-22-

120 26 8
                                        

19JUNI2019
05.06 PM

Hai halo kesayangan akuuh, maapin aku yang late back yah:( akhir² ini aku merasa jenuh sama dunia oren ini gaes. Eotteohke?😬

Tapi hari ini aku kambek lagi dong, ngebawa part baru di cerita ini! Makasih yah buat kalian yang mau dan rela baca cerita aku sampai sini, makasih banyak!!

Oh ya, hampir lupa. Kalo kalian mikir konfliknya udah kebongkar semuanya, itu salah ya gaedd! Kita lihat saja di part selanjut lanjut lanjutnyaa hohoho!

Okai, let's reading guys!

* * *

Rania masih diam terpaku di tempat dengan sesekali bertanya kepada Changkyun, 'kenapa? Ada apa?' tapi hanya kebisuan yang Rania dapat dari Changkyun.

Mau tau apa yang dilakuin Changkyun?

He give hugs to Rania.

Hugs.

:)

Rania terus memberontak didalam pelukan erat Changkyun, dia ga tahan karena merasa sesak di dadanya.

"Jangan dilepas." lirih Changkyun dan berhasil membuat pergerakan Rania terhenti. "Ijinin gue meluk Lo untuk dua menit aja." Lanjutnya.

Hell, dua menit? Gue ngitung udah hampir 5 menit tuh. Napa harus Rania yang dipeluk sih?

"Chang--"

Changkyun menggeleng kepala dengan keadaan yang masih memeluk Rania. "Jangan ajak gue pulang, Ran. Gue ga mau pulang."

Changkyun melepas pelukannya dan megang lengan kiri Rania. "Gue narik tangan Lo yang ini kan tadi? Masih sakit? Sorry, gue ga maksud buat nyakitin tangan Lo." Ujar Changkyun lembut.

Rania sama sekali ga peduli sama lengannya, memang sakit tapi tadi waktu ditarik-tarik Changkyun. Sekarang mah gapapa. Yang dia peduliin sekarang itu Changkyun, ada apa dengan Changkyun?

"Lo ada masalah?"

Mendengarnya, Changkyun melepas tautan tangannya dengan Rania dan beralih pandang ke arah lain. Selang tiga detik, ia menatap Rania dan menggeleng. "Engga. Gue ga punya masalah sama sekali karena gue sendiri adalah pusat permasalahan di hidup orang-orang termasuk di hidup gu--."

"Ga perlu lo lanjutin." Sela Rania. "Ga seharusnya lo ngomong hal yang ga penting itu. Dari sikap lo gini gue tau, lo selalu menganggap kalo masalah itu beban hidup Lo. Bukan Chang!" lanjutnya.

"Masalah itu ujian dari Tuhan buat Lo. Buat hamba-Nya. Bukan beban buat Lo, apapun ujian yang Lo dapet, Lo cuma bisa menerima. Lo bisa melakukan hal yang Lo suka tanpa lihat apa efeknya di hidup Lo, tapi apa lo pikir masalah itu selesai? Engga! Chang, masalah itu diselesaiin bukan ditambah makin jadi ga karuan dengan sikap Lo gini." Ujar Rania.

Changkyun hampir meloloskan buliran air matanya tetapi masih ia tahan. Changkyun terlalu capek buat menangis dengan permasalahan yang ia pikir sudah kadaluarsa.

"Gimana gue bisa nyelesaiin Ran, disaat gue sendiri ga tau apa pusat permasalahannya. Gue udah capek, Ran."

"Kalo lo sendiri ga tau pusat permasalahannya, kenapa tadi Lo bilang kalo 'Lo' adalah pusat dari permasalahan di hidup orang-orang bahkan di hidup Lo sendiri?" Rania menjeda perkataannya. "Jangan pernah bilang hal kayak gitu lagi, gue ada disini buat Lo. Sekarang ayo pulang. Udah malem." Ajak Rania.

Trauma || IM Changkyun (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang