Key tak tahu ia dibawa kemana. Ia hanya menenggelamkan wajahnya di dada Fe dengan air mata yang masih mengalir deras. Tangannya mencengkram kuat jas yang dipakai Fe.
"Kenapa baru... Sekarang." Lirih Key dengan suara serak.
Fe mengelus rambut Key sambil sesekali mencium pucuk kepalanya. Mata pria itu mengarah keluar jendela mobil, "kejutan?" ucapnya lebih mirip pertanyaan.
Key meluruskan tubuhnya hingga pelukan mereka terurai. Menatap Fe dengan sorot sendu, "aku udah nunggu lama. Aku pikir kamu gak bakal datang lagi."
Kemudian hening, Key dapat melihat Fe menatapnya dalam kemudian tersenyum lembut. Tangan pria itu terangkat membingkai wajahnya dan mensejajarkan wajah mereka berdua.
"Aku sibuk."
"Sesibuk apa sampai ngabarin sekali aja gak sempat?" seloroh Key cepat.
Lagi-lagi Fe tersenyum. "Maaf,"
Key menepis tangan Fe dari wajahnya, menjauhkan tubuh dan menatap Fe kecewa. Air matanya semakin deras.
"Kakak tau ini udah berapa tahun?" tanya Key menahan isak.
"Key." Fe berusaha meraih tubuh gadisnya, tapi dengan cepat Key menghindar.
"Aku... Aku nunggu..., bayangin, aku nunggu sampe bertahun-tahun. Temen aku semua bilang kalau aku tuh bodoh karna nunggu yang gak pasti." Sambil mengusap air matanya Key meraup udara dari mulutnya kasar. "Tapi aku gak peduli, aku tetep nunggu. Bodoh kan?"
Fe menggeleng, kemudian memegang pipi Key dengan kedua tangannya. "Enggak, kamu gak bodoh. Buktinya penantian kamu gak sia-sia. Aku, orang yang kamu tunggu juga gak pernah lupa meski sedetik pun itu."
"Tapi...tapi kenapa gak pernah ngabarin aku?" cicit Key. "Gimana kalo aku suka sama cowok lain?"
"Buktinya kamu gak pernah kan?" Fe mengusap lembut pipi Key yang memerah.
"Gak ngabarin belum tentu aku gak tahu semua tentang kamu Key. Selama ini aku selalu mantau kamu, bahkan saat kamu nangis aku tahu." Fe menatap lembut Key yang membulatkan mata karna ucapannya.
"Maksudnya?"
Hanya senyuman yang Fe berikan sebagai jawaban. Dahi Key mengerut dengan alis menaut, menunggu penjelasan Fe.
"I love you, I miss you, " bisik Fe di telinga Key.
Rona di pipi Key bersemu, kedua sudut bibirnya tertarik.
Iya, semudah itu mengalihkan perhatian Key.
"I miss you... More," bisik Key kemudian. Fe terkekeh kecil dan kembali memeluk gadis yang paling dirindukannya itu.
"Makasih, makasih udah setia selama ini," ucap Fe.
_
_
"Ini..."
"Kenapa?" tanya Fe melihat Key yang terlihat bingung.
Key membalikkan badannya berhadapan langsung dengan Fe. "Ini apa?"
Fe mengedikkan bahu. "Menurut kamu?"
Kembali membalikkan badan, Key disuguhkan dengan pemandangan rooftop yang berhadapan langsung dengan laut di depannya. Angin yang berhembus kuat membuat rambut Key menari-nari.
Tapi bukan itu yang mencuri perhatian Key, melainkan sebuah meja lengkap dengan dua kursi yang berhadapan. Di atas meja itu tersaji makanan, lengkap dengan bunga mawar merah yang diletakkan di tengah-tengah meja.Ini..., seperti makan malam romantis. Lampu-lampu yang menyala di tepi pantai sana menambah kesan romantis yang membuat Key tak dapat menyembunyikan senyum lebarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings (End)
Teen FictionKey tak pernah jatuh cinta sebelumnya. Jadi, saat ia jatuh cinta untuk pertama kalinya, semua usaha ia lakukan untuk mendapatkan pria yang membuatnya jatuh cinta itu. Tapi, semua tak semulus yang ia kira.