Sebenernya unmood nulis cmn gmna ya:(
Yauda de nikmatin aja ya:(
Vote komennya bole dong:( sepi bat lapaknya:(
Play mulmed gais.
Author's side
Kali ini, seseorang yang mengenakan kemeja putih dibalut jas hitam itu tengah menahan nangis. Siapa lagi kalau bukan Kai.
Tidak bisa dihitung berapa kali Kai menangis dalam beberapa hari belakangan ini. Sejak insiden Kai yang menghamili Pricilla, menangis adalah kegiatan rutin Kai.
Berbeda dengan Kalistha. Kali ini, perempuan itu terlihat lebih siap. Keputusannya saat ini dan apapun konsekuensi yang dia terima dikemudian hari, Kalistha siap. Bahkan rok selutut bermotif membuatnya hadir sangat cantik hari ini. Sungguh Kai menyesal dengan segala perbuatannya.
"Saudara Kim Jongin dan saudari Xavira Kalistha Andira, resmi bercerai."
Tuk! Tuk! Tuk!
Entahlah, rasanya Kai begitu hopeless disaat hakim mengatakan bahwa ia resmi bercerai dengan Kalistha. Hatinya seperti sudah mati begitu mendengar pernyataan resmi itu.
Kai diam mematung di tempatnya, sementara hakim, dan beberapa peserta lainnya yang turut hadir, bubar.
Namun tiba-tiba Kalistha datang menghampirinya. Duduk di samping mantan suaminya itu dan tersenyum. Bukan senyum bahagia, tapi senyum karna rasa sakitnya yang sudah tidak bisa diungkapkan lagi dengan menangis.
"Kai," panggil Kalistha begitu pelan. Spontan Kai menoleh, matanya sudah berkaca-kaca, malah jika Kai berkedip sekali saja, sudah pasti air matanya itu pasti jatuh.
"I'm sorry. But I can't handle my pain feelings again. Maybe this is a good ways for us. So, don't crying, she's need you more than me. Hopely, you will be a good father for your child. May Allah bless you, and don't forget that I'll always love you."
Tanpa diduga-duga, Kalistha mencium kening Kai cukup lama. Disanalah Kalistha baru bisa meneteskan kembali air matanya, mengingat ini adalah kali terakhir Kalistha bisa bersama dengan mantan suaminya itu.
She will be miss him then.
Tanggung jawab Kalistha sebagai seorang istri, sekarang benar-benar lepas. Mungkin Kalistha akan sangat merindukan momen-momen mengurus Kai sebagai suaminya yang manja ga ketara.
Begitu juga Kai yang akan sangat dan selalu merindukan apapun itu tentang Kalistha. Perlu diingat pula kalau perasaannya permanen. Tidak akan ada yang bisa mengganti Kalistha, even itu Krystal, atau malah Pricilla.
Kalistha melepaskan ciumannya di kening Kai dan sekarang, perempuan itu beralih memeluk Kai begitu erat. Menunjukkan, sekaligus menyalurkan suatu perasaan pada Kai yang menunjukkan kalau ia sebenarnya tidak ingin melepaskan Kai tapi keadaan, dan perasaannya memaksa.
Sehingga jalan akhir dari semuanya adalah berpisah.
Siapa sangka kalau Kai sekarang menangis begitu hebat dipundak Kalistha. Ia memeluk Kalistha sangat erat bak tak ingin dilepaskan.
Kalistha hanya menenangkan Kai, tanpa memedulikan dirinya yang juga sama sedihnya.
"Shhh, be happy okay?"
Merasa cukup, Kalistha melepaskan pelukannya kemudian menghapus air mata Kai sambil tersenyum. Senyum yang paling Kai benci dari Kalistha.
"Aku tau kamu pasti bisa. Tetep jadi Kai yang aku kenal ya?" Ucap Kalistha mengelus pipi Kai. "Aku pamit. Assalamualaikum."
Satu hal yang akan sangat membekas di ingatan Kai, saat Kalistha mencium punggung tangan Kai, dikala seorang istri akan cium tangan suaminya ketika bertemu atau berpisah. Tapi sayangnya kali ini mereka benar-benar berpisah dan entah apakah masih ada kesempatan dikemudian hari ataukah sudah mutlak seperti ini.
Kai hanya bisa menangis, menangis, dan menangis tanpa rasa bosan. Bahkan sampai sekarang, sampai Kalistha benar-benar pergi dari pandangannya dan tak ada lagi sosok Kalistha dalam hidupnya.
Satu kata untuknya sekarang. Menyesal.
+×+×+×
Kalistha's side
Resmi cerai, sekarang aku bisa pergi lebih tenang. Pulang ke Australia tempat aku dilahirin. Bukannya aku ga mau ketemu Kai lagi, tapi untuk saat ini, mungkin biar aja aku kayak gini. Supaya aku bisa cepet lupa semua-mua tentang Kai.
Sakit hati banget waktu tadi liat Kai nangis sesenggukan di pundak aku. Ga pernah seumur hidup aku, liat dia nangis segitunya. Aku ga tau dia masih sayang aku atau ga, tapi aku ngerasa tindakan aku sekarang tindakan paling baik.
Dimana aku berusaha lepasin dia sepenuhnya untuk perempuan yang lebih butuh dia, peran akan dia sebagai seorang ayah untuk anaknya. Padahal aku pun sama butuhnya kayak perempuan itu.
Yeah, i'm pregnant.
Maybe, kalau aja kejadian ini ga ada, Kai pasti udah seneng banget ciumin muka aku.
Hhh, too much halu Kal, ga pantes banget bayangin mantan suami yang bentar lagi jadi suami orang lain.
Sengaja aku diem dan ga kasih tau Kai, biar Kai ikhlas lepasin aku karna kalau dia tau aku hamil, dia pasti akan lebih susah lepasin aku.
Bukannya mau egois, biarin anak aku lahir tanpa seorang ayah tapi aku juga masih ga bisa terima kalau harus bagi kasih sayang suami sama orang lain. Jadi lebih baik, solusinya, ya aku pergi dan itu terjadi sekarang.
Lagi liat langit, eh ga taunya ada yang nyeclak jatuh ke bawah. Nangis lagi nangis lagi. Buru-buru aku hapus air mata aku dan berusaha keep calm. Ga boleh cengeng, dan harus lebih struggle. Itu yang sekarang aku yakinin.
Perihal rasa, mungkin bakal pudar dengan sendirinya kemakan waktu, yaa I wish.
Aku pergi sendiri, ga sama Keyra karna nanti, mama, papa, Chanyeol bakal nyusul bareng Keyra, sekitar minggu depan.
Dalam hati, aku cuman bisa minta maaf aja terutama ke anak yang ada di dalem perut aku.
I'm sorry, I failed again.
The end.
HAHAHA TAPI UPITTT
MASIH TBC KO SANS
TAPI SERIUS TINGGAL DIKIT LAGI BERES GAIS HEHE
LUV YU!♡
BTW, HANBIN IF U WANT TO LEAVE, JUST LEAVE FROM YG WITH ALL MEMBS OF iKON AND THEN KITA PINDAH KE AGENSINYA DANIEL AJA OKUR?
AND FOR DISPATCH, I LOST MY WORDS.
Menurut gue, ini janggal banget, gue ga bisa salahin dispatch sepenuhnya, gabisa juga salahin yg sepenuhnya atau bahkan hanbin sekalipun.
Jujur gue ga paham banget makanya gamau banyak bacot, cuman sedih aja si klo emang bener hanbin hrs ninggalin iKON, sesedih itu sampe rasanya ga tega mau play lagu love scenario:(
KAMU SEDANG MEMBACA
La Differénce - Kim Jongin ✔
Fanfiction[Completed.] Perbedaan bukan perihal tak bisa bersatu, Tapi perihal seberapa besar keinginan mereka untuk bersatu.