-12-

148 33 8
                                        

10Mei2019
7.46 pm

* * *

Disatu sisi, Wonho rasa hidupnya sekarang berubah total. Semua yang dia punya udah ilang. Begitu banyak air mata yang orang-orang itu keluarkan saat liat Wonho mengemas semua barang-barangnya.

"Apa mas Wonho ndak bisa memikirkan banyak kali? Ratusan atau ribuan kali? Sebelum mas Wonho pergi dari sini" ucap buk Amin yang ditanggapi gelengan kepala oleh Wonho.

Pak Ari, sopir sekaligus satpam andalan Wonho dan Changkyun itu mulai angkat suara. "Mas Changkyun.."

Wonho menghela nafasnya, "tolong jagain Changkyun ya buk, pak. Kalian semua harus ingat sama pesan terakhir kakek Narto!"

"Bagaimana sama mas Wonho sendiri? Apa mas Wonho mau kakek Narto kecewa liat sikap mas Wonho ini? Kenapa tiba-tiba tanggung jawab mas Wonho hilang?" Sahut ibuk Ira.

Skak mat! Wonho berasa berjalan di jalan yang penuh duri. Sakit banget rasanya. Dia tau kalo kakek Narto pasti kecewa karena sikap Wonho. Kenapa Wonho bersikap kayak gini? Wonho juga gak tau. Yang dia tau, hidupnya dibawah telapak tangan Changkyun udah selesai mulai hari ini. Baik Changkyun maupun Wonho harus berjalan sendiri, pikirnya.

Wonho juga gak tau atas dasar apa dia mempermainkan Changkyun. Sulit, sangat sulit bagi Wonho memasuki hidup Changkyun, disaat semuanya lebih membaik, justru Wonho lah yang mengacaukan segalanya karena mulut pedesnya kemarin malam.

Sejujurnya, cuma ada satu niat di batinnya. Dia ingin berakting membuat Changkyun membencinya. Dengan membencinya, kakaknya, Son Hyunwoo bakal dengan mudah masuk ke dalam hidup Changkyun. Itu niatnya.

Tapi disisi lain, dia merasakan sakit. Gadis yang sering nemenin Wonho, gadis yang sering ngabisin waktu sama Wonho. Di sungai, membuat harapan. Di kampus, bercanda ria. Di toko buku, saling bertatapan ternyata sangat dekat sama Changkyun. Hal itu membuat batin Wonho sakit. Apa ini cinta? Yeah, itu yang Wonho pikirkan.

Saat melihat Rania sangat amat peduli sama Changkyun, batinnya yang sesak itu makin memburuk. Ditambah lagi dia tau, selama ini mereka berdua? Wonho hanya ingin sekali melupakan semua itu. Karena itulah, ini keputusan finish Wonho untuk pergi. Pergi meninggalkan semuanya.

"Mas Wonho mau kemana? Rumah kayak apa yang mas Wonho mau tempatin? Apa itu masih di deket perumahan ini? Mas, kita semua perlu tau kemana mas Wonho mau pergi. Karena selain mas Changkyun, kami juga mendapat amanah untuk selalu ada buat mas Wonho. Dan kami sangat menghargai pesan terakhir dari kakek Narto, tolong jangan membuat kakek Narto kecewa sama kami, mas" bujuk pak Ari.

Wonho tersenyum, "dimanapun Wonho, ibuk sama bapak semuanya harus percaya kalau Wonho bakal baik-baik aja" katanya.

Wonho menutup koper dan meninggalkan dompet, hp, seluruh uang yang dia dapat dari perusahaan Changkyun di atas kasurnya. "Pak Ari, Pak Mail, Buk Amin, Buk Ira, semuanya. Wonho harus bisa mandiri tanpa Changkyun, tolong ngertiin Wonho ya? Wonho pamit, makasih udah mau rawat Wonho semenjak kurang lebih dari tiga tahun yang lalu" ucap Wonho finish dan yeah, keluar dari kamarnya.

"Mas Wonho!" Panggil buk Amin yang tidak mendapat jawaban dari Wonho.

Dan hari ini, tangis semua orang penghuni rumah Kakek Narto, pecah. Rumah itu dibanjiri suara isakan dan air mata karena kepergian Wonho.

Wonho berbalik dan berhenti di depan gerbang, dan memandang rumah itu. Bak film, semua hal dan apapun yang pernah dia lakuin di rumah itu, berasa terputar di dalam otaknya dan terpampang nyata di dalam matanya.

"Kakek Narto, maafin Wonho."

"Kyun, maafin gue!"

"Kyun, makasih banyak karena lo, gue bisa ngerasain gimana kuliah dan kayak apa itu dunia kantor" kata Wonho pelan dan mulai menjauh dari rumah maupun gerbang yang ada di belakangnya itu.

Trauma || IM Changkyun (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang