-7-

227 28 10
                                    


Rania celingukan mencari sosok Changkyun daritadi. Rania tau Changkyun sempat masuk ke ruangan bu Mira tadi, tapi dimana sekarang? Tanyanya dalam hati. Bahkan kelaspun udah kelar daritadi, dan Changkyun bukannya ke kelas malah entah kemana sekarang.

Changkyun sendiri ke kampus cuma mau ngasih kabar gembira yang dia punya buat dosennya yang tercinta itu. Changkyun memamerkan hasil belajarnya sama bu Mira dan setelah itu? Dia pergi mengunjungi juga membersihkan makam kakek kesayangannya itu.

Rania memilih untuk telat pulang, hari ini. Dia mau ke suatu tempat yang begitu penting di hidupnya. Dan mungkin, dia memang harus menyempatkan waktu untuk ke tempat spesial itu.

Sejak di Indonesia, Rania sendiri memang ga pernah ke kampus pakai mobil pribadi, atau aset yang dia punya disini ga jarang juga Rania berpergian hanya memakai busway. Karena salah satu alasan Rania ke Indonesia adalah mencoba buat hidup mandiri.

Tempat yang selalu sama keadaannya dimata Rania, selalu terasa senyap ditelinga Rania.

Disinilah, tempat dimana ibunya beristirahat untuk selamanya. Sekitar seminggu yang lalu Rania menemui ibunya disini, dia begitu merindukan ibunya.

Alasan terbesar Rania disini adalah untuk merawat makam ibunya. Seseorang yang telah dipanggil Tuhan sejak Rania dilahirkan.

Disaat semua terasa sepi, tiba - tiba ada suara kecil yang mengisi tempat itu. Suara bernada rendah dan sedikit berat itu terdengar jelas di telinga Rania. Begitu jelas dari belakang tubuh Rania.

Tangisan yang begitu tulus, pikirnya.

Rania mendengarkan setiap kalimat yang keluar dari mulut orang itu, suara itu, nampak ga asing di telinga Rania. Sekilas, Rania nengok ke belakang, dengan postur tubuh yang membelakangi Rania, dia merasa inget siapa orang itu.

Rania mendekat ke arahnya, "Changkyun?" katanya pelan.

Sontak orang itu, Lim Changkyun, mengusap air matanya dan berdiri, "ngikutin gue ya lo?"

"Maaf, gue kesini ada urusan yang lebih penting daripada ngikutin lo" jawab Rania.

"Ya udah urusin apa yang mau lo urusin, jangan ganggu gue" sahut Changkyun.

Changkyun mulai jalan keluar, dia mau pulang, ga lupa dia mau telfon Wonho buat jemput Changkyun. Baru aja pegang hpnya, "low batt, sial" gerutu Changkyun sambil menggaruk kepalanya, kesal.

Beberapa langkah Changkyun di depan Rania, tanpa gerimis, ujan turun deras. Changkyun lari kearah gubuk kecil yang ada didalam sana, entah apa namanya, asal bisa buat berteduh, pikir Changkyun.

Karena Rania ga bawa mobil, Rania ngikutin Changkyun buat neduh.

"Ngapain kesini?" Tanya Changkyun

"Gue ga bawa payung" Jawab Rania dan kemudian hening.

Udah sekitar 20 menit mereka nungguin terang, tapi keadaan tetap sama.

"Itu, tempat kakek lo?" Tanya Rania memecah keheningan.

"Bukan"

"Terus--" ucap Rania kepotong.

"Tempat kakek gue disini" sahut Changkyun sambil nunjuk dadanya. Ga lupa, kedua mata Changkyun berkaca - kaca.

"Lo sendiri?" Tanya Changkyun, "ngapain disini kalau bukan ngikutin gue?"

"Tepat dua makam disamping kakek lo, itu bunda gue" jawab Rania sambil senyum.

"Gue kesini karena kangen sama seseorang yang bahkan belom pernah gue liat secara langsung" lanjutnya

Changkyun terdiam, "bunda lo--?"

Trauma || IM Changkyun (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang