Bab 18

1.7K 54 0
                                    

"Bareng gue aja."

Key menatap Fe disampingnya, "Kakak tadi ngomong?"

Fe beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Ia terhenti saat merasa Key tak beranjak dari duduknya. "Jadi pergi gak?"

Key mengangguk kemudian tersenyum sangat lebar dan berlari ke arah Fe, ia memeluk lengan pria itu. "Ayo kak!"

Key mencoba berjalan tapi ia menatap Fe bingung saat pria itu tak bergerak dari tempatnya berdiri. "Kenapa Kak?"

Fe melirik tangannya mengisyaratkan Key untuk segera meyingkirkan tangannya. 

Dengan terpaksa Key menurunkan tangannya dan berjalan mengekori Fe dari belakang. "Key gak boleh pegang-pegang Kakak ya?" Tanya Key sendu, ekspresinya tak sebahagia sebelumnya.

Fe menatap Key yang menunduk kemudian mengacak pucuk kepala gadis itu. "Bocah!" UcapFe kemudian menyalakan mesin motornya.

Key mendongak saat merasa Fe menyentuh kepalanya. Ia mengulum senyum dan memegang kepalanya sendiri.

*****

Setelah beberapa menit menaiki motor, akhirnya mereka sampai di depan sebuah toko buku. Key melangkah duluan dengan Fe di belakangnya.

Ia mengamati setiap rak buku.

"Mau cari buku apa?"

Key memutar kepalanya, "Mau cari komik Kak." Key kembali berjalan menyusuri rak demi rak.

"Gue tunggu disini." Ujar Fe menunjuk meja yang disediakan untuk membaca.

Key mengangguk, "Jangan kabur ya Kak."

Key kembali mencari komik yang ia inginkan. Ia kembali senyum sendiri mengingat bagaimana Fe mau untuk mengantarnya. Ini seperti mimpi, bagaimana mungkin Fe yang dingin dengan suka rela mau menemaninya.

Apa mungkin Kak Fe udah suka sama gue? - batin Key kemudian menutup wajahnya yang memerah dengan sebuah buku komik di tangannya.

Ia mulai berasumsi mungkin untuk waktu dekat Fe akan menembaknya dan mereka akan pacaran. Fe memekik dan menghentakkan kakinya saking bahagianya.

Saat sedang asyik menghayal, ia disadarkan dengan getaran ponsel di sskunya. Ia kemudian menjawabnya masih tersenyum dan tanpa melihat siapa yang menghubunginya.

"Halo." Suara Key sangat mengisyaratkan kebahagiaan.

"Lo dimana sekarang?" Suara di sebrang sana membuat senyum Key luntur.

"Lo sama siapa?"

"sama Kak Fe?"

Key mengepal tangannya, "Iya, kenapa lo tau?" Iya, biarlah ia membuat Wenda saat ini marah. Key sudah tak peduli lagi.

Key dapat mendengar suara helaan kasar di sebrang sana.
"Lo gak ngerti omongan gue? Jauhin Kak Fe!"

Key semakin mengepalkan tangannya, "Gue pikir bakal jauhin Kak Fe kalo elo ngasih alasan yang dapat gue terima. Tapi setelah gue pikir lo itu kelewatan. Gue gak peduli sama peringatan lo! Dan gue gak bakal turutin omongan lo sampai kapanpun!!" Key menarik nafas mencoba meredam emosinya.

"Lo bakal nyesel!"

Wenda mengakhiri panggilannya setelah mengatakan itu. Key mencoba menarik nafas kemudian menghembuskannya. Ia kembali mencari komik yang menjadi tujuannya saat ini.

Setelah beberapa lama akhirnya Key menemukan komik itu. Ia kemudian menuju tempat Fe sebelumnya. Tapi langkahnya terhenti saat melihat Fe sedang mengobrol dengan seorang gadis. Key menajamkan penglihatannya, itu adalah gadis yang sebelumnya bersama Fe di Kafe.

