Bab 05

2.1K 77 4
                                    

Key diam tidak seperti biasanya, tatapan Fe yang tajam sebelumnya membuat nyalinya menciut. Ia memperhatikan wajah Fe dari kaca spion.

Ganteng

Tanpa sadar ia senyum-senyum sendiri, membayangkan Fe menjadi kekasihnya saja sudah membuatnya merasa melayang.

Setelah beberapa lama, Fe menghentikan motornya di pinggir jalan. key menyerngit, kenapa Fe menghentikan motornya.

"Turun!"

"Kok turun Kak?" tanya Key masih belum bergerak.
"Rumah Key kan masih jauh."

"Gue bilang turun!!" ulang Fe, kali ini lebih tajam.

Key menurut, ia turun dari motor Fe kemudian merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena sapuan angin.

"Kenapa Ka-"

Key membelalakkan matanya, tanpa mengatakan apapun Fe meninggalkannya sendiri di pinggir jalan.

"Gu-gue ditinggal?"

"Aaaahhh...!!!"

"Apa-apaan si es batu!!"

"KAK FE!! KENAPA KEY DITINGGAL?"

"ES BATU!! ES SERUT!! ES KRIM!!"

Key berteriak seperti orang gila. Ia menghentakkan kaki dan mengacak rambutnya. Fe memang pria berhati dingin,bagaimana mungkin ia meninggalkan seorang gadis di pinggir jalan.

Setelah puas menyumpahi Fe, Key mengedarkan pandangannya mencoba mengenali tempatnya sekarang. Setelah lama memperhatikan, Key berjongkok. Ia sungguh tidak mengenali tempat itu.

Merogoh saku, ia mengeluarkan ponselnya bermaksud untuk menelpon Dion agar menjemputnya. Tapi sungguh malang, ponselnya langsung saja mati saat baru dinyalakan.

"Aaahhhh...!!"

Key mengacak rambutnya seperti orang gila. Beberapa orang yang berjalan menatap aneh padanya.

"Key?"

Key mendongakkan kepalanya, di depannya berdiri seorang pria berjaket.

"Jadi bener lo? Ngapain disini?"

"Kak Ryan."

"Gue pikir tadi orang gila, rupanya bener." Ucap Ryan terkekeh.

Key mengerucutkan bibir, "Key waras kok Kak."

"Oke deh, ngapain disini?"

Key menggigit bibirnya, bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin ia mengatakan bahwa ia ditelantarkan Fe di jalan, yang ada Ryan akan menertawakannya.

"Itu tadi ngejar kucing." ucap Key cengengesan.

Sungguh jawaban yang tidak masuk akal.

Ryan menautkan alis, tentu saja ia bingung dengan jawaban Key.
Ahh ia ingat, otak Key memang geser.

Ryan manggut-anggut, "Dari sekolah?"

"Itu...," Key mencoba mencari alasan tepat.

"Ayo gue anterin, daritadi gue liat lo kayak emak-emak stress aja disini." Ryan mendahului Key yang mengekorinya dari belakang.

Ryan adalah Kakak kelas Key sejak SMP, mereka sudah akrab mulai itu juga. Ryan juga sangat suka mengolok-oloknya seperti Dion. Ia juga satu sekolah dengan Key sekarang.

"Lo mau makan apa?" tanya Ryan saat mereka sudah dalam perjalanan menaiki motor Ryan.

"Apa aja, asal gak makan hati!" Key setengah berteriak, tapi tetap ada nada kecewa.

Feelings (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang