Key menatap tangan Fe yang menggenggam tangannya kemudian berpindah pada punggung pria itu. Dadanya yang sebelumnya terasa sesak sekarang terasa hangat. Seolah hangatnya genggaman Fe menjalar ke seluruh tubuhnya.
Meski tak tersenyum, dalam hati Key merasa bahagia dan juga tak percaya melihat perlakuan Fe. Tapi semuanya buyar saat Fe berhenti di ambang pintu kelas. Semua pandangan orang teralih pada mereka berdua, tak terkecuali Wenda.
Fe melepaskan tangannya membuat ia menatap pria itu. Key terbeliak, jantungnya lagi-lagi berdebar kencang saat pria di depannya itu mengulas senyum kepadanya. Senyuman yang sama sekali tak pernah ditujukan Fe pada siapapun. Kemudian Fe pergi meninggalkan Key yang terdiam di tempatnya saat tiba-tiba ia merasa tangannya ditarik kedalam.
"Gila! Lo? Lo beneran udah jadian sama Kak Fe?" Riska berujar heboh dengan mata yang siap melompat dari tempatnya.
"Gue gak nyangka cewek geser kayak elo bisa buat Fe, waaahhh.""Bener Key?" Dian memajukan wajahnya.
Key tersenyum tipis sebelum akhirnya ia melirik Wenda sekilas, "Nggak kok." Ucap Key menggeleng.
Riska dan Wenda terlihat kecewa mendengarnya. Berbeda dengan Wenda, gadis itu terlihat lega.
"Kak Fe gak seru ah, padahal semua orang udah gosipin kalian pacaran." Riska menghela nafas.
"Iya loh, si Vera itu aja udah kayak tomat aja mukanya pas liat elo digendong Fe." Dian tersenyum kemenangan, melihat wajah kesal Vera sungguh mempunyai poin tersendiri.
"Siap-siap aja sampe Vera labrak lo lagi Key." Kali ini Wenda yang bersuara membuat Riska dan Dian memutar bola mata malas. Sedangkan Key hanya diam menunggu perkataan Wenda selanjutnya. "Lo gak sekuat itu Key, gue takut elo nanti di apa-apain sama Vera."
Cara bicara Wenda berbeda dengan sebelumnya, meski tak selembut dulu. Key sungguh tak mengerti dengan apa mau sahabatnya sejak SMP itu.
"Elah, gitu aja ribet amat sih lo Wen. Kan ada kita, ya kan?" Riska mengangkat kedua alisnya.
Perkataan Wenda selanjutnya sungguh membuat semua orang tersentak.
"Gue cuma gak mau aja ambil resiko kalo misalnya nanti kita kena masalah karna belain Key." Ucap Wenda tersenyum."Kalo emang lo gak mau ambil resiko jauh-jauh aja dari kita. Beres kan?" Serang Dian mendapat cubitan dari Key di lengannya.
"Apa sih Key? Gue bener kan?""Elo kok ngomong gitu Wen?" Riska menautkan alisnya meminta penjelasan.
"Gu-" Belum sempat bicara, perkataan Wenda dipotong Key.
"Mungkin maksud Wenda dia gak mau kalo kita dapat masalah."
Dian mendengus kesal kemudian berdiri dari bangkunya dan pergi dari sana setelah sebelumnya memberi tatapan peringatan pada Wenda. Ia disusul oleh Riska.
Sekarang hanya tinggal mereka berdua saling berhadapan. Beberapa orang di kelas berlarian seperti anak SD tak tau jika ada suasana mencekam di pinggir sana.
"Kalo elo benci sama gue gak perlu tunjukin sama Riska dan Wenda." Key menggigit bibir dalamnya. "Cukup gue yang tau sikap asli lo itu."
"Gak usah sok belain gue," Wenda merogoh sakunya kemudian mengeluarkan ponselnya.
"Lo di ingetin budeg banget."Key mengepal tangannya, "Mau lo sebenarnya apa?"
"Gue mau lo berhenti deketin Kak Fe." ujar Wenda penuh penekanan pada setiap kata yang dilontarkannya kemudian kembali berkutat pada benda pipih putih di tangannya.
"Alasan lo apa nyuruh gue?"
Wenda mengangkat bahunya acuh kemudian berdiri dan berhenti tepat di samping Key.
"Kalo gue bilang suka sama Kak Fe lo mau jauhin dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings (End)
Teen FictionKey tak pernah jatuh cinta sebelumnya. Jadi, saat ia jatuh cinta untuk pertama kalinya, semua usaha ia lakukan untuk mendapatkan pria yang membuatnya jatuh cinta itu. Tapi, semua tak semulus yang ia kira.