Tanpa menunggu lama Key langsung mendekati keduanya dan duduk di samping Fe. Ia kemudian memeluk tangan Fe dan merebahkan kepalanya di bahu Fe dan melihat reaksi gadis itu.

Fe tersentak dengan Key yang tiba-tiba saja memeluk lengannya. Ia menarik tangannya dan menyingkirkan Key membuat gadis itu cemberut. "Apaan lo!" Bentak Fe, kasar.

Key sedikit terkejut melihat Fe membentaknya, tapi ia tak peduli. Pembicaraannya dengan Wenda membuat Key tak peduli dengan resiko apa yang akan Fe perbuat padanya. Lagi pula ia sudah sering melakukannya pada Fe.

Key kembali menarik tangan Fe dan memeluknya, "Key kan cuma peluk Kakak, emangnya salah?"

Fe melepaskan Key dari tangannya kasar, "Lo gila?!!" Bentak Fe lagi.

"Kakak datangnya sama Key, tapi kenapa Kakak ngomongnya sama dia?" Key menunjuk gadis di depan Fe.

"Lo gak berhak ngatur gue," Fe berucap menahan emosi. Ia menatap Key tajam, "Dan elo gak pernah gue kasih izin buat nyentuh gue!" Ucap Fe penuh penekanan.

Fe beranjak dari kursinya dan pergi dari sana membawa gadis yang mengobrol dengannya.

Key terdiam, ia memang bodoh. Hanya karna rasa kesalnya pada Wenda ia menjadi tak tahu diri dan berakhir menyedihkan. Tapi lebih dari itu, melihat Fe mengobrol dengan gadis yang bersamanya di Kafe membuat Key semakin kesal.

Key merasakan pandangannya mengabur, tetes demi tetesan air mata lolos. Bentakan Fe membuatnya takut. Dan perkataan  Fe membuat dadanya terasa sesak.

Key menenggelamkan kepalanya di antara kedua tangannya di atas meja. Ia menangis terisak, membuat orang-orang di sekitar melihatnya penuh tanda tanya.

*****

"Tumben pulang cepat Key."

Key berjalan menuju Mama dan menyalim tangannya. Tanpa berkata apa-apa lagi ia berjalan menaiki tangga dengan lesu membuat Mamanya menyerngit.

Sesampainya di kamar Key melempar tasnya ke sembarang arah.

"Kak Fe jahat!" Ucapnya kemudian menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang dengan gaya telungkup. Ia kembali menangis di atas bantal.

Gelagat Fe tak seperti biasanya meski Key mengganggunya. Apalagi sebelumnya pria itu juga masih mengacak rambutnya sebelum mereka berangkat. Reaksi Fe juga tak seperti waktu Key memeluk tangannya di rumah Dion.

Ia kasar saat gadis itu ada. Fe juga terlihat takut jika gadis itu salah paham. Air mata Key semakin deras, baru kali ini ia dibentak seperti itu oleh pria.

*****

"Lo beneran gak papa Key? Mata lo udah sebesar jengkol." Dian menunjuk mata Fe yang memang membengkak saat mereka kembali dari WC.

"Gue gak papa." Ucap Key.

Ia mengusap pipinya karna ada sisa air saat ia membasuh muka. Sampai perkataan Wenda membuatnya berhenti melangkah.

"Itu Kak Fe!"

Di depan mereka Fe sedang berjalan. Kedua tangannya tenggelam di saku celana.

Tatapan mereka berdua beradu, sampai Key segera mengalihkan tatapannya dan kembali berjalan. Kali ini tanpa menyapa maupun menatap Fe.

Ia lewat begitu saja seolah Fe tak ada disana. Hatinya masih sakit jika mengingat perkataan menohok pria itu.

Di sisi lain Fe berhenti melangkah dan menatap punggung Key yang mulai menjauh. Ada kekhawatiran padanya saat melihat tatapan sendu dan mata sembab Key.

Apa dia menangis?- batin Fe.

~~~~~

Kuy mampir ke cerita baru Author

JENNY

Jan lupa mampir ya...😇😇

Love you readers... 💕💕💕

Feelings (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang