"Mau sampai kapan sih lo kayak gini Wen?"
Wenda melirik pria di sampingnya dengan malas. Kemudian ia meneguk minuman keras di tangannya dalam satu tegukan.
Pria itu mendesah, ia merebut gelas kecil dari tangan Wenda. Mengisinya dan meminumnya dengan kasar.
Wenda berdecih, "Lo kebiasaan banget ambil minuman gue."
"Jadi, apa lagi sekarang?"
Satu sudut bibir Wenda terangkat. "Kak Fe udah balikan sama Key." Desisnya.
"Lalu?" Tanya pria itu.
"Lalu?" Wenda terlihat berpikir. "Gak bakal gue biarin."
"Kali ini lo mau apa? Dulu lo gunain narkoba untuk jauhin Fe dari Stella. Lalu sekarang lo mau berbuat apa lagi?"
"Rahasia." Ucap Wenda, senyum miring tercetak di bibirnya.
"Lo gak kapok?" Tanya pria itu.
"Buat apa?"
Pria itu mendesah, ia mengacak rambutnya frustasi. "Lo temen gue Wen. Gue gak mau lo berbuat nekat lagi."
"Raga...," Wenda meraih tangan Raga. Ia mengenggamnya erat. "Lo bakal bantuin gue lagi kan? Bukannya lo udah buat Kak Fe berkegantungan dengan obat-obatan? Kali ini lo juga bakal bantuin gue kan?"
Raga bangkit dari duduknya, ia menatap Wenda dengan sorot emosi. "Jangan gunain gue lagi, lo sendiri yang buat gue gak berdaya dan akhirnya mengikuti rencana lo itu."
"Jangan seperti ini Ga..., lo harus bantuin gue. Lo juga udah merebut mahkota Stella. Kali ini lo juga mesti bantuin gue."
Pranggg.....
Raga menyapu seluruh isi meja Bar itu dengan tangannya. Hal itu sontak mencuri perhatian seluruh penghuni Bar.
"SUDAH GUE BILANG JANGAN UNGKIT ITU LAGI!!" Raung Raga tepat di depan Wenda. Dadanya naik turun seiring dengan nafasnya yang memburu. Kedua tangannya terkepal di sisi badannya.
"Terserah kali ini lo mau berbuat apa. Gue gak bakal peduli, jangan libatin gue lagi." Ucap Raga penuh penekanan kemudian pergi meninggalkan Club itu dengan langkah lebar meninggalkan Wenda yang masih syok di tempatnya.
Wenda mengepalkan tangan setelah tersadar dari keterkejutannya. Ia kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan sempoyongan menuju pintu keluar. Beberapa kali ia menabrak orang dan mengumpat bahkan memaki orang itu.
"Wah..., senang banget ketemu lagi sama kamu."
Wenda mengangkat kepalanya mendengar seruan yang sarat dengan nada senang yang dibuat-buat itu. Ia mendapati seorang gadis berambut sebahu menatap sinis padanya.
"Lo..."
Stella tersenyum miring kemudian bersedekap. Ia mengangkat dagunya angkuh dan memperhatikan Wenda dari bawah sampai atas.
"Ck ck ck." Stella berdecak sambil mengelengkan kepalanya. "Lo hancur banget." Kemudian ia tertawa sinis.
"Nyatanya ngancurin hidup orang gak membuat elo lebih baik." Lanjut Stella, matanya menatap Wenda rendah.
"Setidaknya orang yang gue hancurin hidupnya gak juga lebih baik." Sindir Wenda membuat Stella mengepal tangannya. Wenda mendorong bahu Stella setelahnya benar-benar keluar dari Club itu dengan kepala pening.
-
-
Sudah satu minggu lamanya sejak Key sakit. Sekarang ia sudah lebih sehat dan senyuman tak pernah luntur dari bibirnya. Apalagi saat mengingat bagaimana manisnya sikap Fe padanya. Walaupun sempat terjadi perdebatan memang. Tapi itu tak menjadi alasan setidaknya untuk menghilangkan rasa bahagia di hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings (End)
Teen FictionKey tak pernah jatuh cinta sebelumnya. Jadi, saat ia jatuh cinta untuk pertama kalinya, semua usaha ia lakukan untuk mendapatkan pria yang membuatnya jatuh cinta itu. Tapi, semua tak semulus yang ia kira.