Bab 07

2K 62 0
                                    

Fe menaikkan sebelah alisnya. Menurut apa yang baru saja ia tangkap, Ryan adalah pacar gadis di depannya itu.

"Kak." Key semakin memajukan coklat di tangannya melihat Fe yang masih saja diam dengan tatapan datar.

"Gak!" tolak Fe mentah-mentah membuat Key memudarkan senyumnya.

"Coklatnya enak kok Kak, Key udah mesan khusus buat Kakak. Gak mudah loh Kak dapetinnya, Key mesti adu mulut dulu sama anak SMP." Bujuk Key.

Lagi-lagi Fe mengedikkan bahu tak peduli.

"Bangsat lo! Setidaknya hargai Key yang udah ngasih coklat buat lo!" Ryan tak lagi dapat menahan kekesalannya.

"Kalo mau ambil aja." Ujar Fe dengan nada datar.

"Tapi dia ngasih buat lo! Gak usah jual mahal deh lo, hanya karna lo punya segalanya bukan jadi alesan lo berbuat kurang ajar!" kandas Ryan.

Fe tersenyum miring menaikkan satu sudut bibirnya, "Gue bukannya kurang ajar, pacar lo ini saja yang terus ganggu gue."
Fe menatap Key yang mematung di tempat.

"Dan gak tau malu!" Tekan Fe pada setiap kata yang dilontarkannya.

"Bangsat!!"

Ryan hendak meninju, tapi badannya dihalangi tubuh Key yang kecil di depannya. Key menahan tangan Ryan sambil menggeleng agar Ryan tidak melakukannya.

"Key, dia udah-"

"Gak apa, Key mau ke kelas dulu. Janji jangan hajar Kak Fe." Ucap Key kemudian berjalan lurus tanpa menatap Fe di belakangnya.

Key menghela nafas dalam, ucapan Fe benar-benar membuatnya tak habis pikir. Ia menundukkan kepala menatap kakinya yang terus melangkah ke depan.

"Emang gue gak tau malu ya?"

"Tapi kan gue cuma ngejar cinta gue."

"Jadi gak salah ya kan."

Key terus bermonolog dengan posisi masih menunduk.

"Tapi Kak Fe udah ngatain gue gak tau malu."

"Biarin deh, ini cuma awal nanti juga gue pasti Kak Fe manjain."

Tokkk...!!!

"Aaaahhhh!!"

Key meringis kemudian melihat ke depannya, ia baru saja menabrak tiang beton.

"Maaf ya tiang, Key udah nabrak. Sakit ya?" Key mengelus tiang yang sudah ditabraknya.

Setelah selesai membujuk tiang agar tidak merajuk, Key meneruskan langkahnya. Tapi ia baru sadar ternyata ada orang yang menertawainya di belakang.

Key memejamkan mata, menyesali apa yang baru saja dilakukannya. Tanpa melihat siapa yang menertawainya, Key mempercepat langkahnya agar ia orang itu tidak mengingat wajahnya.

*******

Key berlari menembus hujan yang tiba-tiba saja dengan derasnya mengguyur tubuhnya. Key celingak-celinguk memperhatikan apakah ada tempat untuk berteduh. Kemudian ia melihat halte pinggir jalan. Tanpa membuang waktu lagi Key mempercepat larinya menuju halte itu.

Key menurunkan tangannya yang ia gunakan sebagai pelindung kepala sebelumnya. Kemudian ia memperhatikan baju dan celananya yang basah karna hujan. Bau aspal yang bercampur dengan tanah langsung saja tercium karna hujan memang tiba-tiba saja turun saat matahari terik.

Key memilih duduk di bangku halte yang disediakan. Keramik yang dingin langsung saja terasa kala ia duduk.

Key memeluk tubunya sendiri sambil sesekali menggosokkan kedua telapak tangannya kemudian mengembusnya agar terasa hangat. Kardigan yang dipakainya juga semakin ia rapatkan pada tubuhnya.

Feelings (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang