"Niat banget ya lo bikin gue sengsara?" Cebik Dian sambil menenteng dua kantong plastik.
Key menyengir sambil mengeluarkan kunci rumahnya. "Hehe, nanti gue kasih kue deh."
Dian memutar bola matanya dan mengikuti Key memasuki kamarnya. Kondisi rumah Key sekarang terasa sepi karna Papa dan Mamanya sedang bekerja. Itu sudah menjadi hal biasa untuknya.
"Si Riska kok belum datang sih?" Tanya Dian setelah meletakkan bawaannya di kasur Key.
"Bentar lagi datang kok dia, udah di jalan."
"Key, gue haus." Ucap Dian sambil mengusap lehernya.
"Ambil gih! Gue mau beresin ini dulu."
"Dasar Tuan rumah tak tau diri! Udah dibantuin juga!" Dian beranjak menuju dapur dengan mulut komat-kamit mengatai Key. Beberapa saat kemudian ia sudah datang dengan jus kotak di tangannya.
"Menurut lo gue jahat gak sih?"
Dian menautkan alis mendengar pertanyaan Key. "Jahat kenapa?"
Key mendesah berat kemudian duduk di sisi ranjang setelah merapikan barang belanjaannya. "Masalah Wenda, gue jadi gak enak gitu sama dia."
Dian memutar bola matanya jengah. Tak habis pikir dengan jalan pikiran sahabatnya itu. Ia memang sudah mengetahui apa sebenarnya yang terjadi antara Key dan Wenda karna Key sudah menceritakannya.
"Elah masih mikirin tu anak, lagian lo juga udah denger kan dari Vera. Vera udah ceritain ke elo, dari situ lo juga udah tau kalo Wenda bohong soal alasan dia putus sama Kak Fe. Ngapain lo masih merasa bersalah gitu?"
"Trus kalo Vera bohong gimana? Gue masih ragu sama dia." Key balik bertanya.
Dian meletakkan jusnya di nakas kemudian ikut bergabung dengan Key di sisi ranjang. "Tanya Kak Fe langsung aja kalo gitu."
"Gue gak berani. Gue takut nanti dia marah." key menggigit bibir dalamnya.
"Serah lo deh. Tapi sih kalo menurut gue mending lo tanyain langsung sama orangnya."
Key menghela nafas dalam sambil merebahkan badannya ke atas kasur. Menanyakan Fe langsung? Tidak, seperti rencana awal dia akan bertanya pada Rio langsung. "Lo masih chat-an sama Kak Rio kan?"
Dian yang baru saja minum jusnya tersedak, hampir saja ia menyemburkan jus di mulutnya. "Lo-lo ngomong apaan? Kapan gue chat-an sama Kak Rio?"
Jelas terlihat jika Dian sedang gugup. Gadis itu tak berani menatap mata Key yang sedang bertanya padanya.
"Alah, gak usah sembunyiin kali. Gue tau kok, Riska juga tau." Jelas Key santai.
Dian membelalakkan matanya, kali ini ia menatap Key meminta penjelasan.
Key nyengir kuda, "Sorry, gue sebenernya mau ngirim foto. Gak tau aja tiba-tiba Kak Rio chat elo."
Dian mendengus kembali meminum jusnya. "Emang kenapa?"
"Gue mau tanya sama Kak Rio aja."
"Trus?"
"Lo yang bilangin."
Dian kembali membelalakkan matanya. "G-gak, gak. Gue gak mau."
"Kok gitu? Sekali ini aja kok Yan."
"Lo aja, nih gue kasih nomornya."
Key bangkit dan duduk di samping Dian dengan wajah memelas. "Lo tau kan gue gak deket sama Kak Rio."
Drrrttt drrrrtt
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings (End)
Teen FictionKey tak pernah jatuh cinta sebelumnya. Jadi, saat ia jatuh cinta untuk pertama kalinya, semua usaha ia lakukan untuk mendapatkan pria yang membuatnya jatuh cinta itu. Tapi, semua tak semulus yang ia kira.