"Gile lu Kai, nangis berapa hari berapa malem?"
"Kagak usah dibahas, kesel gue dengernya."
Laki-laki yang kerap dipanggil Kai itu menghisap dalam-dalam rokoknya.
Tidak bisa dihitung sudah berapa kali dalam beberapa jam ia menghisap, menghisap, dan menghisap benda yang terbuat dari tembakau itu.
Mungkin satu bungkus hampir habis.
"Iye maap ya kanjeng yang pms tiap hari."
"Bacot banget lu Baek. Bukannya memotivasi malah ngeledek mulu."
Baekhyun. Yang bernama lengkap Byun Baekhyun adalah teman seperjuangan Kai di masa SMA nya. Baekhyun tau segalanya disaat Kai mengalami susah ataupun senang.
Karna Baekhyun selalu mendukung Kai disegala situasi. Lagi, Baekhyun adalah teman yang paling mengerti Kai selama 3 tahun di SMA. Kai bukan lagi menganggap Baekhyun sebagai teman tetapi sudah dianggap sebagai saudara.
Dan pertemanan mereka pun masih berlanjut hingga sekarang. Bukan, bukan berarti Kai tidak memiliki banyak teman, tapi nyatanya semua temannya hilang disaat Kai sedang jatuh-jatuhnya. Bisa dibilang ia berada di tengah orang-orang palsu.
Hanya Baekhyun lah yang tak palsu terhadapnya.
"Mau memotivasi gimana, kalau lu nya aja begitu."
"Begitu gimana?"
"Lu minum lagi sejak kapan? Ngerokok sejak kapan? Apa jangan-jangan selama ini lu ga berubah? Masih sekacrut waktu SMA?"
"Buset lu ngomong pake rem napa."
"Cepet jawab."
Seketika raut wajah Baekhyun menjadi serius. Satu yang harus diketahui kalau Kai sedikit merasa takut dengan ekspresi Baekhyun yang serius.
"Gue pernah berubah."
"Kapan?"
"Ya waktu sama Jennie lah. Bisa diitung kan berapa taun gue berubah?"
"It's only 2 years Kai. Jangan taro otak lo didengkul. Lu berubah hanya karna suatu alasan. Bukan karna emang lu komit sama diri lu sendiri. Dan itu pecundang. Lu banci. Gaada laki beneran yang gabisa komit. Yang malah takut ngadepin kenyataan. Perasaan dulu gua kenal lu, lu orang yang ga gampang putus asa. Kenapa lu jadi gini?"
Kai mulai tertampar oleh segala ucapan Baekhyun. Semua yang keluar dari mulut Baekhyun itu benar. Dan Kai membenarkannya dalam hati.
Hening. Kai menunduk dan hendak meminum satu botol wine yang tadi ia pesan.
"Ga gampang Baek. Lo ga ngerti--"
"Iya emang gue belum pernah kayak lu. Tapi setidaknya gua bisa membantu lu untuk ngadepin semuanya. Life must go on. Gabisa lu stuck di satu titik doang. Gaakan ada yang mau ngerangkul lu kalau lu aja gabisa rangkul diri lu sendiri. It's not about you lost jennie and then you give up. It's all about how dare you to face up your life."
Saat akhir kalimat yang Baekhyun lontarkan, tanpa sadar laki-laki yang tengah kacau, menangis.
Menunduk dan meneteskan air matanya.
Merenung tentang keegoisannya selama ini dan juga jiwa pecundangnya yang datang kembali.
Sehancur itu.
"Daripada lu begini, gua yakin Jennie yang liatnya dari sana juga gabakal suka. Mending lu cari cewek, cari pendamping baru. Mau gua comblangin?"
Kai langsung menghapus air matanya dan menatap Baekhyun kesal. Dikala begini, masih saja cowok yang tengah pusing skripsi itu melawak.
"Galucu sat." Jawab Kai. "Lo pikir gampang apa buka hati?"
"Gampang. Kalau lu mau berubah."
"Harus cari cewek banget supaya gue bisa berubah emang?"
