Suasana Caffe Rose yang akhir-akhir ini menarik perhatian para remaja sekarang sepi tak seramai biasanya. Cuaca yang mendung membuat Caffe itu terasa hangat. Beberapa pelayan terlihat sedang membersihkan beberapa meja yang sebelumnya di tempati pelanggan.
Seorang gadis yang duduk di salah satu meja yang berhadapan langsung dengan jalan raya terlihat merunduk. Ia juga sesekali mengusap pipinya yang sudah basah. Isakan gadis itu terdengar samar hingga hanya dia yang mendengar. Satu-satunya yang menandakan gadis itu sedang menangis adalah bahunya yang bergetar.
Rintik demi rintik hujan membuat gadis itu mendongak melihat diluar sudah mulai gerimis dan tak lama menjadi deras. Ia menatap kosong keluar dengan air mata yang masih setia mengaliri pipinya.
Key kembali mengusap pipinya dengan punggung tangannya. Ia menutup wajah dengan kedua telapak tangan.
Sakit.
Satu kata yang mewakili hatinya. Semuanya hancur. Kepercayaan yang selama ini ia berikan pada Fe nyatanya tak berarti untuk pria itu.
Fe tak pernah mencintainya, Fe hanya kasihan padanya. Sedari awal Fe hanya mencintai Wenda. Entah kenapa hal itu tersirat dalam benak Key. Sakit hatinya karna Fe membuatnya mulai menyangkal rasa cinta pria itu padanya.
Sesak kembali menggerogoti dada Key. Semua ini salah, harusnya kisahnya dengan Fe tak pernah terjadi dari awal. Key merasa hina dengan dirinya dulu, saat ia dengan tak tau malunya mengemis perhatian pria itu.
Gadis bersurai sepunggung itu menegakkan badannya. Matanya menatap datar ke depan. Air matanya tak lagi mengalir.
Ini adalah akhir kisah mereka.
Perlahan Key melepaskan gelang pemberian Fe dan meletakkannya di meja. Gadis itu mengambil tasnya dan beranjak setelah sebelumnya menatap gelang itu lama.
Tanpa ia sadari seseorang menatap gelang itu penuh arti dan memasukkannya dalam saku.
-
-
Suara bisik-bisik di sekitarnya tak membuat Key peduli. Kakinya terus melangkah menuju kelasnya dan mengabaikan tatapan iba orang-orang padanya. Ia tak suka dipandang seperti itu. Tapi untuk kali ini ia tak peduli. Tentu saja, karena sekarang ia terlihat mayat hidup dengan tatapan kosong.
Gadis itu memasuki kelasnya. Suasana yang sebelumnya riuh mendadak menjadi hening karna kedatangannya.
Sekali lagi, Key tak peduli. Ia berjalan menuju bangkunya dan duduk disana.
Beberapa orang curi pandang padanya. Tapi tak lama kembali ke aktivitas mereka. Kelasnya kembali riuh.
Key memasukkan tasnya ke dalam laci dan mengeluarkan ponselnya.
Hening.
Semua orang di kelas itu kembali terdiam. Tanpa melihat Key sudah tahu siapa yang datang. Ia tak peduli, gadis itu memilih sibuk dengan ponselnya sebelum mendengar suara umpatan dari depan.
"Brengsek!! Maksud lo apa hah?!"
Key mendongak, ia membelalakkan matanya melihat Dian yang menyorot penuh amarah pada dua orang di depannya. Wenda dan... Fe.
Key mengepalkan tangannya.
Brengsek!!
Setelah membuatnya hancur sekarang pria itu malah dengan merasa tak bersalahnya mengantar Wenda ke kelasnya. Dengan kaki yang terasa lemas Key berdiri dan berjalan menuju ketiga orang itu. Hal itu tak luput dari pandangan seluruh penghuni kelas. Mereka semua menatap Key penuh iba.
"Lo berdua cocok." Ucap Key lirih, nyaris tak terdengar. Ia menatap Wenda dan Fe bergantian.
"Key." Dian menggenggam tangan Key yang terasa dingin. Key membalasnya dengan erat, seolah tangan Dian dapat memperkuatnya.
"Sejak awal harusnya gue gak ada di antar kalian."
Fe tak bergeming di tempatnya, menatap Key nyalang.
"Gue nyerah," Key menatap Wenda. "Lo bener, Kak Fe cuma butuh elo."
Wenda menyinggungkan senyum kemenangan. "Gue tau tanpa harus lo ingetin."
"Sial!" Umpat Dian menatap Wenda geram. Gadis itu maju satu langkah bermaksud menghajar Wenda tapi Key memegang bahunya. Key menatap Dian memohon agar diam di tempatnya.
"Biarin gue selesaikan bagian gue Yan." Ucap Key sambil tersenyum samar. Tatapannya teralih pada Fe. Key membalas tatapan Fe datar.
"Maaf, dan.... Makasih."
"Makasih untuk semua waktu yang udah kita lewati bersama."
"Dan maaf, karna mulai saat ini Key benci Kakak."
Pertahanan Key hancur, air matanya luruh dengan pandangan lurus pada Fe. Tatapannya mengisyaratkan kekecewaan yang dalam.
Fe memejamkan matanya sesaat dengan tangan terkepal. Keyra-nya terluka, gadisnya kecewa. Semua salahnya, menjerat Key masuk dalam hidupnya. Membuat Key merasakan sakit olehnya.
Dan sekarang semuanya selesai, mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings (End)
Teen FictionKey tak pernah jatuh cinta sebelumnya. Jadi, saat ia jatuh cinta untuk pertama kalinya, semua usaha ia lakukan untuk mendapatkan pria yang membuatnya jatuh cinta itu. Tapi, semua tak semulus yang ia kira.