"Keren gila! Itu bener-bener manusia ya?" Riska berdecak kagum saat melihat para anggota basket yang tengah bermain di tengah lapangan.
Yang membuatnya paling terkagum adalah saat ia melihat Rio dengan bentuk tubuh proporsionalnya, pria itu terlihat sempurna."Mata lo itu gak tahan banget liat cogan." Dian geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu.
"Tumben lo diem Key, biasanya elo tuh yang paling heboh." Ucap Dian saat menyadari Key yang tak seperti biasanya. Memang mulai dari pagi Gadis itu sedikit pendiam, lebih sering melamun dengan tatapan kosong.Tentu saja Dian mengetahui apa yang terjadi pada Key saat di lapangan semalam. Tapi mengingat Key yang keras kepala tak mungkin Key terpengaruh meski mendapat perkataan menohok seperti itu.
Kembali kepada Key yang hanya tersenyum tipis menanggapi Dian. Ia kembali menatap tengah lapangan dengan tatapan kosong, perkataan Wenda membuatnya tak banyak bicara. Ia ingin mencari tau lebih apa maksud Wenda, tapi ia masih ingin memantapkan hati.
Sementara di sisi lain Fe yang sedang berada di lapangan menatap Key. Tingkah gadis itu yang tidak seperti biasanya menarik perhatiannya. Ia melihat Key, gadis itu terlalu banyak melamun.
Fe memilih acuh kemudian berbalik kembali pada permainannya sampai tiba-tiba sesuatu menarik perhatiannya.
"Awas Key!!"
Brukkkkk
Fe kembali membalikkan badannya, di kejauhan ia melihat Key sudah ambruk di pangkuan Dian. Sejurus kemudian Fe berlari menghampiri Key, ia mendorong semua orang yang berada di depannya.
"Key!"
Dengan sigap Fe membopong tubuh Key meninggalkan lapangan, tapi tiba-tiba ia dihentikan Ryan di pinggir lapangan.
"Serahin Key sama gue!" Ryan mencoba untuk merebut Key dari Fe tapi pria itu tak memperindah kata-katanya.
"Bacot!"
Tanpa mempedulikan Ryan lagi Fe berlari menuju UKS, kemudian membaringkan tubuh Key diatas ranjang. Ia membersihkan hidung Fe yang berdarah karna terkena lemparan bola.
Fe menggeram, ia tak akan melepaskan siapapun yang melempar bola itu meski tak sengaja.******
"Gue yang jagain Key." Ryan menyibak tirai lebar-lebar mempersilahkan Fe pergi.
"Key tanggung jawab gue." Tekan Fe tak mau mengalah.
Ryan mendecih, "Sejak kapan Key jadi tanggung jawab lo?"
"Bukan urusan lo." Jawab Fe datar.
"Jangan sok jadi pelindung Key kalo elo buat dia sedih terus."
Fe hanya diam tak menimpali karna apa yang dikatakan Ryan memang benar adanya.
"Mending lo cabut aja deh urusin cewek lo yang di cafe itu."
"Engghhh..., Kak Ryan ribut banget sih!" Key membuka matanya, suara Ryan membuatnya terusik.
"Bikin hidup gue tenang dikit aja kek."Samar-samar Key melihat dua pria berdiri di depannya, setelah matanya dapat menyesuaikan diri dengan cahaya. Wajah pertama yang dilihatnya adalah Fe.
"Kak Fe?"
Key sedikit terperanjat saat melihat Fe di depannya. Ia kemudian bangun mencoba untuk duduk, tapi tiba-tiba Fe membantunya. Tentu saja hal itu membuat jantung Key berasa lari maraton.
Setelah mendapatkan posisi yang nyaman, ia kembali menatap kedua pria di depannya. Aura di sekitarnya terasa tak enak kala melihat keduanya saling menatap mengibarkan bendera perang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings (End)
Teen FictionKey tak pernah jatuh cinta sebelumnya. Jadi, saat ia jatuh cinta untuk pertama kalinya, semua usaha ia lakukan untuk mendapatkan pria yang membuatnya jatuh cinta itu. Tapi, semua tak semulus yang ia kira.