"Ya terus lu mau sendirian aja ampe ubanan hah? Mau nge gay lu saking ga punya cewek?" Tanya Baekhyun yang ikut kesal dengan jalan pikiran temannya itu. "Gue masih suka cewek. Ogah gue jadi korban ke gay an lo itu."
Kai tertawa. "Tolol. Ya gabakal gitu juga lah."
"Yaudah makanya lu nurut napa sama gua. Gua comblangin. Temen cewek gua banyak. Kali lu demen."
"Ga ah, pasti jelek."
"Sembarangan." Cepat-cepat Baekhyun mengeluarkan ponsel dari dalam saku dan menunjukkan foto seorang perempuan. "Yang gini lu bilang jelek hah? Gua kasih mpok ati juga lu."
Tadinya Kai hanya sebatas melirik. Tapi sepertinya ia kenal dengan perempuan itu dan menatapnya kembali lewat ponsel Baekhyun. Sampai-sampai ponsel Baekhyun direbut.
"Kan, kelepek-kelepek kan lu--"
"Lo kenal Baek?" Alangkah terkejutnya Kai saat itu.
"Ya kenal lah, dia temen gua tapi udah lulus. Pinter banget tu anak. Cantik, pinter, body ada. Mantap ga tuh?"
"SERIUS TEMEN LO?!"
Baekhyun kaget dan langsung menjitak Kai. "Goblok bikin kaget."
"Serius Baek anjir,"
"Iya kan gua udah bilang sat."
"Ini dokter yang nanganin Jennie waktu itu." Ucap Kai lalu mengembalikan ponsel Baekhyun.
"Demi?"
"Demi Tuhan."
"Berarti lu waktu itu ke rs tempat gua koas?"
"Iya."
"Kenapa lu ga kasih tau gua?"
"Tadinya iya, karna gue pikir Jennie bakal selamat. Tapi kan kenyataannya ga setinggi ekspektasi gue."
Mendengar itu Baekhyun menghela nafas.
Kemudian Kai bercerita lagi mengenai kejadian dimana dirinya mendorong sang dokter saking terbalut emosi.
"Goblok. Kesel gua sama lu. Urusan nyawa mah ya pasti Tuhan lah. Lu malah nyalahin dokter. Heran."
"Ya makanya gue sadar gue salah."
"Terus udah lu minta maaf?"
"Udah."
"Apa katanya?"
"Kepo banget lu bahlul." Kesal Kai akibat Baekhyun yang banyak nanya. "Namanya siapa sih?" Tanya Kai didetik berikutnya.
"Astagaa! Lu kagak tau namanya?" Baekhyun yang mendengar pertanyaan bodoh Kai langsung menepuk Jidat.
Dan dengan polos Kai hanya menjawab, "kagak."
"Kok gua punya temen begini banget ya? Dosa apa sih gua dapet temen begini?"
"Bacot banget anjir tinggal jawab."
"Cari tau aja sono sendiri." Jawab Baekhyun yang sudah kesal.
"Yee koplak katanya lo mau comblangin gua,"
"JADI LO MAU?"
Sekarang giliran, Kai yang tiba-tiba dibuat kaget oleh Baekhyun.
"Anjir toa bat suara lu." Laki-laki itu menutup kupingnya.
"Mau lu Kai ama temen gua?"
"Gatau liat aja nanti." Jawab Kai asal-asalan.
"Yaudeh, gua kasih aja ye kontaknya." Baekhyun langsung menyalakan ponselnya dan dengan gerak cepat mengirimkan kontak Kalistha pada Kai.
"Langsung gas pokoknye. Awas lu."
Lah maksa si anoa batin Kai yang pada akhirnya malah menyimpan kontak Kalistha.
Tbc
yu di vomment yu biar next yu
KAMU SEDANG MEMBACA
La Differénce - Kim Jongin ✔
Fanfiction[Completed.] Perbedaan bukan perihal tak bisa bersatu, Tapi perihal seberapa besar keinginan mereka untuk bersatu.