02 : tatapan mendadaknya

2.4K 291 63
                                    

emang nggak ada hal yang paling nyenengin selain nopang dagu sambil mandang keluar jendela—terlebih buat saat ini. selain karena aku terlalu bosen dengerin penjelasan guru tentang reaksi kimia atau apalah itu—aku nggak terlalu paham—tepat di bawah sana terdapat beberapa murid senior yang lagi olahraga. lebih tepatnya, kak soobin dan temen-temennya.

kelasku ada di lantai dua. kebetulan juga, aku dapet tempat duduk di pojok belakang samping jendela waktu pembagian bangku awal semester dulu. jadi, setiap hari rabu jam pelajaran ketiga barengan sama jam olahraga kelas kak soobin, aku selalu ngalihin perhatian ke lapangan bawah buat merhatiin mereka. dan entah keberuntunganku atau apa, guru pengajar kimia udah terlalu tua dan nggak peduli dengan isi kelas yang saking kacaunya memungkinkan buat ramai bahkan keluar kelas tanpa alasan yang jelas. maka dari itu, aku pun selalu dapet kesempatan merhatiin mereka yang di bawah sana.

hari ini kayaknya praktik lompat jauh. aku yakin seratus persen kalo kak soobin bisa dapat skor tertinggi di antara temen-temennya karena tinggi badannya. yah gimana lagi, 185 sentimeter itu angka yang luar biasa buat remaja seusianya. aku emang belum pernah berdiri di sebelah kak soobin sih, tapi pasti diriku cuma sebatas ketiak atau pundaknya aja.

sedang asyik lihat kak soobin pemanasan, seseorang tiba-tiba nepuk pundakku. "ey, lihat apa?"

aku noleh. ternyata itu im seya, temen sebangkuku. ah, aku hampir aja lupa kalo masih ada makhluk hidup di sampingku. "nggak lihat apa-apa," jawabku. selanjutnya, kucoba buat buka buku, berusaha biar seya nggak curiga.

tapi, dia justru melongok ke luar jendela di sebelahku. tatapannya tertuju tepat pada kelas olahraga kak soobin tadi. ia lalu bilang, "nontonin kakak kelas olahraga?"

"uhm, cuma sebentar."

seya masih ngelihat ke bawah, sedangkan aku pura-pura baca buku. sialnya, selanjutnya seya malah nyikutin pinggangku sambil senyum aneh. "nontonin kak soobin, ya ...."

aku langsung kesedak. gimana dia bisa tahu?

"eng-enggak!" kataku terbata, yang makin buat dia ngelebarin senyum.

"udah, nggak usah ngelak! lo kira gue nggak tau kalo lo naksir sama kak soobin? bahkan di buku catatan matematika lo ada nama dia, kan."

skakmat!

aku ngebanting bukuku di meja, terus nangkupin kedua tangan di depan dada. "please, jangan kasih tau siapa-siapa ...."

seya tertawa keras, yang lalu langsung dapet perhatian dari seisi kelas termasuk guru kimia kami. "ups." seya diam lagi. ngelihat rautku yang menuntut, mau nggak mau dia bicara, "iya, iya. nggak akan gue bilangin siapa-siapa, kok."

aku ngehela lega. saat seya pergi keluar bangku untuk minjem buku tugas anak lain, aku mandang kelas olahraga kak soobin lagi.

sekarang, dia lagi lari awalan lompat jauh. aku ikut deg-degan waktu ngelihat dia nambah kecepatan lari dan mulai lompat. kak soobin jatuh di bak pasir, tapi berhasil dapet jarak yang sangat jauh. tanpa sadar, aku senyum lebar dan deketin wajahku ke jendela. hal yang tak kusangka berikutnya, kak soobin dongak sambil tetap duduk di tempatnya jatuh. dia ngelihat ke atas yang kuyakini sembilan puluh sembilan persen tertuju ke arahku. kami sempat bertatapan selama sekitar tiga detik sebelum dengan spontan aku ngejauh dari kaca.

astaga! apa itu tadi? []

❝kak soobin, aku nggak tau, tapi rasanya aku pengen pingsan di tempat aja :(❞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

kak soobin, aku nggak tau, tapi rasanya aku pengen pingsan di tempat aja :(

.

.

[direvisi—30 april 2020]

Limerence ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang