"ayo, ih!"
"NGGAK MAU!!" aku ngeratin cengkramanku pada selimut sambil berusaha melilitkannya ke tubuh.
"sekali-kali, kek. lo 'kan nggak pernah keluar!" itu seya. dia narik-narik tubuhku buat bangkit dari kasur. sesekali, dia bahkan gelitikin pinggangku.
sekuat tenaga aku berusaha nahan itu semua. "gue males, lo sendirian aja kenapa, sih?!"
"sebenernya gue udah ada temen sih, hehe."
"lah terus?!"
"uhm ... ini beda. pokoknya lo tetep harus temenin gue ke pasar malem, titik."
aku tetep bertahan di kasur, sementara seya malah duduk di sebelahku sambil terus nyerocos. "padahal gue udah jauh-jauh ke sini buat jemput lo, belom lagi bensin gue mau abis. padahal juga gue udah minta izin ke nyokap lo buat ngajak anaknya keluar, kalo nggak jadi 'kan guenya yang malu. gue juga—"
"hish, iya udah. gue mau ikut!" akhirnya aku ngalah. bukannya apa-apa, tapi lama-lama nggak tahan juga denger ocehan panjangnya itu.
***
tapi kayaknya sedari awal pilihanku emang salah. harusnya aku nggak ikut seya ke pasar malem dan tidur di rumah aja.
"kenapa lo nggak bilang kalo ke sini sama dia? dan juga, sejak kapan kalian pacaran, hah?!" aku bisikin seya dengan nada marah.
ya siapa yang nggak marah coba. pertama, aku nggak tau kalau seya pacaran. kedua dan yang lebih mengejutkan, aku nggak tau kalau pacar seya tuh kak yeonjun. KAK YEONJUN, WOI!!!
"hehehehehehehe." seya malah ketawa-ketiwi nggak jelas.
saat ini, kak yeonjun lagi sibuk nelponin temennya setelah beliin seya es krim. aku? jangan tanya. aku juga beli es krim, tapi pake uangku sendiri. hehehehehehehe (:
"sebenernya gue baru sebentar kok jadian sama kak yeonjun," kata seya kemudian. "lo tau 'kan, gue sama kak yeonjun seklub dance. awalnya, gue nggak sadar. kak yeonjun selalu beliin gue minuman setelah latihan dan ngajak gue ngobrol. gue pikir sikapnya cuma sebagai kakak kelas yang perhatian sama adek kelasnya. eh tapi tiga hari yang lalu, kak yeonjun tiba-tiba nembak gue di ruang latihan. gue seneng banget dong, karena waktu itu gue juga udah baper sama sikapnya."
aku cuma diem sambil pelan-pelan nyerna omongan seya. masih nggak habis pikir juga kenapa dua orang ini bisa jadian. maksudnya, aku bahkan nggak pernah lihat mereka berdua deket dan tau-tau jadian gitu aja!
"jangan marah, ya. gue niatnya emang mau ngasih tau lo kalo udah tepat waktunya." seya ngerangkul pundakku.
aku coba ngelepasin rangkulannya, malu dilihat orang. "gue enggak marah. tapi kenapa lo mesti ajak gue ke sini, sih? gue berasa jadi orang ketiga ini."
"hehehe. ada alesannya, kok."
nggak lama, kak yeonjun balik dari acara telepon-teleponannya itu. dia langsung aja senyum ke arah seya dan bahkan kayak nggak nganggap aku ada. dasar bucin!
"nungguin lama, ya?" tanyanya sambil ngusap belakang kepala.
heran kenapa dia bisa sekalem itu, padahal beberapa hari yang lalu juga dia masih teriak-teriakan nggak jelas sama kak soobin di koridor. gara-gara seya kali ya, makanya jadi kalem gitu.
"enggak kok, kak. hehe."
ini seya juga ikut-ikutan jadi kalem. hish.
"ngomong-ngomong, temen kak yeonjun jadi ikut ke sini, kan?" tanya seya lagi.
"iya, katanya udah mau berangkat tadi."
"oke, makasih kak."
aku sama sekali nggak ngerti apa yang mereka bicarain, dan aku berusaha bersikap bodo amat sambil ngehabisin es krim. tapi emang nggak bisa dihindari, dan bukan berarti aku nggak tahu kalau selama kita keliling pasar malem, kak yeonjun sama seya sedari tadi bercanda dan ngelakuin hal-hal kayak gandengan tangan, rangkulan bahu, dan sebagainya.
diem-diem aku pengen nangis dan pulang aja. udah berangkat dipaksa, eh sampe sini cuma jadi orang ketiga. sialan! []
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence ✔
Fanfiction[ft. Choi Soobin] ❝Kak, gimana sih caranya buat berhenti suka sama kamu?❞ ⚠️⚠️⚠️ -lowercase -nonbaku -short ff Published : -+ July 2019