-17-

107 27 13
                                        

22Mei2019
3.28 pm

* * *

Rania ngedudukin bokongnya kasar sambil nyilangin kedua tangannya tepat di depan dadanya.

"Napa sih?" Tanya Reina menatap Rania heran. "Sebel gue, kak" sahut Rania.

"Anjir, mana anak gue?" Tanya Reina dan langsung naroh gelas-gelas kotor di meja tamu sembarangan waktu sadar Rania pulang tanpa Seola.

Rania mendengus sebal. "Sama Changkyun" singkatnya. Demi apapun Rania lagi males banget nyebut nama Changkyun sekarang. Padahal cuma karena kejadian tadi. Rania tau niat Changkyun itu bercanda, tapi itu sumpah malu-maluin bagi Rania.

Reina membulatkan bibirnya. Kemudian lanjut bawa gelas-gelas kotor itu ke dapur.

"Perasaan lo baik-baik aja tadi, kenapa sih?" Tanya Reina tiba-tiba. "Anjir, kaget gue!" kata Rania.

"Dimana Changkyun?"

Rania yang kesel makin kesel waktu denger nama Changkyun. "Adeknya gak ditanyain, baguslah yang ditanyain orang lain mulu" kata Rania penuh tekanan.

Reina sedikit terkekeh karena sifat Rania yang random ini. Pasti lagi dateng tamu. Pikir Reina.

"Satu, dia bukan orang lain. Dia adek ipar gue. Dua, dia bawa Seona. Gue nyari anak gue yang dibawa Changkyun karena ini hampir malem, salah?. Ketiga, lo ada disini ngapain gue nanyain lo? Sumpah pms lo ini gak mutu" balas Reina. Dan Rania cuma mendecak sebal karena ucapan kakaknya yang berupa fakta itu. Emang, Rania kalo pms emosinya itu gak mutu. Dikit-dikit es moci.

"Ssst, diem dong. Princess gue baru tidur ini!" suara desas-desis Changkyun tiba-tiba bikin sepasang kakak beradik itu menoleh dan mendapati Changkyun yang lagi gendong Seola dengan keadaan yang tertidur pulas.

Reina berdiri dan berusaha ngambil alih Seola secara perlahan. "Lo yang tidurin, dek?"

Changkyun menggeleng cepat. "Enggak! Gue mana berani nidurin bocah sekecil Seola. Mana keponakan gue sendiri"

"Dog." ucap Rania pelan tapi masih terdengar di kuping Reina.

Reina sedikit bingung sama jawaban berbelit Changkyun dan cuma mengacungkan jempol tangan kanannya kemudian bawa Seola ke kamarnya.

Changkyun nyamperin Rania. "Yaelah masih ngambek lo? Maaf deh, ya?"

Rania masih diem dan tetep nyilangin kedua tangannya. "Lo mau apa? Gue beliin deh, gimana?" bujuk Changkyun.

"Lo pikir semuanya bakal selesai kalo lo pake uang?" Tanya Rania sinis.

"Lo pikir semuanya bakal selesai kalo lo pake emosi?"

"Lo pikir semuanya bakal baik-baik aja kalo lo marah-marah?"

"Lo pikir waktu tadi bisa diulang kalo lo ngambek gini?"

"Engga sama sekali!" sahut Changkyun bertubi-tubi. Rania pun diam dan dalam batinnya setuju sama argumen Changkyun.

"Niat gue juga cuma bercanda kok. Lagian ibu-ibunya tadi juga ketawa ketiwi. Ga salah kan gue bikin orang lain bahagia? Pahala buat kitanya" lanjut Changkyun.

Rania tersenyum asal dengan sedikit paksaan di pucuk bibirnya. "Iyaiya oke. Ada syaratnya. Besok ikut gue ke padangan"

"Padangan?"

"Ikut aja. Enggak bikin lo mati muda kok" kata Rania sambil tersenyum evilnya. Karena dia tau, orang macam Changkyun itu pasti ga pernah ke padangan. Dan besok, Changkyun harus tau apa itu padangan.

Rania terheran sama ekspresi Changkyun yang tiba-tiba membulatkan bibirnya sempurna. Sampai berbentuk 'O'

Changkyun nyengir sebentar.

Trauma || IM Changkyun (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang