"Maksud omongan Kakak tadi apa?"
Fe menyerngitkan dahinya. "Yang mana?"
Key diam, ia memperhatikan Fe yang sedang menyiapkan bubur untuk sarapannya. Pria itu terlihat mengingat-ingat.
"Oh..., gak usah dipikirin." Ujar pria itu.
"Kenapa? Jadi bener kalo Key itu pengganggu hubungan Kakak sama Wenda?" Suara Key melirih. Ia menunduk dengan tangan terpaut.
"Kenapa kepikiran gitu?"
"Kakak sendiri kan yang bilang?"
"Udah aku bilang gak usah pikirin Key."
Key mendesah, ia mengangkat kepalanya untuk dapat menatap Fe. Pria itu sekarang sudah duduk di samping bangkar dengan satu mangkuk bubur di tangannya.
"Sebenarnya Kakak jadian sama Key karna apa?" Tanya gadis itu.
Fe menaikkan sebelah alisnya. "Apa itu penting?"
Tangan gadis itu mengepal. Apa itu penting? Tentu saja. Fe bertanya seringan bulu seolah itu hanya hal kecil yang tak perlu dipertanyakan.
"Makan dulu."
Satu sendok bubur sudah ada di depan mulut Key tapi ia tak membuka mulutnya. Ia membuang muka ke arah samping.
"Key."
Key menoleh, matanya berkaca-kaca. Detik berikutnya ia menepis tangan Fe membuat bubur di sendok itu jatuh ke lantai. Ia dapat melihat Fe sedikit tersentak. Pria itu menutup mata, sepertinya mencoba untuk tidak tersulut dengan perlakuan Key.
Key sendiri sebenarnya tak sengaja, ia tak bermaksud untuk menjatuhkan sendok itu. Hanya saja ia menepisnya sedikit kasar.
"Sebenarnya mau kamu apa?" Tanya Fe di antara giginya yang bergemelutuk. Pria itu marah.
Tenggorokan Key terasa kering, ia menelan salivanya. Tatapan pria itu terlihat dingin. "Jawab pertanyaan Key."
"Yang mana?"
"Tujuan Kakak jadian sama Key."
"Apa itu penting?"
Pertanyaan itu lagi, rasanya Key ingin berteriak di depan pria itu mengatakan tentu saja itu penting.
"Yang terpenting sekarang adalah kita berdua sudah bersama. Alasan kenapa kita jadian itu sungguh gak penting. Jangan menanyakan hal konyol itu lagi."
Hal konyol? Apa Fe baru saja berkata hal konyol?
Key tersenyum kecut. Perasaan baru beberapa saat yang lalu mereka berbaikan. Sekarang Fe malah membuatnya semakin ragu tentang pria itu.
"Jadi bener? Key cuma pengganggu hubungan Kakak sama Wenda? Jadi Key udah merebut Kakak dari Wenda?"
"Berhenti bersikap kekanakan Key." Ucap Fe. Ia sungguh tak mengerti dengan gadis di depannya itu. Membahas sesuatu yang menurutnya sungguh tak penting.
"Kekanakan?! Oh, jadi Kakak anggap Key kekanakan?" Key mengangguk mengerti. "Key cuma bertanya alasan Kakak, apa itu namanya kekanakan? Jujur aja, Kakak masih cinta sama Wenda kan? Kakak bohong soal gak bisa tanpa Key. KAKAK BOHONG KAN?"
Fe mengusap wajahnya kasar, ia menatap Key tajam. Jadi gadis itu meragukannya? Setelah semua yang ia lalui demi gadis itu. Tapi nyatanya Key masih meragukannya.
"KAKAK GAK CINTA SAMA KEY! IYA KAN? Jadi kenapa Kakak gak bertahan aja sama Wenda?"
Tangannya mengepal, rahangnya mengeras dan tatapannya lurus ke arah gadis yang siap untuk menumpahkan air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings (End)
Teen FictionKey tak pernah jatuh cinta sebelumnya. Jadi, saat ia jatuh cinta untuk pertama kalinya, semua usaha ia lakukan untuk mendapatkan pria yang membuatnya jatuh cinta itu. Tapi, semua tak semulus yang ia kira.