan kata gue?" Tanya Rania.

"Pergi dan cari rumah lain!" Kata si bapak sambil nutup pintu dengan keras.

"Kita pasti ketemu sama Wonho, secepatnya!" kata Rania menyemangati.

Shownu merangkul pundak adeknya itu. "Apaan sih muka lo? Ayolah, lo cowok dek! Gak boleh lembek gitu lah"

"Lembek apaan bangsat?!" bentak Changkyun kemudian ketawa renyah. Begitupun dengan Shownu dan Rania.

Mereka kembali ke mobil dengan keadaan capek. Iyalah capek, ternyata kampungnya gak kecil. Udah kesana kesini masih belum ketemu.

"Gimana nih? Mau lanjut besok aja?" Tawar Shownu. "Gimana, Chang?" Tanya Rania juga.

Changkyun masih diam menatap satu rumah yang daritadi bikin dia penasaran.

"Anjing ngelamun!" teriak Shownu. Changkyun menoleh, "kenapa?" Tanyanya.

Rania terkekeh. "Kak Shownu nyebut anjing baru lo nyaut" katanya sambil ketawa.

"Gue gak bisa lepasin pandangan dari rumah itu" ucap Changkyun sambil nunjuk satu rumah yang lumayan reok tapi keadaan cat rumahnya masih keliatan.

"Hmm, mau kita coba?" Tanya Shownu.

Bukannya menjawab, Changkyun langsung keluar mobil dan lari ke arah rumah yang bikin dia penasaran. Diikutin sama Rania dan Shownu.

Changkyun berdiri tegak di depan pintu. Diam sejenak dan berdoa dalam batinnya. Berharap ini adalah rumah yang dia cari, tempat dimana ada sahabatnya, Wonho.

"Bang, ketuk deh pintunya!" Suruh Changkyun. "Kenapa gue?" Tanya Shownu. Bukan apa-apa, Changkyun cuma udah lemes aja. Dia gak tau bakal berekspresi kayak apa kalo sampe pemilik rumah ini bener Wonho.

"Lama kalian mah!" Sela Rania dan langsung mengetuk pintu.

"Yaampun ibuk.. tolong jang--"

Disaat itu juga. Senyuman khas dari seseorang bernama Lim Changkyun nampak begitu sempurna.

imchang96_

Trauma || IM Changkyun (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang