t w o

977 79 8
                                    

1 minggu kemudian

Hamparan rumput berwarna hijau segar, angin yang menggelipir, langit yang mulai menggelap yang sebentar lagi mengguyur kota Bandung, menemani seseorang berambut panjang berwarna coklat itu.

Isak tangis terus keluar, membuat perempuan yang kita tau adalah Kalistha memeluk batu nisan dingin yang menusuk kulit tanpa segan.

"Maafin aku, aku masih belum bisa tepatin janji mas." Suara gemetar itu terus mengeluarkan kata maaf. Tiada henti-hentinya.

"Maafin aku juga karna kerjaan aku, Keyra jadi terbengkalai."

Terus dan terus meminta maaf adalah hal yang rutin Kalistha lakukan setiap kali mengunjungi tempat peristirahatan terakhir suaminya yang bernama lengkap Jung Jaehyun itu.

Dibalik isak tangisnya, ternyata ada pula yang diam-diam memerhatikannya. Merasa tidak asing dengan apa yang ia amati.

Dikala sedang serius mengamati, seorang laki-laki itu langsung pura-pura berbalik badan saat Kalistha berjalan melewatinya.

Disidik-sidik, Kalistha sepertinya hendak pulang dan laki-laki itu langsung buru-buru berjalan kearah mobilnya.

Sementara Kalistha sendiri yang sedang menunggu grab, kemudian melihat ada mobil berwarna hitam tepat didepannya ia langsung berjalan menghampiri mobil tersebut dan membuka pintu mobilnya.

"Grab--"

Omongannya terputus ketika melihat sosok tak asing dimatanya. Orang yang sepertinya pernah bertemu dengannya.

Dan ingatan Kalistha berputar saat hari itu dimana ia didorong seorang laki-laki yang nampaknya tak rela kehilangan seseorang.

Iya. Kalistha ingat siapa orang yang ada dihadapannya sekarang.

Dengan rasa malu yang bersarang, Kalistha segera meminta maaf dan hendak menutup kembali pintu mobil itu.

"Eh-- sorry, salah ternyata."

Namun tangannya dicegat saat Kalistha hendak menutup pintu mobil itu.

"Naik aja, ada hal penting yang mau saya omongin."

Jelas raut wajah Kalistha mendadak berubah menjadi terkejut. Ia takut, dirinya disalahkan atas kepergian tunangannya.

"Saya udah pesen grab--"

"Please?"

Melihat raut wajah laki-laki didepannya yang tampak memohon, tak tega, Kalistha menuruti permintaannya dan segera membatalkan pesanan grabnya.

Didalam, keadaan terasa sangat canggung. Bahkan keduanya seperti sulit untuk memulai duluan. Rasanya seperti ada yang tercekat didalam tenggorokan.

"Rumahnya disebelah mana?"

Akhirnya laki-laki itu memberanikan diri untuk bicara.

"Lurus aja, nanti didepan belok kanan, masuk komplek." Jelas Kalistha seadanya. Bahkan ia tak menatap laki-laki disampingnya sedikitpun.

Respon laki-laki itupun hanya mengangguk.

Saat sudah memasuki komplek, ia bertanya lagi.

"Yang mana?"

"Depan lagi sedikit, warna putih abu."

Laki-laki itu mengangguk untuk yang kedua kalinya.

Tak sampai 10 menit, mobil berwarna hitam yang diisi dua penumpang itu, terparkir manis didepan rumah berwarna putih abu.

Bukannya langsung turun, Kalistha malah terdiam dulu. Ia merasa janggal.

"Tadi, kamu bilang, kamu mau bicara penting sama saya?"

Iya, perihal yang laki-laki itu sampaikan saat tadi memaksa Kalistha menaiki mobilnya.

Laki-laki itu langsung berdeham dan membenarkan posisinya. Kemudian matanya ia beranikan untuk menatap mata Kalistha.

"Saya mau minta maaf."

Kalistha kebingungan.

"Maksudnya? Minta maaf buat apa?"

Ini yang laki-laki itu duga. Ia sangat tidak suka jika harus mengulang kata maaf. Karna sangat jelas kalau laki-laki itu sebenarnya gengsi. Tapi bagaimanapun juga ia sadar ia telah bersalah.

"Saya minta maaf karna waktu itu, saya lancang mendorong--dokter?"

Agak canggung memanggil perempuan itu dokter diluar lingkungan rumah sakit. Terasa seperti aneh.

Tanpa diduga, respon Kalistha malah tertawa.

"Gausah terlalu formal, saya tau kamu pasti mau ngomong lo-gue kan?"

Secepat mungkin laki-laki itu langsung menggeleng. "Pake saya-kamu aja."

Kalistha kembali tertawa. "Saya ngerti kok posisi kamu waktu itu. Jadi gaperlu minta maaf."

"Saya gaenak."

"It's okay. Itu aja kan?"

Laki-laki itu menggaruk tengkuk dan sedikit berpikir akan perihal lain yang mau dibicarakan.

Tapi nyatanya dia sendiri sudah kehabisan topik.

"Udah."

"Oke, kalau gitu saya turun ya? Makasih dan turut berduka cita. Saya yakin akan ada pengganti yang lebih baik."

Tanpa rasa canggung, Kalistha menepuk pundak laki-laki itu beberapa kali sambil tersenyum.

Dan tanpa tau, jantung laki-laki bernama lengkap Kim Jongin itu sedang berperang didalamnya.

Sungguh aneh karna baru kali ini Kim Jongin berdebar ketika mengalami kontak fisik dengan lawan jenis selain almarhum tunangannya.

Tbc

Next or nah?

La Differénce - Kim Jongin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang