Bab 01

4.6K 112 1
                                    

Fe kembali mendesah, entah kesialan apa yang ia dapat hari ini sampai harus berhadapan dengan jenis gadis di depannya itu.

sementara itu Key memasang wajah kesal yang dibuat-buat. Bibirnya manyun dan matanya menatap Fe jengkel. Ralat, menatap Fe kagum.

Fe memilih pergi, baru saja bertemu sepuluh menit yang lalu tapi gadis itu sudah membuat kepalanya pusing mendengar celotehannya.
Key melongo karna dia ditinggalkan begitu saja.

"Key!! Sini!" panggil Riska yang sudah memanggilnya dari tadi tapi tak digubris Key.

Key berjalan menghampiri para sahabatnya yang sudah duduk manis menunggu pesanan.

"Punya telinga lelet banget sih! " Riska mencebik kesal.

"Lo kenapa sama kak Fe? " tanya Wenda penasaran.

Key tersenyum malu, pipinya memerah. "Jadi nama panggilannya Fe." Key mengangguk-angguk. Senyuman di bibirnya tak sedikit pun luntur.

"Woi! Ditanya malah senyum-senyum lo!" tegur Dian sambil menepuk pundak Key.

"Iss, kepo deh. Kayaknya gue jatuh cinta deh sama kak Fe"

Mereka semua membelalakkan mata. Key? Jatuh cinta?

"Buset, lo jangan bercanda." ucap Dian tak percaya.

Key tersenyum manis kemudian meminum jus jeruk yang baru saja datang.

"Key, lo serius? " Riska bertanya.

Key mengangguk "Jadi lo lo semua jangan ada lagi yang fans gitu sama Kak Fe, ngerti? " Key mengangkat dagunya angkuh.
"terutama si Riska." lanjutnya.

Sejak pertama masuk sekolah ketiga orang itu memang sering membahas senior mereka yang ganteng, terutama Fe. Sedangkan Key hanya acuh tak tertarik.

Mulai SMP mereka sudah berteman akrab. Dan mulai mereka mengenal Key, gadis itu sama sekali tak pernah tertarik pada pria manapun. Sampai-sampai mereka men-cap Key si Lesbi kurang asupan, asupan cogan maksudnya.

"Se-merdeka lo aja deh Key, gue mah ngalah aja. Tau lo gak lesbi aja udah buat gue ngucap syukur"

Mendengar perkataan Riska, Key langsung menjitak kepala sahabatnya itu.
"Enak aja lo bilang gue lesbi" Ucap Key tak terima.

"Iyaloh Key, secara elo kan gak pernah suka gitu lihat cogan" tambah Dian.

"Betul, betul, betul. Riska setuju dan ikut bersuka cita atas lahirnya sahabat kita." kekeh Riska sambil menyendok cabe ke baksonya.

Key memutar bola matanya kesal, ketiga sahabatnya itu memang selalu mendesak Key buat jatuh cinta sama cowok. berbagai cara mereka lakukan. Mulai dari memperkenalkan cowok terganteng di SMP, anak band, ketua geng motor, sampai mang ojek yang cari penumpang.

Jika kalian berpikir mereka melakukannya karna peduli pada Key, maka kalian salah. Mereka melakukannya untuk jaga-jaga supaya Key tak menggebet salah satu dari mereka.

-

-

"Bang Dioooon.....!!" teriak Key kemudian masuk kedalam kamar tetangganya itu.

Dion sedang tidur dengan gaya tengkurap, mulutnya menganga.

"Bang Dion, bangun! " Key menarik tangan Dion berharap dia akan bangun.

"Apaan sih, nyam nyam enak mak. Tambah lagi bak-aaaa pusssss." Dion mengigau sambil mengunyah, setelah itu mengorok lagi. Mungkin dia sedang bermimpi makan baksonya mak Wati.

Key mendecak, dia harus mencari cara lain untuk membangunkan beruang di depannya ini. Dan melintaslah sebuah ide di kepalanya. Senyum jahil mulai menggiasi wajahnya.

Key naik ke ranjang Dion kemudian mendekatkan wajahnya. Dan

Haaaaaaaahhh

Key mengirimkan angin surga dari mulutnya. Untung saja dia baru makan jengkol jadi nafasnya pasti bau.

Benar saja, kening Dion mengerut merasa tidurnya terganggu. Key terus melancarkan aksinya.

Setelah beberapa kali mengirim angin surganya, akhirnya Dion membuka mata.

"Anjiirrrrr!!! Jengkoool!!! " umpat Dion setelah melihat mulut Key yang terbuka tepat di depan matanya.

Key tertawa terpingkal-pingkal, sedangkan Dion mengusap wajahnya jijik.
"Keyra!!!! " murka Dion, tetangganya itu memang selalu berbuat jahil mulai dari zigot.

"Makanya kalo tidur itu jangan kayak mayat, salah sendiri kan? " celetoh Key dengan tangan masih memegang perut.

Dion hanya mendecih kesal kemudian menghapus air liur yang entah sejak kapan sudah mengalir dari mulutnya.

"Iss, jorok. Udah gede masih ngences." ejek Key dengan ekspresi jijik.

"Daripada elo ngompol." balas Dion tak mau kalah.

"Enak aja bilang gue ngompol, buktinya mana? "

Dion memilih diam, jika dia terus membalas pada akhirnya dia juga yang akan kalah.

"Mau ngapain lo? " tanya Dion setelah sadar kenapa Key ada di kamarnya.

Key tersenyum ada maksud kemudian duduk di depan Dion.
"Bang Dion"

"Apa? " ketus Dion.

"Jangan marah-marah dong." rayu Key.

Ni anak pasti ada maunya- batin Dion.

"Jadi gini" Key menggaruk tengkuknya "Kasih nomor WA nya kak Ferian dong." pinta Key sambil tersenyum manis, sangat manis.

Dion membelalakkan matanya.
"Mau ngapain? "

"Em itu, ya itu"

"Itu apaan?" tanya Dion, sebenarnya ia agak risih melihat Key yang tiba-tiba sok manis.
"jangan bilang lo suka sama Fe"

"Hehe, itu abang tau"

Dion terkejut bukan main, ternyata Key juga tertarik pada cowok.
"Lo suka sama Fe? Gak salah? Dia kan cowok."

Key mengerucutkan bibirnya.
"Ya iyalah, Key masih normal. "

"Adek serius? " tanya Dion lagi.

Key mengangguk mantap "Makanya abang kasihin sama adek nomornya kak Fe." rayu Key dengan puppy eyesnya.

"Gak." singkat, tapi langsung membuat Key cemberut.

"Kenapa? " tanya Key kesal.

"Kalo abang bilang gak boleh ya gak boleh."

Key berdiri di atas ranjang dengan muka kesal.
"Kasih gak? " ancam Key.

"Tetap TIDAK" Dion menekan kata tidak pada kalimatnya.

"Ya udah, Key masih bisa minta sama yang lain kok, blueeeee." ucap Key menjulurkan lidahnya.

Dion hanya mengedikkan bahu.

"Dasar alien Jelek!!" ejek Keyra kemudian menendang pinggang Dion dan berlari meninggalkan Dion yang meringis.

"KEYRA...!!! Tetangga terkutukkkkk!!!"

Feelings (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang