25 : pingsan

1.1K 171 28
                                    

kelas biologi hari ini adalah yang terakhir. sampe pertemuan terakhir pun, aku belum bisa deketin kak soobin gara-gara ragu sama statusnya. tapi hari ini aku bakal beraniin deketin sesuai usulan beomgyu kemarin.

"dengan ini kelas biologi kita berakhir," kata kak heejin di depan. "makasih banyak buat kalian yang mau join dan bertahan sampai akhir. semoga apa yang sama-sama kita pelajari di sini bermanfaat, ya."

setelah beberapa kalimat penutupan lagi, kami akhirnya dibolehin pulang. aku cepet-cepet keluar ruangan, coba nunggu dan sembunyi di samping tembok gedung sebelah kiri. biasanya keempat kakak kelas itu pulang yang paling akhir. aku tahu soalnya pernah berbuat gini juga.

dan bener aja, setelah semua orang pergi, aku ngelihat kak soobin dan yang lain keluar. kebetulan banget kak soobin yang ngunci pintu, jadi aku keluar dari persembunyianku dan nyapa dia, "kak soobin!"

kak soobin noleh, terus tanya, "loh, belum pulang, rin?"

aku geleng pelan. ngelihat dia yang udah selesai ngunci pintu dan jalan deketin aku, aku bilang, "boleh bicara bentar, kak?"

kak soobin langsung berhenti, masang muka bingung sebentar, terus senyum dan ngangguk. "boleh."

sekarang, aku duduk di sebelahnya. lebih tepatnya di bangku panjang sebelah lapangan outdoor. di tengah lapangan, ada beberapa anak yang lagi main tenis.

"jadi, mau bicara apa, rin?" tanya kak soobin.

"emm, itu ...." aku bingung harus mulai dari mana. masa langsung nanyain tentang hubungannya sama kak yeji, sih. "kak soobin apa kabar?"

duh.

nggak tahu kenapa kak soobin tiba-tiba senyum. "baik, kok," jawabnya. "kamu sendiri?"

"baik, hehe."

setelah itu hening lagi. kami sama-sama ngelihat ke arah lapangan. diem-diem aku juga merhatiin kak soobin yang kelihatan kayak lagi ngelamun.

kira-kira dia nyaman nggak kayak gini? apa dia keburu pulang? aku mulai mikir yang macem-macem.

"kak," aku manggil, dan dia ngejawab dengan gumaman tanpa noleh ke aku. "menurut kak soobin, aku tuh gimana?" nggak tahu kenapa malah kalimat itu yang terlontar dari mulutku. aku pun ngegigit bibir setelah nanyain hal malu-maluin itu.

kini kak soobin noleh ke aku. kupaksain buat natap matanya tanpa ngalihin muka meskipun malu banget. soalnya aku baca di buku tentang psikologi, cara ini cukup ampuh bikin lawan bicara ngomong yang sejujurnya.

"baik, lucu. ya ... meskipun kadang suka kikuk, tapi jatuhnya imut. kayak anak kecil, apalagi posturmu pendek." kak soobin ngakhirin kalimatnya dengan ketawa.

biasanya kalo aku dikatain pendek, aku bakal marah. tapi kayaknya nggak bisa kalo yang ngomong kak soobin. lagian dia bener juga. aku emang pendek.

aku lagi-lagi nahan buat nggak senyum, tapi nggak bisa. "eh, gitu, ya?"

"iya, gitu." kak soobin ketawa kecil ngelihat responku. "kayak sekarang ini, nih. imut, rin."

"kalo kak yeji gimana?"

kak soobin langsung berhenti ketawa. udah kupastiin dia kaget sama pertanyaanku yang itu, dan aku juga udah siap-siap kalo jawaban kak soobin ngebuat aku cemburu.

sebenernya aku juga nggak mau bandingin diriku sama orang lain, tapi sekarang kayaknya harus kulakuin.

"kenapa tanya gitu, rin?" kak soobin bukannya jawab malah balik nanya.

"cuma nanya, kok." aku nunduk. udah malu banget, kayak orang nyebelin yang nanyain hal aneh ke orang yang nggak dikenal begitu deket. "jadi-"

"kamu suka sama saya, ya?"

"eh?"

aku ngedongak lagi waktu-tanpa diduga-kak soobin nanya kayak gitu. apa-apaan?

"itu sebabnya kamu nanya pendapat saya tentang kamu dan yeji?" tanya kak soobin lagi.

loh, kok dia bisa tahu?

selanjutnya, kak soobin majuin wajahnya ke aku, dan aku perlahan mundur. "arin?" panggilnya pelan.

aku nganga masih kaget. "kenapa kak soobin ...."

"maaf, ya. di sticky note kamu di buku biologi yang waktu itu dikumpulin, ada kalimat yang bikin penasaran." kak soobin kelihatan tulus dan ngerasa bersalah saat minta maaf. tapi tetep aja, aku jadi tambah kaget dia nyebut tentang sticky note. di sana kan ada ....

aku nggak tahu lagi. aku berdiri dengan cepet, lalu berniat lari ninggalin kak soobin.

"eh, ARIN!" kak soobin teriak, tapi aku nggak peduli. "AWAS, RIN!"

belum sampe sepuluh langkah lari, sebuah bola ngenai kepalaku keras banget. sakit. aku pusing, terus limbung.

dan pemandangan yang tampak selanjutnya adalah raut khawatir kak soobin sebelum akhirnya pengelihatanku gelap total. []

 []

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Limerence ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang